Mohon tunggu...
Ila Heti
Ila Heti Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Kecil di Taman Belakang

11 Oktober 2012   22:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam mengajar baru saja selesai siang itu.Di kelas sepi tidak ada satu orangpun bahkan teman-teman guru,semua sudah pulang tinggal aku sendiri di kelas.

Kelasku berada persis dibelakang didekat sebuah taman kecil untuk bermain .Aku mengajar di sebuah taman kanak-kanak,hal yang tidak masuk akal bila di Surabaya masih ada hal-hal yang aku anggap di luar pemikiranku waktu itu,tetapi setelah apa yang aku alami dan terlihat oleh mataku sendiri barulah aku yakin ternyata mereka juga hidup berdampingan dengan kita manusia,di taman kanak-kanak tempatku mengajar ada sebuah lahan yang tidak terlalu luas.Ukurannya kurang lebih tiga kali tiga setengah meter,posisinya tepat di belakang kelasku yang kebetulan juga kelasku itu berada di ujung deretan kelas-kelas yang lain,di sisi sebelah kiri menjorok ke belakang juga adalah pintu belakang dari gedung taman kanak-kanak tempatku mengajar,di lahan itulah sebuah taman kecil dengan tempat mandi bola kering di sudut taman serta berdiri sebuah perosotan dengan tiang penyangga dari besi dan papan luncur terbuat dari kayu yang halus serta besi untuk pegangannya pula,siang itu baru saja aku melangkah menuju mejaku..setelah aku berdiri melepas murid-muridku, ada sesuatu yang membuatku berbeda dari siang-siang sebelumnya, tiba-tiba saja aku merasa sepi.. punggungku terasa panas dingin.

Kenapa sih kok gak enak gini perasaanku..?

Aku merasa di luar, ya..di taman kecil belakang itu ada riuh suara anak-anak kecil bermain perosotan dan mandi bola,buru-buru aku mengintip dari jendela kaca yang tertutup oleh kain korden..kelasku itu di kelilingi oleh jendela kaca dari samping pintu masuk hingga ke belakang hingga bila ada anak-anak tetangga yang bermain di taman belakang lewat pintu sana..terlihat jelas olehku bila kain korden penutup kaca jendela di buka..siang itu.

Oh anak-anak tetangga di sekitar sekolahan ternyata..

Aku sedikit lega.. tetapi tiba-tiba saat pandanganku tertuju ke sudut taman kecil itu aku melihat ada seorang gadis kecil.Dia berdiri memakai baju panjang warna merah kembang-kembang berkerah lengkung dan renda kerutan dibawahnya,manis meskipun agak pucat dan rambutnya di kepang dua.Tapi anehnya aku tak bisa melihat kakinya.Entah bersepatu,bersandal atau tak beralas kaki.Samar-samar.Awalnya aku tidak berpikir apa-apa,aku kembali melangkah ke tempat dudukku dekat papan tulis, beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara riuh itu..ingin hati mengintip kembali keluar melihat suasana di taman itu..

Hai..kemana anak-anak tadi..?

Tiba-tiba mataku melihat seorang gadis kecil yang tadi berdiri di sudut taman itu..

Ya ALLAH..dia..

Aku melihat dia sedang memandangku..buru-buru aku menutup kain korden yang saat itu terbuka sedikit,kakiku kaku..aku beranikan diri untuk mengintipnya lagi.

Kenapa sih dia tetap berdiri di situ..

Ada keinginanku untuk mendekatinya,saat aku keluar.. tiba-tiba..

Hai..kemana dia..?

“Bu guru..!Sedang apa bu..?!”

Aku terkejut saat seorang wali murid yang kebetulan melintasi pagar taman belakang menegurku,bersamaan dengan terguran itu ternyata gadis kecil itu juga sudah tidak ada di sana.. Kemana di,lalu lewat mana coba..? pagar depan sudah di tutup pak Udin tukang kebun sekolah,lewat belakangpun pastinya melewati kelasku dong..

“Ibu belum pulang..sudah siang lhoh bu..”

“Iya.. ini juga mau pulang masih mau menutup pagar bu..”

“Kalau gitu saya permisi dulu ya bu..”

“O ya..silahkan”

Seketika itu aku buru-buru masuk ke dalam kelas,mengambil tas di atas meja dan segera mengunci kelas..saat aku bergegas keluar

“Ibu belum pulang ternyata..”

“Eh..pak udin,ya pak masih ada yang harus di selesaikan..”

“Gak takut bu di kelas belakang sendirian..”

“Kenapa pak emangnya”

Pak Udin menggelengkan kepala sambil tersenyum..aku mengira pasti pak Udin tahu sesuatu..tetapi apa ya..

Sesampainya di rumah ada takut..,aku berfikir pasti pak Udin mempunyai cerita tentang taman kecil di belakang itu..ini sudah yang ke tiga kalinya dalam hidupku melihat ini tetapi yang ini di sekolah barulah sekali maklumlah baru dua bulan aku mengajar di sana.

Kira-kira siapa ya gadis itu..kenapa saat aku melihatnya badanku jadi merinding?

Aku semakin parno gara-gara peristiwa siang itu..hingga larut malam tidak bisa tidur,jangankan tertidur.. memejamkan mata saja aku tidak bisa dan masih teringat wajahnya..gadis itu hanya berdiri di sana memandangku,aku berharap besuk tidak lagi bertemu dengannya..

Pagi ini seperti biasa aku lebih dulu sampai di sekolah dan itu berarti..itu berarti aku harus membuka juga pintu belakang di taman kecil itu,melangkahkan kaki ke taman belakang adalah suatu tugas yang berat sejak aku bertemu dengan dia tapi profesional kerjaku yang bisa mengalahkan perasaan takutku..jam istirahat tiba saat semua murid keluar dan taman kecil itupun penuh dengan anak-anak yang bermain di sana,aku mencoba untuk mengintip anak-anak bermain di sana melalu jendela kaca tak jauh dari meja guru.Tak ada apa-apa di pojokpun juga.

Aku lega tidak ada dia di sana.

Tenggg!!..Tenggg!!..

Jam masuk pelajaran terakhir untuk anak-anak adalah menggambar ,aku tidak dapat konsentrasi lagi,hingga akhirnya masuklah ibu kepala sekolah.

“Yang namanya di sebut nanti sore..datang jam delapan belas..jam delapan belas jam berapa?..”

Serentak semua murid menjawab

“Jam enammmm..!!!”

Saat suara anak-anak menyahut,aku iseng mengintip ke luar jendela dan..ternyata dia ada di sana,ya kali ini menundukkan kepalanya..hiiii....

“Ya..untuk latihan menari persiapan lomba,jangan lupa nanti di sampaikan ke bundanya masing-masing..”

“Bu..”

Saat aku mengintip ke luar jendela tangan ibu kepala sekolah menyentuh pergelangan tanganku..

“Eh..iya bu..”

“Kenapa bu..kok pucat gitu..sakit ya,saya harap ibu tidak sakit ya..”

“Kenapa bu..”

“Nanti sore anak-anak tolong di temani,saya tidak datang nemani anak-anak,ada perlu..tapi jangan takut ada pak Udin yang akan saya suruh buat minum buat ibu dan bu Arin”

“Guru tari itu kan bu..”

Kepala sekolah mengangguk sambil tersenyum.

Tapi khan bu Arin belakangan datangnya,trus aku sendirian dong..duhh...

“Oke bu..saya permisi dulu,bentar lagi jam selesai khan,saya pulang dulu..”

“Ya bu..”

Apa yang terjadi nanti sore hingga malam seakan sudah ada di depan mata,bagaimanapun aku harus profesional..anak-anak bagian dari profesiku

Akhirnya sorepun tiba setelah jam terakhir siang itu ternyata tidak berubah masih sama seperti kemarin masih ada dia,saat aku sampai di sekolah tepatnya di dalam aula untuk menari dan menyiapkan alat-alat untuk menari, tiba-tiba ekor mataku menangkap bayangan seperti orang...kurasa seorang anak sedang mengintipku di ruang menari,buru-buru aku keluar dengan sisa-sisa keberanianku.

Siapa ya..?

Jantung berdegup dan tiba-tiba merinding..tidak ada siapa-siapa belum ada yang datang,jenuh tiba-tiba..aku duduk di bangku anak-anak yang saat itu sudah ku rapikan ke tepi..lima belas menit berlalu akhirnya anak-anak datang,aku mendengar riuhnya mereka di luar..aku segera bergegas menyambut mereka

“Bu guru..!!”

“Hai..ayo masuk tunggu bu Arin dulu ya..”

Anak-anak mengangguk,semenit kemudian guru menari anak-anak pun datang..setelah ini dan itu akhirnya di mulailah latihan petang itu..aku baru saja berdiri dan keluar menghirup udara malam itu..ada riuh lain di taman belakang,aku menoleh ke arah belakang,aula berada di sisi sebelah kanan pintu masuk dan riuhnya suara itu membuatku ingin melangkah ke belakang.

Hai siapa itu...?

Diantara sinar lampu yang hanya menyala sebuah,aku samar-samar melihat seperti gadis kecil itu,aku yakin bahwa itu dia.. karena pertama dia ada di sana aku melihatnya memakai baju merah.. yang kedua juga dan kini dia juga memakai baju yang sama, sedang bermain,tadinya aku berfikir dia bersama teman-temannya.. karena riuhnya,ternyata dia cuma sendiri..

Kenapa riuh sekali..apakah ada temannya lagi yang tidak terlihat olehku...

“Bu..”

“Hai..ya”

Aku melihat pak Udin tertawa

“Hahaha..”

“Pak Udinnn..bikin kaget aku aja..”

“Maaf bu..ada apa bu..?”

“Gak..gak ada apa-apa,pak Udin kok ke sini..di suruh kepala sekolah?”

“Iya..saya di telpon untuk buatkan ibu dan bu Arin minum selama melatih anak-anak dan menunggu mereka..”

“Lhah kebetulan..tolong buatkan teh hangat ya pak Udin..”

“Iya bu..eh tapi ibu gak mau cerita..”

“Tentangg..?”

“Ibu tadi mengintip siapa sih..”

Pak Udin yang penasaranpun ikutan mengintip ke taman belakang malam itu..

“Tidak ada siapa-siapa bu..lhoh lampunya kok gak nyala yang lainnya”

“Lhah itu tugas pak Udin dong,cepet nyalakan pak..”

“Bu guru takut ya..”

“Ah..udahlah,pak Udin ada-ada aja”

Aku buru-buru masuk ke aula dimana anak-anak sedang berlatih menari,kurang lebih satu jam setengah akhirnya latihan menaripun selesai,syukurlah begitu latihan menari selesai anak-anakpun di jemput bundanya masing-masing,dan bu Arinpun kemudian juga berpamitan pulang..

Malam itu setelah sepi semua.. tinggal aku dan pak Udin yang masih di sekolahan, ketika aku mematikan dua bola lampu yang ada di dua sudut belakang aula,dan merapikan kembali kaset-kaset menari ,tiba-tiba..

“Belum pulang bu guru..”

“Belum..kok kamu juga belum pulang..”

Ketika itu aku tersadar dan segera menoleh ke belakang hanya ada pak Udin

“Pak Udin..”

Pak Udin yang ketika itu di belakangku tiba-tiba menoleh.

“Ada apa bu..”

“Eh nggak pak..anu,pak Udin becanda ya....”

“Becanda apa bu..”

“Pak Udin pakai suara anak-anakkecil?”

“Tidak..ibu dengar sesuatu..?”

“Iya..eh gak..”

Aku melihat pak Udin memandangku dengan bingung..

“Bu guru ini aneh dari kemarin..”

“Hihihi..iya pak,agak parno”

Dari cara pak Udin melihatku aku yakin kalau pak Udin amatlah heran denganku malam itu.

“Pak Udin bantu saya cepat ya..”

“Iya bu..”

Setelah beberapa menit akhirnya tugas beres-beres selesai.

“Pak Udin saya permisi pulang dulu ya pak..”

“Ya bu..monggo...”

Malam sampai di rumah, aku masih terngiang sapaannya di aula,parno...kenapa aku jadi parno..

Sekolahan itu sebenarnya ada apanya sih..

Malam itu benar-benar tidak bisa tidur,bantal dan guling aku pakai untuk menutup wajahku..malam larut akhirnya bisa tidur juga..

Siang itu di sekolah setelah jam belajar terakhir aku lalu menutup pagar taman belakang dengan sisa keberanianku,kini betul-betul aku yakinkan diriku bahwa tidak akan ada orang yang masuk melalui pagar taman belakang walau anak-anak tetangga sekolahan sekalipun,setelah yakin terkunci akhirnya aku masuk ke dalam kelas menyelesaikan tugas untuk besok, sambil bersantai aku duduk bersandar di kursiku dekat papan tulis di samping jendela kaca,sepatu sengaja ku lepas biar bisa rileks, kelas sudah sepi tidak terdengar suara berisik sama sekali..tiba-tiba aku di serang rasa kantuk luar biasa, aku terkejut tiba-tiba..ada seseorang yang mengintipku melalui kaca jendela yang saat itu kain kordennya tertiup angin siang itu,jendela kaca lumayan tinggi bila seorang anak kecil yang mengintip,bila itu orang dewasa lantas siapa..semua guru yang mengajar sudah pulang semua hanya pak Udin yang masih membersihkan kantor ,aku cepat-cepat berdiri dan melihat ke luar tanpa memakai sepatu..ternyata tidak ada siapa-siapa, pintu pagar belakang baru saja terkunci dan aku sendiri malahan yang mengunci..mungkin itu hanya halusinasiku saja, aku buru-buru masuk dan segera mengambil tasku yang tergeletak di atas meja dan memakai sepatu..

Duhh..siapa lagi sih..aku harus ceritakan ini pada pak Udin,ya..harus!

Saat aku akan menutup pintu dan mengunci kelas, melintaslah pak Udin yang akan membuang sampah

“Pak Udin..!”

Seketika menolehlah pak Udin

“Ya bu..”

Aku setengah berlari menghampiri pak Udin dan tidak jadi mengunci pintu kelas belakangku.

“Pak..tolong kuncikan pintu kelas saya ya..”

“Lhoh kenapa bu..”

“Hii..pak ada orang yang ngintip saya lewat jendela padahal pagar taman belakang sudah terkunci”

“Lhoh siapa yang mengunci bu guru..”

“Saya pak Udin..”

“Ibu guru..”

Aku hanya mengangguk

“Pak..saya mau cerita tapi gak di sini,biar nanti sore saya ke rumah pak Udin,boleh pak sekalian silahturahmi kenalan dengan istri pak Udin,boleh gak pak..”

“Tapi rumahnya kotor lhoh bu..”

Aku tersenyum

“Gak apa-apa pak..”

Sore itu sampailah di rumah pak Udin yang sederhana,aku di sambut dengan ramah oleh si tuan rumah.. istri pak Udin sangat senang aku mau mampir ke rumah mereka,setelah ini dan itu langsung saja aku tanyakan tentang gadis kecil di taman belakang berbaju merah itu kepada pak Udin..

“Pak Udin sudah berapa lama bekerja di taman kanak-kanak itu..”

“Lama..kenapa..”

“Gini pak..tiga hari yang lalu hingga siang tadi ada yang ganjil di taman belakang dekat kelas saya itu..”

Dari cara pak Udin dan istrinya memandangku aku yakin bahwa mereka telah menduga bahwa aku mengetahui tentang sesuatu,sebetulnya aku juga tidak tahu..

“Kenapa ibu tanyakan ini..”

“Gini pak..pertama saya melihat penampakan yang saya pikir dia anak tetangga sekolahan tapi ternyata bukan dan dia kembali lagi, tiga kali berturut-turut,dan yang ke empat tadi siang.. tapi yang tadi siang hanya merasa bahwa ada yang mengintip saya melalui jendela kaca..”

“Dimana itu bu..”

“Di taman belakang dekat kelas saya..”

“Di perosotan itu..?”tanya istri pak Udin.

Aku mengangguk

“Ada apa pak..?”

“Kalau bu guru melihat penampakan..dia anak-anak bu..?”

Aku mengangguk lagi

“Di situ memang ada bu..”

“Ada apa maksudnya..?”

“Ya ada anak-anak yang kalau malam bermain di perosotan itu..”

“Darimana pak Udin tahu..?”

“Kamar kami dulu di dekat kelas ibu,sebelum jadi kelas baru seperti sekarang ini,khan karena muridnya bertambah jadi kami di kontrakkan rumah oleh ibu kepala sekolah hingga saat ini di sini,jadi apapun yang terjadi di sekolahan saya dan keluarga sudah hafal..”

Aku terdiam seketika tidak bertanya lagi.Hmmm...jadi memang di situ tempat gadis kecil itu. Dan entah kenapa sejak aku menceritakan keberadaannya pada pak Udin sejak saat itu juga kehadirannya tak pernah kulihat lagi.Apa dia cuma ingin berkenalan denganku?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun