Dalam tatap muka daring yang saya lakukan dengan amat terengah-engah dua bulan terakhir, ada satu materi yang sering tidak mendapat waktu pada setiap pembahasan.
Materi tersebut adalah materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang hampir 98% tidak ditanyakan oleh siswa saya. Alasannya, mereka lebih memilih -lebih tepatnya terpaksa- menghabiskan 1,5 jam pertemuan untuk membahas materi matematika, IPA, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain.
Jangan tanyakan alasannya karena sudah pasti materi PPKn bisa mereka kerjakan sendiri. Bisa mereka jawab dengan cepat tanpa banyak perlu berpikir lebih jauh lagi. Tidak hanya itu, materi PPKN bagi mereka adalah materi pengulangan. Dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD dan dari kelas 7 SMP hingga kelas 12 SMA. Paling-paling, materi pengamalan dan lambang sila pancasila yang akan sering muncul.
Namun, pada seuatu kesempatan, akhirnya saya menyetop terlebih dahulu materi lain yang saya ajarkan. Saya berikan porsi 30 menit khusus untuk materi PPKn pada pertemuan kelas 4 dan 5. Alasannya, tak lain beberapa hari sebelumnya saya dan beberapa siswa lain dibuat mengelus dada lantaran ada 3 hingga 5 anak yang tidak bisa menaati aturan les dengan baik.
Semisal, masuk ruangan Google meet lebih lambat dan terlambat mengerjakan tugas dengan seribu alasan. Ketika saya melanjutkan materi berikutnya, siswa tersebut malah meminta penjelasan ulang mengenai soal yang belum ia kerjakan. Dan akhirnya porsi 30 menit itu saya berikan khusus untuk membahas masalah toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Materi ini juga muncul berulang. Dengan narasi yang sederhana, siswa mendapatkan persepsi mengenai tindakan dan pengamalan sikap bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam paparan umum, contoh tindakan yang sering dijadikan gambaran adalah toleransi umat beragama.
Semisal, mempersilakan teman yang akan beribadah dan tidak menganggunya. Dua narasi yang terus berulang dan seakan sudah menjadi auto text ketika ada pertanyaan mengenai toleransi. Namun, dengan kejadian tak mengenakkan beberapa hari sebelumnya saya mencoba memberikan pemahaman kepada mereka mengenai toleransi dengan lebih mendalam agar bisa segera diaplikasikan.
Menilik maknanya dalam KBBI, toleransi memiliki beberapa arti. Yang paling utama adalah sifat atau sikap toleran. Ada pula arti bahwa toleransi adalah batas ukur dan penyimpangan yang masih diperbolehkan. Jika dibahasakan dalam narasi yang mudah ala anak SD, toleransi adalah seberapa bisa kita bisa menerima hal yang berbeda dari orang lain.
Lalu, pemahaman pun akan berlanjut kepada manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki karakter berbeda. Tiap orang akan memiliki pemikiran, sifat, kebiasaan, dan hal lain yang berbeda dengan orang lain. Nah, di sinilah bagaimana kita bisa menerima perbedaan itu sehingga kita sama-sama nyaman melakukan kegiatan kita.
Toleransi pun akhirnya tak sebatas dalam bentuk kehidupan beragama. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, salah satu bentuk toleransi yang cukup sulit dilakukan adalah toleransi waktu. Toleransi ini menjadi amat sulit dilakukan terutama bagi mereka yang memang tidak mengerti makna dari toleransi tersebut.
Ketika toleransi memiliki batas tertentu yang diikat oleh sebuah aturan, maka sebenarnya kita memiliki sebuah kebebasan di dalam sebuah keterikatan.Â