Impian Gadis yang Polos
“Hari ini pun sepertinya tidak datang. Hah…..” menggela nafas panjang. Dan berjalan meninggalkan stasiun.
Nanta sudah beberapa hari menunggu orang yang di sukainya di stasiun itu, tapi orang itu tak kunjung datang untuk menemuinya. Dia ingin sekali bertemu dengannya , dan ingin mengajaknya nonton film. Saat Nanta ingin pergi meninggalkan stasiun itu, ia dikejutkan seseorang yang berada disampingnya.
“Kakak itu apa” sambil menunjuk ke tangan kanan Nanta.
“Hah….kau ini mengagetkanku saja!” sambil mengelus dada “Ini adalah tiket bioskop”
“Hah benarkah” tersenyum berseri-seri “Bolehkah aku memilikinya”
“Hah…..anak yang sedikit aneh. Ini aku berikan kepadamu, lagian aku sudah tidak membutuhkannya lagi” memberikan tiket itu pada anak itu.
“Ya asyik………!!!” katanya sambil lonjak-lonjak.
“Sepertinya kau senang sekali”
“Iya, terimakasih”
“Tidak perlu berterimakasih” memalingkan wajah “lagi pula, aku tidak memerlukannya, aku pulang dulu.” Berlari meninggalkan anak itu.
Keesokan harinya Nanta pergi ke stasiun lagi, ia melihat seorang anak perempuan yang membawa boneka sedang berjalan di atas rel kereta api. Teng-teng-teng tanda bahwa kereta akan melewati rel itu. Nanta melihat anak itu tak kunjung pergi dari tempat itu, dia berteriak dan menyuruh pergi anak itu dari atas rel. Tapi anak itu tidak memperhatika teriakan Nanta. Saat kereta semakin dekat, Nanta berlari dan menyeret tangan anak itu ketepi rel. Membuat gadis kecil itu sampai terjatuh.
“Apa kau tau, itu sangat berbahaya. Hah……anak ini yang kemarin” dengan ekspresi yang kaget.
“Haha……” memainkan boneka “Owh,,,Kakak ini lagi”
“Kau gila, ya??” Sambil menyiutkan alisnya.
“Kakak aku mempunyai sebuah impian yang ingin aku gapai”
“Memang apa impianmu itu??”
“Aku ingin selalu membuat orang yang berada di sampingku bahagia, tidak sedih.”
“Wah impian yang bagus, baiklah….. Ayo aku akan mengantarkanmu pulang”
“Iya” sambil tertawa.
Nanta mengantar anak itu pulang. Mengantar sampai gerbang depan rumahnya.
“Nah, gadis kecil, sekarang aku pulang iya”
“Aku bukan gadis kecil usiaku sudah mau 10 tahun, EeHh… kakak, apa kau besok juga akan datang ke sana? Atau besok lusa?” Tanya anak itu dari balik gerbang rumah.
“…Entahlah, bagiku di sanalah tempat yang paling cocok untuk menenangkan pikiran” berbaik “Ya, sekarang masuklah. Sampai berjumpa besok!!” melambaikan tangannya dari belakang.
***
Keesokan harinya gadis itu pergi ke stasiun untuk menunggu Nanta. Dari arah belakang ia dikagetkan boneka beruang yang bawa gadis itu. Sambil memeluk boneka itu ia lalu berbicara.
“Wah, langitnya begitu biru ya, aku tidak tahu kenapa langitnya berwarna biru. Tapi jika berwarna merah muda pasti lebih cantik. Hihihi…!!!” sambil mendekatkan kepalanya ke bahu Nanta.
“Kamu bodoh ya?” sambil menjauhkan kepala gadis itu dari bahunya. “Ternyata benar-benar bodoh.”
“Hem…….” Hanya tersenyum.
“Kau tahu kenapa aku datang kesini setiap hari?” menghadapkan kepalanya kebawah. “Karena ada orang yang aku sukai, dan…. Beberapa hari yang lalu, aku menyatakan suka padanya, ditempat ini!! Wanita itu bilang kalau dia tidak menyukaiku, dia membenciku!!”
“Lalu apa yang terjadi??” Tanya gadis kecil itu.
“Haha…. Saat itu aku berfikir tindakanku itu sangat keren dan hal yang romantis. Aku mengatakan “aku akan menunggumu di sini sampai kau menyukaiku” sekarang, jika aku ingat lagi, sungguh tindakan yang sangat bodoh, mungkin dia tidak memperdulikan perkataanku saat itu.”
“Benarkah??” Sambil menciutkan mata.
“Ah.. aku ada fotonya… mau kuperlihatkan? Ini foto satu-satunya yang aku punya!!” memperlihatkan foto pada gadis itu “Hehe.., cantik bukan??”
“Bodoh” memalingkan wajahnya
“Heh, apa? Kau bilang apa?”
“Bodoh, tidak berguna, nasi, kentang, cumi-cumi, daging panggang, sosis……!!
“Diam,,,, kenapa aku harus cerita padamu, kata-katamu itu sangat bodoh sekali!!!”
“Kalau bodoh ya dibilang bodoh!! Kenapa kakak harus menunggunya disini, kalau kau bisa pergi mencarinya di rumahnya sendiri” dengan nada yang keras.
“Ya, tapi…….!!” Tertawa “ tapi, aku tidak berani…”
“Uh….. Bodoh, tidak berguna, penakut, laba-laba,.”
Karena tidak tahan dengan celaan gadis itu, Nanta akhirnya meninggalkan gadis itu sendirian. Dia berjalan sambil memikirkan perkataan tadi. Tak terasa dia berjalan sampai kedepan pintu rumah Nana perempuan yang dia sukai. Tak lama setelah dia memperhatikan gerbang rumah itu, dia dikagetkan oleh kedatangan Nana. Nana terus saja berjalan dan tak memperdulikan Nanta yang ada di depannya.
“Nana, aku ingin bicara….” Terpotong.
“Sampai kapan kau akan terus menggangguku?” dengan nada bicara yang keras.
“…Aku hanya…..” berhenti dan menoleh kebawah “Aku hanya ingin hubungan kita seperti dulu lagi.”
“Itu tidak mungkin, hal itu tak mugkin terjadi” pergi meninggalkan Nanta “Sudahlah, aku tidak mau mendengarnya lagi, sampai disini saja.”
Dengan perasaan yang sakit, dia berjalan meninggalkan rumah Nana. Dia kembali ke stasiun, duduk dan menyeka air mata. Mengeluarkan foto tadi dan merobeknya menjadi dua bagian. Sampai di perempatan jalan dia menoleh kearah toko boneka. Dan tersenyum pada satu boneka.
Diatas jembatan gadis itu sedang bermain kapal-kapalan terbang sendiri. Dia terlihat bermain sendirian, tak ada satupun teman yang bersamanya.
“Sangat membosankan” katanya sambil meluncurkan kapal terbangnya.
“Aduh….. Apa ini??”
Menoleh kebawah “Hah… kakak ini kan kakak yang ada di foto itu” menggeret tangan perempuan itu.
“Aduh… ada apa sih?”
“Ayo, cepat!! Ayo”
“Tapi, sekarang kita mau kemana?”
“Cepatlah…..”
Di stasiun Nanta menunggu gadis itu dengan membawakannya boneka yang ia beli kemarin.
“Kakak! Kakak!”
“Ah, akhirnya datang juga” menoleh kebelakang dan terkejut “Nana kenapa kau bisa ada disini…!
PLANK… menampar Nanta “Aku sangat membencimu!! Karena tidak bisa melakukannya sendiri, kau menyuruh anak kecil..??” pergi meninggalkan mereka.
“Jangan lakukan ini lagi” memalingkan wajah.
“Kakak tidak apa-apa?? Mengapa kakak itu marah?”
“….Kau…,, siapa yang menyuruhmu melakukan itu??” Berbicara keras ke arah wajah gadis itu “Kau tidak mengerti masalahnya dan sekarang kau membuat semua semakin kacau! Siapa yang menyuruhmu melakukan hal ini? Dasar bodoh” meninggalkan gadis itu.
“Aku… hanya..” menangis.
“Sudahlah!!” meninggalkan gadis itu sendirian.
Dirumah Nanta merasa bersalah pada gadis itu, sambil memegangi boneka yang dia beli kemarin. Dia merasa sangat keterlaluan, memarahi seorang gadis yang tidak tau apa-apa tentng masalahnya. Dia berniat meminta maaf pada gadis itu.
***
“Suamiku aku jadi khawatir dengan anak kita, tadi dia pulang kehujanan lalu seharian diam di kamar”
“Kata tetangga sebelah, ia melihat anak kita bersama seorang laki-laki. Jangan-jangan karena anak itu??”
“Aku yakin dia tidak melakukan hal yang buruk. Tapi jelas telah terjadi sesuatu!!!
Dari balik selimut gadis itu terus saja menangis dan memeluk bonekanya. Dia mulai menutup matanya dan berkata “maafkan aku”. Keesokan harinya gadis itu bersiap-siap untuk menemui Nanta, tapi ibu gadis itu melarangnya untuk tidak pergi.
“Kamu masih akan menemui lelaki aneh itu?? Tidak boleh” Seru Ibu gadis itu.
“Biarkan aku pergi bu…….!!!”
“Ini demi kebaikanmu, tenang sedikit” Memegang bahu gadis itu.
“Lepaskan aku, aku mau pergi!!!” Lari meninggalkan ibunya.
Di stasiun Nanta sudah menunggu, ia tidak sabar karena ia mau meminta maaf dan ingin memberikan boneka yang dia beli kemarin. Berkali-kali ia melihat jam yang ada di tangannya. Dia tersenyum karena mendengar suara gadis itu.
“Kakak…………” sambil melambaikan tangan “Kakak aku datang” berlari melewati rel.
“Datang juga!!”
TENG-TENG-TENG palang pintu kereta menutup jalan.
“Hah,,,, Bahaya…. cepat menyingkir dari situ” Teriak Nanta dengan ekspresi tegang.
“Hah?? Dia bilang apa? Aku tidak mendengar” Sambil tersenyum.
“CEPAT….” Menghentikan kata dan melotot. “TIDAK……..”
Gadis itu baru menyadari kalau ada kereta yang mendekat, dia hanya tersenyum dari kejauhan sambil berkata dalam hati “Sudah lama sekali ya kak. Rasanya banyak yang ingin aku katakan tapi aku lupa” kereta datang dan menyerempet tubuh mungil gadis itu. Dari samping palang pintu Nanta melihat kejadian yang tragis itu. Setelah palang pintu itu tebuka ia berlari dan melihat gadis itu. Dia meletakkan gadis itu tepat dipahanya, dan menangis dengan kecang, boneka yang ia bawa berlumuran darah.
*selesai*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H