Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Beberapa Pertimbangan Sembari Menunggu Uji Coba KRL Solo-Jogja

6 November 2020   08:44 Diperbarui: 6 November 2020   08:56 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRL Solo-Jogja yang akan dioperasikan sedang terparkir. - Dokumen Pribadi

Pada pertengahan November ini, ada yang baru dari jalur kereta api Solo-Jogja.

Tidak lain adalah rencana uji coba pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) Jogja Solo. KRL ini akan menggantikan Kereta Rel Diesel (KRD) Prambanan Ekspres (Prameks) yang sudah eksis selama bertahun-tahun. Kedua wilayah yang menjadi jantung dari kebudayaan Jawa ini akan menjadi wilayah pertama di luat Jabodetabek yang memiliki layanan KRL.

Uji coba ini tentu amat dinanti. Tidak saja bagi pecinta kereta, tetapi warga di kedua kota tersebut yang dikenal memiliki tingkat penglajuan yang cukup tinggi. Meski uji coba KRL Jogja-Solo ini akan dilakukan pada 10 November nanti, tetapi KRD Prameks tetap akan beroperasi seperti biasa. Sembari menunggu ujicoba itu, ada beberapa catatan yang menjadi pertimbangan dalam uji coba rangkaian ini.

Pertama, masih adanya insiden yang terjadi sebelum uji coba dilakukan. Beberapa hari yang lalu, rangkaian kereta yang dibawa dari Depok mengalami gesekan alias tersangkut di wilayah Kalioso Karanganyar. Insiden ini sontak menuai banyak tanggapan dari pecinta kereta. Ini tak lepas dari insiden beruntun yang dialami oleh kereta tersebut. Selepas atapnya tersangkut di Jembatan Kalioso,  badan kereta pun menggores peron Stasiun Kadipiro yang ada di Solo.

Insiden goresan tersebut menandakan bahwa masih ada stasiun di wilayah Daerah Operasi VI yang akan menjadi wilayah operasi kereta ini tidak dirancang untuk KRL eks buatan Jepang. Badan kereta yang lebih lebar dibandingkan jenis kereta diesel pada umumnya membuat insiden pun terjadi.

Maka, selama uji coba dilaksanakan, alangkah lebih baik penataan jalur KRL yang sekiranya menganggu juga bisa dilakukan dengan baik. Tujuannya agar saat pengoperasian penuh nanti, berbagai insiden yang malah dapat memicu gangguan perjalanan kereta lainnya bisa diminimalisasi.

Kedua, pertimbangan mengenai stasiun yang akan menjadi pemberhentian KRL Jogja-Solo. Dari beberapa sumber resmi yang beredar, nantinya akan ada beberapa stasiun tambahan pemberhentian KRL ini dibandingkan dengan KRD Prameks. Seperti diketahui, KRD Prameks hanya berhenti di Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Brambanan, Klaten, Purwosari, dan Solo Balapan.

Rencananya, KRL Solo juga akan singgah di Stasiun Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, dan Gawok. Stasiun-stasiun tersebut banyak berada di wilayah Klaten. Sementara ini, para penumpang justru banyak yang naik dari Stasiun Maguwo. Saya sendiri juga salah satu penumpang Prameks yang lebih sering naik dari stasiun yang berada di komplekas Bandara Adi Sucipto itu.

Alasan penumpang banyak naik dari staisun ini adalah aksesnya mudah dan bisa ditempuh dengan Trans Jogja. Dengan integrasi moda transportasi ini, penumpang bisa beralih dengan cepat ke wilayah lain tanpa harus memasuki Kota Jogja. Semisal, saya yang tinggal di wilayah Tempel dan berbatasan dengan Magelang akan lebih mudah turun dan naik dari stasiun ini dibandingkan staisun Tugu atau Lempuyangan jika akan atau dari Solo.

Para penumpang KRD Prameks di Stasiun Maguwo. - Dokumen Pribadi
Para penumpang KRD Prameks di Stasiun Maguwo. - Dokumen Pribadi
Sayangnya, ruang tunggu penumpang di stasiun ini tidaklah sebesar dua stasiun utama di Jogja. Penumpang pun akan berkerumun untuk menunggu dan kadang sering harus bersusah payah turun melewati rel kereta untuk berpindah peron. Dengan pengoperasian KRL Solo-Jogja, alangkah lebih bijak jika stasiun ini ditambah fasilitasnya. Terlebih, saat ini pandemi covid-19 masih melanda yang butuh berbagai protokol kesehatan untuk melayani penumpangnya.

Pengaktifan stasiun yang dekat dengan Stasiun Maguwo juga bisa dilakukan. Stasiun Kalasan misalnya. Stasiun yang tak jauh dari Candi Kalasan ini juga bisa diaktifkan untuk menampung penumpang yang akan naik sehingga tidak perlu naik dari Stasiun Maguwo. Ini juga selaras dengan konsep KRL yang memuat beberapa stasiun aktif dengan jarak yang tak terlalu jauh.

Peringatan bagi penumpang yang akan ganti peron di Stasiun Maguwo. - Dokumen Pribadi
Peringatan bagi penumpang yang akan ganti peron di Stasiun Maguwo. - Dokumen Pribadi
Masalah jadwal keberangkatan kereta juga bisa menjadi pertimbangan. Tiket KRD Prameks biasanya cepat habis terutama pada jam berangkat atau pulang kerja. Sayangnya, keberangkatan saat jam-jam sibuk tak terlalu banyak terlebih antara jam 5 hingga jam 8 pagi. Saat ini, hanya ada 2 keberangkatan KRD Prameks dengan rute Jogja Solo yakni pada pukul setengah 6 pagi dan pukul 7 pagi. Dari Solo sendiri, juga hanya ada 2 KRD yang beroperasi yakni pukul 5 pagi dan setengah 7 pagi.

Dengan pengoperasian KRL Solo-Jogja diharapkan akan banyak lagi jadwal kereta yang beroperasi terlebih pada jam-jam sibuk. Untungnya, harapan ini akan bisa terwujud karena menurut Kepala DAOP 6 PT KAI Jogja Asdo Artriviyanto, nantinya akan ada 20 perjalanan setiap hari. Jumlah ini ini hampir dua kali lipat dibandingkan KRD Prameks yang hanya 10 kali perjalanan saja.

Pertimbangan lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai perlintasan sebidang di wilayah ini yang bisa mengganggu keselamatan. Berbeda dengan kereta diesel yang memiliki suara nyaring, KRL cenderung memiliki intensitas suara yang lebih rendah saat melintas. Akibatnya, banyak pemakai jalan tak menyadari jika ada kereta sedang melintas terutama jika daerahnya baru saja diujicobakan KRL.

Masih ada calon penumpang KRD Prameks yang membeli tiket secara go show di loket. - Dokumen Pribadi
Masih ada calon penumpang KRD Prameks yang membeli tiket secara go show di loket. - Dokumen Pribadi
Tidak hanya itu, kemungkinan insiden layang-layang yang tersangkut kawat listrik aliran atas (LAA) juga bisa menjadi pertimbangan. Insiden yang bisa menyebabkan gangguan juga pada perjalanan KRL. Untuk itulah edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terutama di sekitar perlintasan kereta amat perlu dilakukan.

Terakhir, mengenai sistem pembayaran tiket juga menjadi pertimbangan.Memang nantinya kereta ini akan menggunakan tiket otomatis. Meski demikian, perlu pertimbangan bagi para calon penumpang yang belum terbiasa dengan model pembelian tiket semacam ini seperti para simbah yang biasa membeli tiket beberapa jam sebelum berangkat. Untuk itu, sekali lagi, sosialisasi dengan efektif mengenai hal ini sangat diperlukan.

Pengoperasian KRL Solo-Jogja memang menjadi sesuatu yang amat diperlukan karena penglajuan warga di dua daerah ini cukup tinggi. Hanya saja, alangkah lebih baik jika pengoperasian ini dilakukan dengan cermat dan tidak tergesa agar bisa dinikmati dengan nyaman oleh banyak kalangan.

Salam.

***

Sumber: (1) (2) (3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun