Dari 50.000 lebih data orang yang dimiliki Talents Mapping©, didapat fakta bahwa Generasi 4l4y (baca: alay) atau dikenal juga sebagai Generation-C (Gen C: orang-orang yang lahir >1990) satu diantara 7 (dari 34) bakat dominannya adalah SIGNIFICANCE, yaitu cenderung membutuhkan orang lain untuk melihatnya sebagai orang yang menonjol, istimewa / unik. Ya, pengertian SIGNIFICANCE ini kurang lebih sama dengan ”narsis”. Personality trait ini tergolong personality yang produktif berdasarkan riset dari Gallup International dan menjadi salah satu dari 34 tema bakat versi Donald Cliffton yang menjadi dasar dari Talents Mapping©. Mengapa digolongkan sebagai personality yang produktif / bakat? Karena banyak profesi yang memerlukan bakat ini, seperti: presenter, master of ceremony, Video Jockey (VJ), tenaga pemasar, juru kampanye, dll.
Jika kita lihat situasi saat ini, Generasi 4l4y telah menjadi fenomena yang menarik karena cukup mengagetkan para orang tua yang umumnya lahir pada tahun 1946-1964 (Generasi Babyboomer). Mengapa tidak? Tiba-tiba saja banyak anak-anak berdandan secara ”total” hanya untuk tampil di latar acara televisi dan menari-nari sekedarnya, hanya agar tampil ”exist” di televisi. Tampilnya foto-foto diri di social media menjadi semacam trade mark generasi 4l4y dengan pose kepala dimiringkan dengan bibir yang agak dimonyongkan. Selain itu bahasa 4l4y pun merajalela dan membuat orang tua terheran-heran, bahkan secara mengejutkan Bapak Menteri Komunikasi dan Informasi, Bapak Tifatul Sembiring sempat mengagetkan followers twitter-nya dengan menulis: ”T3T4p OptImI5, 54l1ng M3nGHarG4i, 54l1Ng M3mAhAm1 Utk k3B41Kan. 5ukSES BuAt sEMu4! S4lam 53An6at!”. Memang tak sulit dipahami, namun ya…unik!
Ternyata Indonesia tak sendiri, di Philipina terdapat fenomena “Jejemon” (berasal dari kata ‘Jeje’ yang merupakan kata ganti ’hehe’ (tulisan untuk mencerminkan seseorang sedang tertawa) ditambah imbuhan ’mon’ berasal dari monster lucu kartun Jepang Pokemon. Keberadaan ‘jejemon’ ini telah membawa bahasa yang tak kalah unik dari bahasa 4l4y, yaitu bahasa dengan frase baru penggabungan beberapa kata yang salah tanpa sintaks, seperti: “eoowHh…puhLeaZZZ” (baca: “Oh, Please”), atau beberapa kata dengan typo mistakes yang disengaja: “iMiszqcKyuH” (baca:”I miss you”).
Melalui database Talents Mapping© pula didapat fakta bahwa generasi babyboomer (orang-orang yang lahir antara tahun 1946 -1964 yang merupakan orang tua dari generasi 4l4y, bakat SIGNIFICANCE-nya justru berada di urutan 7 (dari 34) bakat paling bawah. Dengan kata lain, SIGNIFICANCE adalah kelemahan dari generasi babyboomer. Maka itu tak heran jika para orang tua seringkali merasa kaget melihat kelakuan anak-anak sekarang (generasi 4l4y), terlebih jika mereka melakukan benchmark kelakuan generasi 4l4y dengan generasi-nya.
Dari database yang sama, Talents Mapping© meng-identifikasi bahwa generasi babyboomer rata-rata memiliki bakat dominan: ACHIEVER (memiliki dorongan kuat untuk berprestasi), ADAPTABILITY (mudah menyesuaikan diri dengan keadaan), DISCIPLINE (piawai menciptakan sistem yang teratur, prosedur, jadwal), BELIEF (keyakinan atas suatu tugas). Dari sini terlihat kesan bahwa generasi babyboomer merupakan generasi pekerja keras, sehingga tak heran jika seringkali kesal melihat anak-anaknya yang cenderung kreatif, dan kelakuannya ”ada-ada aja”.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Bisa dipastikan banyak sudut pandang dalam melihat fenomena ini. Namun jika kita lihat dari perkembangan kondisi ekonomi dan teknologi di dunia ini dan Indonesia pada khususnya, generasi babyboomer tumbuh dan besar dimana era perjuangan kemerdekaan mulai berakhir, dan era indutri mulai tumbuh di Indonesia (tahun 1946 – 1964) sehingga menuntut orang-orang yang lahir pada zaman itu akan di-didik dan tumbuh menjadi pekerja keras. Sedangkan generasi 4l4y atau Generation-C tumbuh pada zaman dunia digital sangat booming (>tahun 1990). Selain itu berbagai social media yang dimulai pada tahun 2000-an mungkin ikut andil dalam membentuk generasi 4l4y.
Namun bagaimana jika hipotesa tersebut kita balik, apakah social media seperti facebook, twitter, myspace, dll akan populer tanpa generasi 4l4y yang memiliki bakat dominan SIGNIFICANCE ? Pertanyaan ini serupa dengan pertanyaan ”lebih dahulu mana, ayam atau telur?”. Yang jelas generasi 4l4y tumbuh di lingkungan dimana teknologi memungkinkan mereka untuk meng-ekspresi-kan dirinya agar exist, sehingga kurang tepat jika hal ini dibuat hubungan sebab-akibat yang zakelijk (saklek). Sepertinya Tuhan YME sedang bekerja disini, dengan memberikan “fitur khusus” berupa bakat kepada generasi manusia sesuai dengan zaman-nya. Tinggal kita para generasi terdahulu yang bertugas mengawal pertumbuhan generasi 4l4y menjadi dirinya sendiri yang utuh, mandiri dan berkontribusi.
Mari kita pahami anak-anak kita.
Citation:
[1] Cracking Zone, Rhenald Khasali, 2011
[2] www.abahrama.com (LeadPro)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H