Derit jangrik, gemericik air, dan deras suara kipas kudengar ngeri
Kesemuanya seperti memenuhi kepalaku, sungguh memberat hingga ke ulu-hati
Ada apa ini—aku tak tahu, alangkah risaunya wajahku kala kuratapi sendiri
Aduhai batinku, serasa terhimpit waktu—tertusuk duri
Dan aku bercermin dalam gelap, menyisir rambut sepenuh jari
Tiba-tiba masa lalu datang tak diundang, merangsak masuk berparas belati
“Mau apa lagi?” pekikku sembari menahan perih—dia tak peduli
Kemudian ia bercerita tanpa perintah, “Cukup! Dongengmu melukai.”
Sungguh aku tidak tertarik lagi mendengarkan pituturmu,
Karna hanya akan mendatangkan prilaku srigala diotakku
Dan sepert yang sudah-sudah—kau begitu,
Tak pernah memberi arti kecuali mengulang-ulang dosa masa lalu
Segeralah berlalu—kedatanganmu membius fungsi kalbu,
Aku ingin bebas dari jeratmu yang sewaktu-waktu menghabisi nalarku
Dan lihatlah sewujudmu—tidak lebih baik dari se-ekor lembu,
Jangan serimpung aku—karna aku akan berlari menjumpai masa depanku dengan cinta nan melulu
Arjawinangun, 07 Ramadhan 1434 H.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI