Ngabuburit tahun ini menjadi ngabuburit paling kelabu sepanjang sejarah umat manusia. Tak ada kegiatan membeli takjil, jalan-jalan di mall, atau pun buka bersama. Makanya, mau tak mau, suka tak suka, kegiatan ini pun harus dilakukan di rumah.
Sebenarnya, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Menonton TV misalnya atau seri di You Tube. Namun, kegiatan ini sudah dilakukan dari pagi hingga siang.Â
Otak ini butuh kegiatan yang produktif dan mengasah kemampuan. Belajar bahasa asing, dalam hal ini bahasa Tagalog pun menjadi salah satu hal yang menyenangkan.
Lalu, kenapa harus bahasa Tagalog?
Sebenarnya tidak harus Tagalog. Bahasa asing lainnya seperti Prancis, Mandarin, Rusia, Thailand, Inggris, Spanyol, Arab, bahkan bahasa Swahili pun bisa dijadikan alternatif. Mempelajari bahasa asing itu membuat otak kita senantiasa berpikir cepat.Â
Dalam kaitannya dengan kemampuan menulis, belajar bahasa asing juga memberi stimulus lebih untuk mengasah ide karena saat kita belajar kosakata atau pun tata bahasa baru, dengan otomatis sering keluar ide dengan indahnya.
Saya memilih bahasa Tagalog karena sudah lama merencanakan ke negeri mutiara laut itu. Tahun ini harusnya saya pergi ke sana. Saya ingin mengajar anak-anak Filipina barang beberapa jam di sebuah sekolah alam yang dikelola rekan saya di sana.Â
Makanya, saya niat belajar bahasa ini. Lantaran ada covid-19, maka saya pun harus menunda kembali dan mengambil hikmahnya untuk belajar bahasa Tagalog lebih lancar lagi.
Pemilihan bahasa Tagalog disebabkan pula bahasa ini masih satu rumpun bahasa Melayu-Polinesia dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.Â
Sebagai penutur kedua bahasa tersebut, saya diuntungkan dengan banyaknya kosa kata yang mirip atau sama sehingga memudahkan dalam belajar.Â
Tak hanya itu, beberapa kebiasaan  semisal makanan, permainan, alat musik, dan beberapa aspek kehidupan lain yang serupa membuat belajar bahasa Tagalog bisa jadi salah satu alternatif belajar bahas asing. Di samping, saya ingin melihat tayangan TV Filipina dengan lebih baik tanpa teks.