Mohon tunggu...
Ila Heti
Ila Heti Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buket Mawar

1 November 2012   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil keluargaku sampai di depan rumah dinas ayah di perumahan angkatan laut siang itu,aku sangat senang sekali,rumahnya berderet dan rapi.Namanya juga perumahan pastilah masih sepi dan belum banyak yang tinggal di sana juga.

Di antara barisan rumah,kami tinggal di rumah nomer delapan aku mengira angka delapan bukanlah angka yang bikin parno, namun ternyata..tidak,banyak kejadian yang kami rasakan terlebih aku dan adikku.

Malam itu tiba-tiba lampu perumahan padam ,di rumah hanya ada aku,ibu dan adikku,sedangkan ayah ketika itu tugas layar ke luar pulau selama dua bulan,malam itu kira-kira jam delapan malam saat ibu sedang sholat isya’.

“Mbak Lalaa..!”Adikku berteriak sekencang-kencangnya mungkin karena terkejut,sampai aku tidak tahu posisi adikku.

“Ya bentar,ini masih cari lilin..!,ada aja pakai lampu mati segala..,eh emang siapa yang matikan ya?belum banyak yang di tempati kale..,satpam perumahan..kurang kerjaan aja tuh satpam,eh udahlah ..”

Awalnya aku asyik-asyik aja tinggal di sana namun belakangan ada yang aneh ketika aku akan berjalan ke ruang makan di belakang untuk mencari lilin dan korek api, tiba-tiba ada sesuatu berdiri atau jongkok entah posisi apa aku kurang faham karena malam itu gelap,persis di halaman belakang di sebelah jemuran pakaian,ini bukan kali pertama sebelum ini juga ketika aku mengerjakan tugas kampus ,di luar halaman depan kira-kira jam sembilan malam saat aku di ruang belajar kamar ada suara memanggil entah menyapa yang jelas suara itu datar aja.

“Buu...ibuuu...”

Aku kira itu suara adikku namun ketika aku menjawab panggilan itu.

“Apaan sih dekk..?,dah belajar aja.”

Ketika aku jawab seperti itu ternyata adik dan ibuku sedang berdiri di depanku dan melihatku aneh lalu ibu menegurku,“La..kamu baik-baik aja khan?”

Aku lalu mendongak melihat adik dan ibuku dengan pandangan yang heran juga.

“Lhoh kenapa emang..?”

“Kamu jawab pertanyaannya siapa?adikmu?”

“Lhoh iya khan..”

Adik dan ibuku saling berpandangan.

“Mbak..dari tadi aku di sini ma ibu,liat tv.”

“Iya nich mbak Lala,kenapa mbak?”,tanya ibu

Karena bingung bercampur parno akhirnya aku tidak menjawab pertanyaan ibu,dan hanya tersenyum.

Ampunnn..tadi suara siapa donkkkk....bikin parno nich,gile ya nich perumahan bagus-bagus kenapa banyak yang jail sihhh...

Aku gemas dengar panggilan itu,dan kini ada lagi namun aku cuek saja.

Ihhh...mana sih lilinnyaa..

Setelah aku dapat lilin beserta koreknya kini tinggal menyalakannya dan berjalan ke kamar si adik dengan terang dari sebatang lilin yang menyala di tangan kananku,aku mengira adikku masih menutup matanya dengan bantal atau guling,maklum dia khan penakut abis..,begitu aku keluar ruang dapur dan akan melintasi meja makan aku teringat dengan sesuatu yang di dekat jemuran pakaian tadi,aku terangi sekeliling tempat jemuran itu dengan mengangkat lilin di atas kepalaku dan menebar pandang di sekelilingnya,rasanya..rasanya nich sesuatu yang berdiri atau jongkok tadi sudah tidak ada,aku beranikan diri untuk menoleh ke sana ke mari,jaga hati biar tidak ketakutan,malu sama ibu dan adik padahal malam itu bikin merinding,aku terkejut ketika suara ibu memanggilku.

“Mbak Lalaa!,cepet mbak..mana lilinnya?”

Ibu...

“Ya bentar ini mau ke sana..”

Aku buru-buru keluar dan membiarkan pintu ruang dapur masih terbuka,kemudian menuju kamar adikku,ketika aku masuk ke kamar di atas tempat tidur adik dan ibuku saling berpelukan.

“Eh napa tuh si adek,takut ya..?”

“Udahlah mbak?,jangan ledek adek terus..”

“Hihi..iya deh maaf”

“Cepat tempelkan aja lilinnya di atas lemari baju adik biar terangnya jadi seluruh kamar..”

Setelah aku tempelkan lilin di atas lemari baju adekku,aku ikutan berpelukan dengan adek dan ibuku.

“Oh ya bu...ruang tamu gak di kasih lilin juga biar terang?,khan gelap deh kalau gak di nyalakan lilinnya”

“Gak usah deh La..bentar lagi juga mau tidur,dah yuk kita tidur aja ibu ma adekmu dah ngantuk nich..”

“Ihh..si adek dah tidur to ternyata,mukanya di tutup ma bantal gitu,gak kegerahan tuh”

“Dahh..biarkan deh,kalau gitu ibu tidur dulu ya?dah ngantuk berat nich.”

Aku melihat ibu menepuk bantal dan memberikan guling kepadaku kemudian aku melihat ibu akhirnya tertidur,akhirnya akupun merebahkan tubuhdi samping adikku.Malam itu susah untuk memejamkan mata,aku melihat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam namun mataku tidak dapat terpejam seperti ibu dan adikku.

Wahhh..apa mungkin begadang nich,kok susah tidur sih

Aku miring ke kanan dan kiri,ketika badanku kembali miring ke kanan.. perasaanku ada sesuatu yang bergoyang di atas lemari baju adekku,aku kemudian melirik ke atas dengan perlahan..dan kemudian buru-buru aku duduk,aku melihat buket di atas lemari itu bergoyang.. sejenak aku berfikir apamungkin jendela kamar terbuka malam itu,namun ketika aku melirik ke jendela di samping ranjang ternyata sudah tertutup itu berarti tidak ada angin yang berusaha untuk menggoyangkan buket bunga mawar itu,dan itu pasti,namun lama kelamaan aku melihat buket itu rasanya semakin cepat saja bergoyang,dan ketika itu pula aku menjadi parno,ketika tiba-tiba ada yang dingin di telingaku malam itu,buru-buru aku rebahkan tubuhku di ranjang dan menutup wajah dan mataku dengan guling tadi,kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi.

Aku tiba-tiba terjaga ketika ibu menepuk pantatku

“La..gak bangun?dah masuk subuh..”

“Yaa....”,sambil menguap.

Ketika aku menguap,teringat aku dengan buket di atas lemari adek,buru-buru duduk dan mendongak ke atas,dan aku melihat buket itu baik-baik saja diam dan tidak bergerak sedikitpun.

Aneh..lalu?

Aku lalu melompat turun dan membuka jendela kamar di samping ranjang,angin terasa di pori-pori wajahku dan itu tidak membuat buketan bunga mawar di atas kamar adekku bergerak.

Harusnya bergerak donkk..khan ada angin masuk,lhah ini malah diam gak gerak sama sekali jadi parno deh subuh-subuh

“La..ayo cepet sholat subuh dulu,ntar habis waktunya lhoh”

“Eh ya “

“Napa sih La..kok aneh bener pagi-pagi gini”

“Gak kok bu..gak papa”

“Lhah itu napa kok diri di depan jendela sambil melirik buket mawar di atas lemari”

Aku menggelengkan kepala dan buru-buru meninggalkan ibuku yang masih berdiri di depan pintu kamar adek,aku mandi pagi dan kemudian sholat subuh. Hari itu minggu dan aku suka itu,pukul lima pagi ketika adekku bangun dan akan ke belakang.

“Mbak..lampunya masih mati ya?tuh lilin di atas lemari sampai habis dan kamarku kok masih gelap aja,gak ada lilin lagi apa di belakang?”

“Iya nich semalam cuma tinggal satu,oya ntar mbak mau cerita.”

“Eh ya..aku juga ya,kita bicaranya di mana mbak,ibu jangan tahu gitu.”

“Di kamar aja.”

Adikku mengangguk dan buru-buru ke belakang mandi dan sholat subuh,masih keburu ternyata..,pagi itu setelah rapi di sela-sela bersih-bersih rumah adekku berbisik di telingaku.

“Mbak ke kamar bentar..”

“Ada apa sih?”

“Dah ayo..”,sambil menggandeng pergelangan tanganku

Duduk di tepi ranjang,aku melihat adekku tegang dan menggosok-gosok tengkuknya.

“Semalam..”

“Napa..”

“Aku melihat orang di jendela sebelum lampu padam..”

Adekku terlihat tegang,malam itu ternyata dia berteriak memanggil itu karena dia melihat sesuatu di jendela.

“Lhoh khan dah padam lampunya baru adek teriak,rasanya lhoh?”

“Iya..itu karena aku terangi kamar dengan sinar lampu ponselku,nah begitu terang ekor mataku melihat seperti orang di jendela kamar itu berdiri”

“Trus..”

“Trus tiba-tiba buket mawar di atas itu bergoyang sendiri bunganya”

“Ha..masa sih..?”

“Iya”,suara adekku lirih.

***

Sejak malam itu dan malam berikutnya kejadian itu terus saja hingga suatu ketika datanglah tamu ayah yang sama-sama seorang angkatan laut,datang bersama ayah saat pulang dari berlayar.Sebelum masuk rumah sambil duduk di teras depan teman ayah mengatakan bahwa memang sebelum kami tempati ada sekeluarga makhluk yang tidak tampak telah lebih dahulu menempati rumah kami,tidak mau pergi tetapi tidak mengganggu juga,begitu kata teman ayah.Kami akhirnya terbiasa dengan hal yang aneh di rumah kami itu,dari lampu kamar yang tiba-tiba menyala ketika kami berpergian jauh dan sampai di rumah tengah malam,sampai buket bunga mawar yang bergoyang hingga pintu ruang dapur yang kadang terbuka atau tertutup sendiri,asalkan tidak terjadi apa-apa dengan kami ayah membiarkannya hingga kini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun