Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mana yang Terbaik, Bayar Tiket BRT di Dalam Bus atau di Halte?

6 Juli 2024   16:28 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:04 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang Trans Semarang sedang menunggu bus di Halte Simpang Lima. Trans Semarang menggunakan aturan bayar tiket di halte. - Dokpri

Alasan utama seseorang naik transportasi umum adalah harganya yang murah. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi atau ojek online, dalam rentang jarak yang hampir sama, biaya yang dikeluarkan untuk naik kendaraan umum jauh lebih murah. 

Terkecuali, jika seseorang naik angkutan umum yang dioperasikan oleh oknum nakal. Semisal, saat naik angkot dan mematok tarif tak wajar.

Nah, Bus Raya Terpadu (BRT) hadir untuk menghindari penumpang mendapatkan tarif yang tidak semestinya. Setiap BRT tentunya memiliki tarif yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Uniknya, dari sekian model-model BRT yang ada di Indonesia, Transjakarta malah yang paling murah. Tarif Transjakarta sangat murah yakni 3.500 rupiah. 

Bandingkan dengan Suroboyo Bus dan Trans Jatim sebesar 5.000 rupiah atau Trans Semarang sebesar 4.000 rupiah. Hingga tulisan ini ditulis, walau ada wacana kenaikan tarif, nyatanya banyak pihak yang kontra sehingga kebijakan tersebut diurungkan.

Berbeda dengan angkutan konvensional, BRT memiliki sitem pemungutan tarif off-board. Pada sistem ini,pembayaran tarif dilakukan di luar BRT. Biasanya, sistem yang digunakan adalah sistem barrier-controlled. Artinya, penumpang akan membayar terlebih dahulu tiket yang sesuai tarif yang dikenakan. Petugas halte akan mempersilakan penumpang masuk ke halte untuk menunggu bus tiba.

BRT yang dioperasikan beberapa tahun setelah Transjakarta biasanya menggunakan sistem ini. Trans Jogja dan Trans Semarang contohnya. Para penumpang akan dipersilakan untuk masuk halte oleh petugas halte setelah mereka membayar tiket. 

Namun, jika bus sudah datang, biasanya petugas halte akan mempersilakan penumpang masuk tanpa membayar terlebih dahulu. Penumpang akan membayar di dalam bus dibantu kondektur dengan tarif yang sama. Sistem ini disebut sebagai sistem on-board.

Tentu, sistem semacam ini memiliki kekurangan karena biasanya penumpang membayar tiket dengan uang tunai. Petugas halte harus mempersiapkan uang recehan yang tentunya cukup menyulitkan. Walau pembayaran secara nontunai sudah mulai digalakkan, tetapi pembayaran tunai di halte masih menjadi opsi utama.

Sistem pembayaran on-board dilakukan oleh beberapa BRT yang baru saja beroperasi beberapa waktu terakhir. Contohnya adalah Trans Jateng, Trans Jatim, dan Suroboyo Bus. 

Ketiganya menugaskan kondektur untuk berkeliling mengecek penumpang yang baru naik dan belum membayar. Ketiga BRT tersebut tidak memiliki sistem barrier-controlled sehingga penumpang akan langsung naik saat bus tiba di halte.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun