Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedikit Cerita dari Panasnya Kota Surabaya

23 Maret 2014   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tekad bulat menemui Bu Risma, saya berangkat dari Malang pukul 7 pagi dengan kereta. Sampai di sana pukul 10 tepat. Rasa menyengat langsung saya rasakan saat menginjakkan kaki di Stasiun Wonokromo. Karena waktu acara masih lama (pukul 2 siang), saya mencari tempat ademan. Untung di seberang stasiun ada DTC. Lumayan bisa mendinginkan badan.

Hampir 3 jam saya berjalan-jalan di DTC. Konsep pasar yang mengintegerasikan antara pasar tradisional dan modern. Dua pasar yang sangat berbeda ini rupanya berhasil disatukan Bu Risma. Mungkin saat pembangunannya ada sedikit kericuhan, namun yang saya amati dua pasar itu bisa hidup berdampingan. Suasana panas di Pasar Wonokromo tidak saya saksikan sebagaimana yang saya amati di Pasar Dinoyo dan Pasar Blimbing akibat kisruh pembangunannya.

[caption id="attachment_300123" align="aligncenter" width="448" caption="DTC, Integrasi Pasar Tradisional dan Modern (Dok. Pri)"][/caption]

Saya lalu menuju lokasi acara di bilangan Jemursari. Karena tak terlalu terburu, saya mencoba menaiki angkot. Bagaimana sih angkot di Surabaya. Saat menaikinya, dengan berat hati harus saya katakan bahwa angkot di Surabaya tidak lebih baik dibanding di Malang. Angkot yang tua dan tak layak jalan, serta kurang ramahnya sopir angkot  menjadi hal yang mungkin perlu diperbaiki oleh Bu Risma dan pihak yang terkait. Sambil menunggu angkot penuh, saya melihat beberapa sopir yang saling mengejek berebut penumpang, membunyikan klakson (dengan sengaja), dan meraung-raungkan mesin (dengan sengaja pula). Hawa panas jadinya semakin panas.

Masalah transportasi ini memang diakui Bu Risma sendiri cukup memberi tantangan tersendiri. Konsep awal pembangunan Kota Surabaya yang memiliki banyak sekali gang membuat harus ada banyaknya pengumpan antara satu transportasi masal dengan transportasi lainnya. Sedikit dapat saya tangkap, angkot adalah salah satu ujung tombak transportasi Kota Surabaya. Beliau memaparkan akan membangun beberapa model transportasi masal berupa monorail. Namun, pembangunan ini juga masih harus dipertimbangkan dengan matang agar tak terjadi masalah di kemudian hari. Meski begitu, Bu Risma sebaiknya menata angkot terlebih dahulu, minimal peremajaan.

Setelah sampai di Jemur Andayani saya diturunkan sopir angkot karena memang tidak menuju ke Jemursari. Lalu saya berjalan mencari ojek. Jam di HP menunjukkan angka 13.00. waktu yang tepat untuk berpanas-panas di Surabaya. Sayang sekali tak ada ojek yang saya temui. Di ujung jalan Jemursari saya melihat dua orang wanita sambil mengipas-ngipas dan melihat sekeliling. Saya hampiri mereka. Ternyata mereka adalah dua Kompasianer dari Malang seperti saya yang niat berpanas-panas ke Surabaya untuk menemui Bu Risma. Kamipun berjuang bersama-sama menuju Kantor Kompas Gramedia. Diiringi langkah dan semangat 45, kami terobos hawa panas yang semakin menyengat saja. Sekitar 750 meter kami berjalan sambil mengipas-ngipas. Akhirnya, gedung yang dicari ketemu. Gedung yang tampak gagah menjulang tinggi.

Sampai di sana lega rasanya, sudah banyak Kompasianer yang meunggu di lobi. Saya masih merasa kepanasan dan menyeka keringat yang bercucuran deras. Wajah saya tampak kemerahan. Seperti ikan yang dikeluarkan dari akuarium. Maklum, terbiasa hidup di daerah dingin. Sampai seorang Kompasianer tertawa melihat ulah saya.

Singkat cerita kami menuju TKP acara. Tak sabar rasanya bertemu Bu Risma. Meski terlambat, akhirnya Bu Risma datang. Senang rasanya, perjuangan menembus panasnya Kota Surabaya tak sia-sia. Denghan senyum khasnya, Bu Risma menyapa kami. Lucunya, hal pertama yang beliau lakukan adalah menggosok keningnya dengan obat gosok, katanya tak kuat dengan dinginnya AC. Lha bu saya aja kepanasan di sini.

[caption id="attachment_300124" align="aligncenter" width="448" caption="Dok. Pri"]

13955390792010494742
13955390792010494742
[/caption]

Bu Risma mulai berbicara program-program yang sudah beliau lakukan, masalah apa saja yang dihadapi Kota Surabaya, sampai  hal remeh lainnya. Dari sekian penjelasan itu saya cukup kagum dengan all outnya Bu Risma mengecek kondisi di lapangan. Tak boleh satu hal pun boleh luput dari pengawasan beliau. Karena itu beliau selalu membawa HT. Sebagai alat paling canggih untuk mengecek kinerja bawahannya. Tak jarang, Bu Risma panas saat melihat kerja bawahannya tak beres. Melalui HT pula beliau akan langsung mendamprat bawahannya. Kerja kerja dan kerja. Itulah tagline bagi Bu Risma.


Bu Risma berbicara tentang penggunaan HT



Bu Risma langsung mengecek bawahannya yang “nakal” saat seorang Kompasianer dari Surabaya yang juga penggiat budaya wadul ke Bu Risma mengenai stafnya yang kurang baik saat akan meminta izin menggunakan gedung milk Kota. Langsung Bu Risma menayakan siapa bawahannya yang berbuat seperti itu. dia menugaskan ke staf setianya yang duduk di belakang saya menghubungi bawahannya. Dari sini bisa saya amati Bu Risma langsung melakukan tindakan saat itu juga saat ada masalah. Tanpa menunda pekerjaan. Staf setianya langsung gelagapan mencari orang yang dimaksud.

Masih banyak cerita dari Bu Risma dalam usahanya mengelola panasnya Kota Surabaya. Bagaimana beliau merangkul para preman, menyediakan tempat yang layak bagi para pengamen untuk berkarya,hingga menurunkan panasnya perseteruan dua kubu bonek. Masalah bonek ini Bu Risma sepertinya terlihat gelo (kecewa) karena niat baiknya untuk mendamaikan dua kubu kurang begitu dihargai oleh pihak yang bertikai. Padahal Bu Risma tak henti-hentinya meluangkan waktunya agar masalah ini cepat selesai. Yah mudah-mudahan saja bisa segera teratasi, mengingat Persebaya sendiri menjadi tim yang cukup hebat dan telah melahirkan banyak sekali bintang sepakbola bagi Indonesia.

Terakhir, untuk masalah pendidikan, Bu Risma memiliki kegiatan yang patut ditiru. Beliau sering berkeliling ke sekolah-sekolah, memberikan pelatihan, dan mencari apa saja masalah yang dihadapi oleh sekolah itu. beliau tak membeda-bedakan sekolah negeri dan swasta, sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Semuanya sama, agar pendidikan di Kota Surabaya menjadi lebih baik lagi. Ada satu hal masalah pendidikan yang rupanya bisa dicontoh. Semua pendidikan dari SD hingga SMA digratiskan. Tak hanya gratis, pengeluaran sekolah juga dibiayai Pemkot. Saya bandingkan dengan kota saya (Malang) yang memang gratis, tapi masalah pengeluaran sekolah tak dibiayai Pemkot. Jadinya, sekolah kelimpungan mencari dana operasionalnya. Bahkan banyak sekolah di Malang yang memiliki tolet dengan mengenaskan. Anggaran pendidikan di Kota Surabaya yang sebesar 35% menjadi salah satu alasannya. Ketika beliau ditanya apa tak jebol anggaran Kota Surabaya dipakai seperti itu. Beliau bilang tidak. Dengan kerja dan doa, terutama dari seluruh masyarakat Surabaya ada saja pemasukan bagi daerahnya.

Masih banyak sebenarnya cerita saat acara Modis kemarin. Karena keterbatasan saya, mungkin anda bisa menyimak ulasan dari Kompasianer lainnya. Surabaya memang ditakdirkan panas oleh Tuhan karena berada di tepi pantai. Tapi Bu Risma sangat berusaha keras menjadikan Surabaya yang panas menjadi Surabaya yang nyaman untuk ditinggali. Terimakasih Bu Risma atas ilmunya. Semoga anda selalu diberi kesehatan dan kemudahan oleh Tuhan.

Sekian. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun