Tentu, tidak konsistennya penyelenggaraan kontes kecantikan pria ini membuat banyak orang tidak terlalu mengikutinya. Berbeda jauh dengan kontes kecantikan wanita semacam Miss Universe, meski sempat ditunda tetapi animo masyarakat untuk mengikutinya masih luar biasa. Bahkan, di kasino dekat hotel karantina peserta Miss Universe, para pendukung peserta dari berbagai negara datang memenuhi area tersebut. Kasino pun berubah layaknya stadion sepak bola.
Alasan keempat adalah perubahan lisensi kontes kecantikan pria dunia ada di Indonesia. Perubahan lisensi ini menyebabkan sebuah kontes kecantikan pria nasional akan mengirimkan juaranya berbeda dengan tahun sebelumnya. Misalkan, LOTY yang rajin mengirimkan juaranya ke Mister World pada 2019 lalu tetapi kini hanya mengirimkan sang juara ke ajang Mister Supranational.
Tentu, perubahan tersebut jauh berbeda dengan yang terjadi pada kontes kecantikan wanita. Puteri Indonesia misalnya yang konsisten mengirimkan wakilnya ke 3 ajang besar, yakni Miss Universe, Miss International, dan Miss Supranational. Sementara, Miss Indonesia secara konsisten mengirimkan wakil ke ajang Miss World yang pada tahun ini akan dilaksanakan di Puerto Rico.
Ketika sebuah kontes kecantikan nasional secara konsisten memiliki lisensi kontes kecantikan internasional, maka pageant lover akan bisa dengan leluasa untuk menjagokan para kandidat sesuai kriteria yang dicari oleh kontes tersebut. Misalkan, peserta A layak untuk ke Miss Universe karena public speakingnya lancar, peserta B layak ke Miss International karena wajahnya kalem dan seterusnya. Hotpicks alias prediksi pun akan semakin ramai yang menyebabkan kontes tersebut menjadi diminati.Â
Jika ajang nasional memiliki lisensi yang tidak konsisten, maka prediksi yang seru itu pun tidak akan bisa dilakukan. Akibatnya, keseruan untuk mengikuti ajang tersebut menjadi berkurang.
Alasan kelima adalah mengenai kostum yang dibawakan oleh para peserta di atas panggung. Kontes kecantikan wanita memiliki sesi evening gown (EG) yang sekaligus menjadi daya tarik karena memperlihatkan berbagai motif gaun berwarna-warni. Tiap tahun ada saja kejutan yang mewarnai sesi EG ini sehingga kontes kecantikan wanita masih memiliki daya tarik.
Nah, sesi EG tentu tidak dimiliki oleh kontes kecantikan pria. Biasanya, mereka membawakan baju tuksedo yang seragam. Melihat para pria yang seragam mengenakan baju tuksedo ini tentu tidak menarik. Tidak ada rasa penasaran layaknya menebak gaun yang akan dikenakan para peserta kontes kecantikan wanita. Inilah yang menjadi salah satu faktor utama kontes kecantikan pria tak begitu diminati.Â
Meski begitu, pada ajang Mister Supranational ada sebuah babak yang mempertandingkan peserta untuk tampil dalam balutan baju dengan tema tertentu. Beberapa diantaranya adalah tema sepak bola dan tema profesi. Adanya baju dengan tema ini membuat ajang tersebut tidak terlalu monoton sehingga saat ini menjadi kontes kecantikan pria nomor 1.
Itulah beberapa alasan yang menyebabkan kontes kecantikan pria tak begitu diminati. Selain, beberapa alasan lain seperti rekam jejak peserta yang tidak baik. Alasan ini juga ada pada kontes kecantikan wanita. Padahal, banyak pemenang kontes kecantikan pria terutama di Indonesia yang berhasil menjadi influencer alam mengkampanyekan pola hidup sehat. Tetap saja, suka atau tidak, kontes kecantikan pria masih dianggap sebelah mata. Para wanita pun rupanya banyak yang memilih untuk mengikuti kontes kecantikan wanita daripada pria.
Bagaimana menurut Anda?
Â