Namun, dalam praktiknya, penerbit kerap menyatukan dua peran ini dalam satu posisi, yakni editor dengan berbagai tugas yang saya sebutkan tadi. Mungkin demi menghemat pengeluaran atau memangkas alur kerja.
Menjadi editor ternyata diperlukan keahlian yang multitasking. Seorang editor harus bisa menguasai ejaan, tata bahasa, lancara dalam menggunakan kamus dan Tesaurus. Editor juga dituntut memiliki communication skill yang mumpuni, untuk menjalin hubungan baik dengan penulis atau calon penulis, juga berkomunikasi dengan pembaca.
Dalam menghadapi tantangan, editor juga akan mendapat nilai plus jika mampu berbahagia asing (minimal bahasa Inggris), memiliki kepekaan bahasa untuk mengemas atau mengolah naskah Lantaran harus menyunting banyak buku, tentu editor harus berwawasan luas (baca buku, nonton film, baca berita, dll.), dan tentunya memiliki kemampuan menulis
Harus diakui, prospek seorang tidak terlalu menggembirakan. Penulis dianggap jauh lebih terkenal dibanding editor yang membantu naskahnya menjadi bagus. Â Meski demikian, optimisme tetap ada karena penulis dan editor hakikatnya adalah mitra. Keduanya saling membutuhkan demi mewujudkan buku yang bergizi dan bermanfaat bagi pembaca.
Sungguh banyak sekali insight yang saya dapatkan dari acara live Cak Kaji ini. saya sendiri sempat menjalin mitra dengan beberapa editor yang membidani buku saya. Meski harus mendapat banyak catatan dan revisi, tetapi saya yakin peran mereka sangat penting untuk keberhasilan penulis dalam menerbitkan buukunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H