Rasa-rasanya sudah capek kita mendegar berita tentang korupsiyang terjadi di negara ini. Tiap hari berita utama koran-koran utama pasti mengangakt korupsi. Begitu pun para pengamat maupun pakar baik ahli politik, ekonomi maupun psikologi mengatakan korupsi sudah semakin merajalela di Indonesia. Berbagai seminar, pelatihan maupun diskusi yang diadakan guna membahas bagaimana cara pemberantasan korupsi terus dilaksanakan namun korupsi tetap saja tidak bisa hilang. Ibarat kata korupsi sudah merasuki sendi-sendi kehidupan kita berbangsa dan bernegara entah itu legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Pemberantsannya pun tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara biasa namun cara-cara diluar kebiasaan.
Lalu pertanyaan yang ingin saya kemukakan disni adalah kemana pemuda (mahasiswa) indonesia ditengah hiruk pikuk pembahasan korupsi?? Mereka pemuda yang dikatakan sebagai agen of control tidak hadir dalam aksi pemberantasan korupsi. Jawabanya mereka sibuk dengan tugas tugas kuliah yang dibebankan oleh dosen mereka dan sibuk juga mengurusi hobi dan minat-minat mereka dikampus.
Maka dari itu pada kesempatan yang terbatas ini saya ingin menuliskan sedikit pemikiran saya tentang peran pemuda dalam proses pemberantasan korupsi. Ada dua peran utama yang bisa diambil oleh pemuda (mahasiswa) yang pertama peran secara langsung dan peran secara bertahap. Peran langsung yang saya maksud adalah mengadakan suatu aksi secara nasional yang melibatkan puluhan ribu hingga ratusan ribu pemuda dan mahasiswa. Aksi dilaksanakan serempak di kota-kota besar dengan tuntutan jelas yakni hukum mati koruptor dan kembalikan aset-aset yang sudah dikorupsi. Kenapa kita tidak bisa?? Coba tengok India dan Bangladesh yang sedang bergejolak karena keadaan negara yang sedang sekarat karena korupsi. Saya berpikir mungkin Indonesia lebih sekarat daripada india. Sudah saatnya pemuda dan mahasiswa keluar dari “zona nyaman” mereka di kampus-kampus. Kita harus melihat realita yang ada bahwa negara sedang terancam oleh aksi korupsi sistemik yang dilakukan oleh penjahat-penjahat demokrasi. Kita tidak bisa mendiamkan hal ini (korupsi) terus merajalela di negeri yang kita cintai ini. Saya kira dosen maupun rektorat tidak akan memberikan sanksi jika kita tidak kuliah sehari guna berpartisipasi dalam aksi nasional ini. Saya membayangkan Bundaran HI, Monas, Senayan dan dan Istana akan dipenuhi oleh lautan mahasiswa yang menginginkan negara ini lepas dari jeratan KORUPSI. Ini akan memberikan semacam Shock Therapy bagi koruptor yang masih bebas menjarah uang rakyat. Ingat! Pemuda dan mahasiswa bersatu tak bisa dikalahkan!!. Aksi ini juga sebagai insyarat kepada koruptor bahwa pemuda Indonesia tidak tidur, tidak tinggal diam melihat negeri ini yang tercabik-cabik oleh korupsi. Mari kawan-kawan kita turun ke jalan dan mememikkan “Koruptor HUKUM MATI”.
Peran kedua adalah peran bertahap dimana yang saya maksud bertahap adalah para pemuda dan mahasiswa membentuk suatu komunitas ANTI KORUPSI dilingkungan mereka. Dengan komunitas ini pemuda bisa mengadakan berbagai macam kegiatan yang intinya menolak tegas KORUPSI. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakn bisa berupa diskusi, bedah buku, seminar maupun pelatihan-pelatihan Anti korupsi. Intinya dalah bagaimana memberikan penyadaran kepada pemuda lainnya bahwa korupsi itu lebih mengerikan dan mengandung dampak yang tidak sedikit.
Sekali lagi saya tekankan bahwa korupsi tidak bisa lagi dibiarkan tumbuh subur di negeri ini. Negeri ini bisa bernasib sama dengan Yugoslavia maupun negara-negara kuat lainnya yang karena pejabat-pejabatnya korup dan kini tinggal sejarah. Pemberantasan korupsi tidak bisa lagi mengandalkan KPK yang selama ini lebih cocok dinamakan Komisi Perlindungan Kepentingan. Pemberantasan korupsi harus dengan cara-cara yang luar biasa juga karena pengaruh korupsi sudah sedemikian luar biasa dinegeri ini. Maka pada dasarnya saya setuju jika koruptor diberikan hukuman mati saja biar ada efek jera bagi siapa saja yang ingin korupsi! Sekarang ini pemberantasan korupsi tak lebih dari sekedar retorika elit politik semata. Sudah ah,,capek melihat banyak politisi bicara soal korupsi tapi justru dia yang melakukan korupsi.
Mahasiswa harus bergerak jika tidak ingin melihat Indonesia tinggal sejarah!
Terima kasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H