Salah satu kenangan saya akan hari Pramuka adalah ketika menemani para siswa menjalani kemah pramuka.
Menjadi wali kelas yang mengampu sekian siswa membuat kegiatan kemah pramuka menjadi salah satu agenda rutin saat bulan Agustus tiba. Kwarcab Kota biasanya menggelar kemah bersama yang diikuti oleh semua SD, baik negeri maupun swasta.
Kalau kwarcab sedang tidak melaksanakan kemah saat bulan Agustus, biasanya sekolah sendiri yang mengadakan. Ini tak lepas dari semangat pramuka yang begitu membara yang dimiliki oleh rekan sejawat saya. Kebetulan beliau adalah guru agama islam yang juga pengurus kwarcab. Maka dari itu, ada atau tidak ada agenda dari kwarcab, kemah pramuka harus tetap diadakan.
Jika disamakan dengan hajatan, maka kemah pramuka hampir setara previligenya dengan momen perpisahan siswa. Sekolah tak bisa melakukannya sendirian dan harus meminta bantuan wali murid. Tanpa mereka, sekolah sering kelimpungan terutama mengenai konsumsi siswa.
Selain dukungan dari wali murid, peran semua guru juga amat penting. Nah disinilah kadang ada tarik ulur mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan. Memang, kebanyakan kegiatan sudah diatur sedemikian rupa oleh para pembina. Meski demikian, peran guru, terutama guru kelas tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Ada seorang guru yang bahkan berceletuk untuk piknik ala ala ketika isu kemah pramuka segera tiba. Ada juga yang sudah merancang akan memasak berbagai masakan sembari menemani siswa. Nah ini yang betul-betul saya tunggu. Kapan lagi ada keasyikan seperti ini?
Walau begitu, menemani anak-anak kemah juga ada sedihnya. Tak lain, ketika ada oknum wali murid yang tidak menaati peraturan berkunjung. Tipe wali murid seperti ini seakan berpisah dengan anaknya selama bertahun-tahun. Padahal, mereka hanya tidak tinggal bersama selama satu malam. Dan itu pun hanya di sekolah yang jaraknya tak jauh dari rumah mereka.
Kata-kata yang paling saya ingat adalah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!