Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Marching Band dan Eksistensi Madrasah Ibtidaiyah

18 April 2014   15:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan oleh sekolah sangat beraneka ragam. Salah satunya adalah marching band, atau banyak orang yang menyebutnya drum band. Diantara sekian banyak ekstrakulikuler, marching band adalah salah satu ekstrakulikuler andalan sebuah sekolah untuk menunjukkan prestasinya.

Namun, bagi sebagian sekolah yang minim murid, marching band biasa digunakan untuk mengenalkan sekolahnya kepada pihak luar. Terutama bagi Madrasah Ibtidaiyah swasta yang memiliki jumlah murid memperihatinkan. Marching band menjadi sarana MIS untuk berusaha mendapatkan semaksimal mungkin murid saat ajaran baru.

Sulitnya MIS yang belum terkenal ini mendapatkan murid disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah rendahnya minat masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya di MI. Selain itu, banyaknya SD negeri yang mengepung MI juga sedikit banyak menyebabkan MIS tersebut kekurangan murid dari tahun ke tahun.

Meski dilanda kesulitan itu, pihak pengelola MIS tak kehilangan akal. Melalui marching band, sekolah mengenalkan kebolehan siswanya dalam memainkan alat musik yang dipadu dalam sebuah harmoni. Memang pihak sekolah, terutama kepala sekolah harus rela berkorban mencari dana untuk membiayai kegiatan ini, namun lambat laun buah dari pengorbanan mereka ada hasilnya. Salah satunya telah dilakukan sebuah MI di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang ini.

[caption id="attachment_303694" align="aligncenter" width="307" caption="Persiapan sebelum tampil di sekolah"][/caption]

Sejak tiga tahun terakhir ini, marching band dari MI ini telah banyak bermain untuk berbagai acara. Nah yang unik adalah mereka sering diundang tampil di acara pernikahan, yakni acara temu manten. Jika biasanya acara temu manten diiringi oleh tanjidor atau rebana, maka penduduk di sekitar MI ini meminta para siswa untuk bermain marching band saat acara temu manten.

1397739756272606401
1397739756272606401

13977399501314709939
13977399501314709939

139778375530703245
139778375530703245

Para siswa sangat antusias saat diminta tampil oleh warga yang sedang menggelar hajatan. Mereka telah mempersiapkan diri sepulang dari sekolah. Latihan pun sudah dilakukan rutin setiap minggu. Meski jarang sekali dibayar dan hanya diberi kue, namun semangat mereka patut diacungi jempol. Mereka beralasan inilah saatnya menunjukkan kepada masyarakat sekitar bahwa sekolah mereka tetap eksis, tetap berprestasi, meski jarang dilirik masyarakat. Mereka bangga bisa bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang bisa juga menunjukkan bakat dan prestasinya mesti kurang begitu dilirik masyarakat.



13977399941018050314
13977399941018050314

1397740044204368834
1397740044204368834


1397783837211871679
1397783837211871679

[caption id="attachment_303702" align="aligncenter" width="480" caption="Warga yang antusias melihat penampilan marching band"]

13977403422117642082
13977403422117642082
[/caption]

Dalam satu bulan , jika sedang musim hajatan nikah atau sunatan, mereka bisa tampil hingga 5 atau 6 kali. Memang cukup sulit membagi waktu, terlebih acara berlangsung saat hari masuk sekolah. Meski begitu, guru pembimbing mereka hanya menerima tawaran saat menjelang akhir pekan, bukan saat awal pekan. Bagaimanapun juga, sekolah tetap yang utama dan tidak boleh diganggu.

[caption id="attachment_303699" align="aligncenter" width="480" caption="Rombongan manten ini berjalan di belakang marching band"]

1397740107392579893
1397740107392579893
[/caption]

[caption id="attachment_303700" align="aligncenter" width="480" caption="Saat pemain marching band dijamu tuan rumah"]

13977401811722534949
13977401811722534949
[/caption]

[caption id="attachment_303701" align="aligncenter" width="480" caption="Para pemain marching band sedang menikmati makanan dari tuan rumah"]

1397740235231326551
1397740235231326551
[/caption]

Pihak sekolah menyadari masih banyak kekurangan dari marching band yang mereka bina. Pihak sekolah masih terus mengupayakan berbagai perbaikan seperti kostum, penampilan, dan alat-alat. Terlebih, pihak sekolah sangat bersyukur dalam dua tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan murid baru setiap tahunnya. Jika sebelum ada marching band ini sekolah hanya mampu menerima sekitar 10 murid baru, setelah adanya marching band ini sudah ada lebih dari 20 murid yang mendaftar ke skolah ini tiap tahunnya. Artinya, marching band ini mampu mendongkrak kepedulian masyarakat agar mau menyekolahkan anaknya di MI. Sejatinya, usaha ini juga dilakukan oleh MI-MI lainnya, terutama yang kurang dilirik masyarakat. Tidak hanya melalui marching band, tapi juga ekskul-ekskul lainnya. Memang kesuksesan sebuah sekolah tidak hanya dilihat dari banyaknya jumlah murid. Namun, jika lama-lama sekolah tersebut semakin sedikit muridnya, tidak tertutup kemungkinan akan tutup bukan? Semoga usaha MI-MI bisa membuahkan hasil yang menggembirakan.

Sekian, semoga bermanfaat. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun