Menyambung pembahasan tentang organik kemarin (baca di sini), kali ini penulis akan membahas mengenai kesalahan konsep yang cukup unik di masyarakat. Mengapa dibilang cukup unik, karena kesalahan konsep ini menyangkut suatu doktrin yang menjadikan masyarakat takut dalam berperilaku sehari-hari, terutama masalah penggunaan obat dokter yang katanya “mengandung bahan kimia".
Sering kita jumpai, banyak sekali iklan yang menggunakan tagline “Tidak mengandung bahan kimia”. Mulai dari obat, makanan, minuman, hingga minyak gosok dan produk lainnya. Embel-embel tanpa kimia menjadi kekuatan tersendiri untuk mengikat konsumen. Terutama masyarakat menengah ke bawah yang minim akan sikap kritis. Dengan mudahnya mereka menghamburkan uang untuk membeli suatu produk “tanpa bahan kimia” meskipun keadaan ekonominya sangat kurang. Ya kalau produk yang dibeli bermanfaat. Namun, yang sering ditemukan malah produk “tanpa bahan kimia” tersebut lebih berbahaya dibandingkan produk “dengan bahan kimia” yang telah melalui standar proses yang ditentukan. Sering kita jumpai kasus keracunan akibat konsumsi produk “tanpa bahan kimia” tersebut.
Jika kita amati, semua bahan di alam ini adalah bahan kimia, tepatnya suatu materi. Secara umum, materi merupakan sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Udara yang kita hirup, nasi yang kita makan, air yang kita minum adalah bahan kimia. Jadi bahan kimia sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
[caption id="attachment_296491" align="aligncenter" width="530" caption="Air yang kita minum juga merupakan bahan kimia (http://mail.cleanwateraction.org/)"][/caption] Nah diantara sekian banyak bahan kimia di alam ini, tentunya ada yang bermanfaat, merugikan, dan tergantung sesuai kadarnya. Oksigen adalah bahan kimia yang bermanfaat, namun jika saat kebakaran terjadi, oksigen dapat merugikan karena memperbesar nyala api. Demikian pula air, juga bahan kimia yang bermanfaat, namun jika terjadi banjir juga merugikan.
Di berbagai bidang pun juga digunakan bahan kimia. Terutama di bidang medis. Para ahli medis tentunya sudah dibekali pengetahuan untuk menggunakan bahan kimia yang bermanfaat bagi tubuh namun tidak memiliki efek negatif. Jikalau ada efek negatif, maka mereka akan berusaha meminimalisir dampak tersebut.
Sangat berlebihan jika ada orang yang mengatakan bahwa sesuatu yang dijual tidak mengandung bahan kimia. Misal ada seorang penjual obat cair yang katanya berkhasiat melawat berbagai penyakit. Obat cair tersebut katanya tidak mengandung bahan kimia. Namun coba anda renungkan kembali. Pasti di dalam minuman tersebut mengandung air. Nah, air ini juga merupakan bahan kimia bukan? Yang kita kenal sebagai senyawa H2O?
Sebuah Iklan Obat Cair "tanpa bahan kimia" (surabaya.olx.co.id)
Jadi, masihkah kita menggunakan embel-embel “tanpa bahan kimia” untuk memastikan apakah suatu hal lebih baik daripada hal yang lain? Berpikirlah dengan kritis dahulu sebelum bertindak.
Sekian, semoga bermanfaat. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H