Keempat, dengan belajar konsep kimia yang benar, tentu tak mudah bagi para sales penjualan produk yang kerap menjual tagline "tanpa bahan kimia". Lantaran, semua bahan di dunia ini adalah "bahan kimia". Termasuk air, oksigen, dan lain sebagainya.
Saya juga kerap mencermati dulu konsep apa yang ditawarkan oleh para penjual tersebut. Jika saya rasakan sesuai dengan konsep kimia yang pelajari, maka dengan senang hati saya akan membelinya. Salah satunya adalah produk propolis yang saya gunakan hingga kini karena memang sudah saya baca di berbagai jurnal ada beberapa khasiat yang bisa didapatkan. Namun, untuk produk yang belum jelas kegunaannya, mohon maaf akan saya tolak dengan halus. Ini juga menjadi bekal untuk kritis sebelum membeli atau menggunakan suatu produk.
Terakhir, dengan bekal ilmu kimia yang saya pelajari, saya semakin semangat untuk membagikan apa yang saya tahu melalui blog. Makanya, pada blog pribadi saya, ada rubrik khusus "seputar kimia" yang sedikit mengupas apa yang bisa menjadi bahan diskusi dalam kehidupan sehari-hari. Siapa tahu ada pembaca yang tertarik dan butuh informasi tersebut. Namun, pada beberapa waktu belakangan ini saya lebih tertarik membahas beberapa zat penting seperti obat yang berhubungan dengan penyakit GERD yang saya derita.
Jadi, bekal suatu ilmu yang saya pelajari menjadi bekal yang sangat bermanfaat. Karena, saya percaya bahwa ilmu kimia itu sebenarnya tidak jauh-jauh dari kehidupan kita. Dari bangun hingga tidur lagi, kita akan sering berhadapan dengan senyawa kimia yang kebanyakan tanpa kita sadari. Makanya, sebagai salah satu mantan mahasiswa kimia, rasanya mengaplikasikan ilmu kimia, baik pada diri sendiri maupun orang lain adalah panggilan hati yang harus dilakukan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H