Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang pemuda bernama Faisal. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sedang pulang kampung untuk liburan semester. Faisal memiliki kebiasaan unik: ia gemar sekali membaca hadis dan mencari keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini bermula dari ajaran kakeknya, Haji Mahfud, yang selalu menekankan pentingnya memahami ajaran agama dengan pemahaman yang benar dan mendalam.
Kakeknya sering berkata, “Islam itu agama yang sempurna, Sayang. Semua yang diperintahkan pasti ada manfaatnya, baik untuk dunia maupun akhirat. Tugas kita adalah mencari tahu hikmah di baliknya.”
Pertemuan dengan Dr. Salman
Pada suatu hari, di masjid desa, Faisal bertemu dengan seorang tamu istimewa, Dr. Salman, seorang dokter sekaligus ulama yang terkenal karena sering mengkaji hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan. Usai shalat Ashar, Dr. Salman memberikan ceramah tentang puasa dan manfaatnya bagi kesehatan.
“Puasa bukan hanya ibadah,” kata Dr. Salman memulai. “Rasulullah SAW bersabda, 'Berpuasalah, niscaya kamu sehat.' Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Meski hadis ini tergolong hasan , kita bisa melihat kebenarannya melalui ilmu kedokteran modern.”
Faisal, yang duduk di barisan depan, mendengarkan dengan saksama. Dalam ceramah itu, Dr. Salman menjelaskan tentang autophagy , sebuah proses biologi di mana tubuh membersihkan sel-sel rusak saat seseorang berpuasa. Ia juga menjelaskan bagaimana puasa dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan metabolisme.
“Namun,” lanjut Dr. Salman, “kita harus memahami puasa dengan benar. Jangan sampai puasa justru membuat kita sakit karena pola makan yang salah atau niat yang salah.”
Ceramah itu membuat Faisal semakin penasaran. Setelah acara selesai, ia memberanikan diri untuk berdiskusi lebih jauh dengan Dr. Salman.
Dialog tentang Puasa dan Kesehatan
“Assalamu'alaikum, Dok,” sapa Faisal sambil menjulurkan tangan. “Namaku Faisal. Saya mahasiswa kedokteran di semester akhir. Saya tertarik sekali dengan penjelasan tadi. Bolehkah saya bertanya lebih lanjut?”
“Wa'alaikumussalam, Faisal. Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan?” jawab Dr. Salman dengan ramah.
“Dok, saya sering mendengar bahwa puasa bisa menyehatkan tubuh, tetapi saya juga pernah membaca bahwa orang yang punya penyakit tertentu tidak dianjurkan berpuasa. Bagaimana cara menyikapi hadis tadi dalam konteks orang-orang yang sakit?”
Dr Salman tersenyum. “Pertanyaan yang bagus. Dalam Islam, segala sesuatu itu ada timbangannya. Allah SWT tidak menggantungkan seorang hamba di luar kemampuannya. Itu sebabnya orang sakit diberi keringanan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain atau membayar fidyah.”