Di sekolah saya sendiri, memang ada beberapa guru junior yang gemar bersantai di basecamp ruang olahraga atau rumah dinas sekolah. Mereka biasanya bermain gim atau bernyanyi yang tentu saja mengundang kehadiran siswa.
Seorang guru senior bahkan sempat memarahi mereka karena perilaku ini. Lebih baik waktu luang digunakan untuk mengoreksi siswa atau kegiatan lain semisal menanam bunga dan mempersiapkan bahan ajar. Alasannya, waktu jam pelajaran belum usai dan tidak baik jika dicontoh oleh para siswa.
Meski begitu, ada juga guru junior baru yang belum tahu mengenai aturan keluar-masuk sekolah. Dalam suatu hari, saya melihat wajahnya yang cemas seakan menanggung beban berat. Ketika ditanya oleh guru lain, ternyata ia harus mengurus ATM-nya yang terblokir dan sedang butuh uang segera. Ia sungkan untuk meminta izin padahal saat jam kosong.Â
Guru itu pun menyuruhnya untuk minta izin ke Kepala Sekolah. Jika tidak ada, ia bisa meminta izin guru yang paling dituakan -- semacam wakasek -- agar bisa keluar dan menyelesaikan urusannya. Ini juga jadi pembelajaran bagi para guru muda yang baru saja bekerja di sebuah sekolah mengenai etika keluar-masuk sekolah saat pelajaran berlangsung.
Dalam masa pandemi ini dan pembelajaran tatap muka yang terbatas, aturan keluar-masuk sekolah yang dilakukan para guru sebaiknya lebih diperjelas lagi. Selain mencegah penularan covid-19, waktu PTM yang singkat sudah seyogyanya dijadikan dasar sekolah memberi arahan agar para guru menunda untuk melakukan urusan pribadi hingga sekolah usai.Â
Toh kini kebanyakan sekolah usai hanya sampai jam 11 siang. Meski ada guru yang masih harus berada di sekolah hingga sore hari, mereka masih bisa keluar sekolah selepas pelajaran usai. Waktu mereka masih cukup banyak jika dibandingkan sebelum pandemi.
Berbeda dengan kegiatan kantor, urusan keluar-masuk area sekolah memang tidak sesederhana itu. Kembali lagi ke kaidah guru yang jadi contoh, gerak-gerik guru akan dilihat langsung oleh siswa. Kita boleh menyusun teori pendidikan karakter yang begitu berat dan sulit dilakukan. Akan tetapi, lewat kesadaran sederhana semacam ini, pendidikan karakter inilah yang sebenarnya diperlukan oleh para generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H