Itulah kalimat yang keluar dari siswa bimbel virtual saya yang kini tengah duduk di bangku kelas VIII SMP.
"Ngelu ndasku, Pak," (pusing kepala saya Pak).
Kalimat itu kembali keluar dari teks yang terketik pada WA saat ia menanyakan soal sulit tentang materi fisika gelombang dan getaran. Ia sudah bertanya mengenai penjelasan soal tersebut yang memang cukup membingungkan. Sebuah soal hitungan pilihan ganda yang jawabannya tidak ada pada pilihan tersebut. Beberapa soal lain juga terbaca ambigu dan memang kurang jelas.
Saat saya membaca soal tersebut dan melemparkan ke beberapa tentor saya lain, semuanya mengatakan soal tersebut memang kurang jelas. Tentu, kami menyuruh siswa kami bertanya mengenai maksud soal tersebut. Barangkali, ada bagian yang terpotong atau hal lain. Namun, apa yang didapat?
Sang guru di sekolah hanya menjawab kerjakan saja. Yang penting dikumpulkan pada jam tertentu. Titik.
Mendapatkan jawaban ini, siswa tersebut langsung down. Selain ia belum paham materi pada soal tersebut, dengan jawaban tersebut ia malah sungkan dan takut bertanya kepada sang guru. Dalam jangka panjang, tentu akan berdampak pada mental dan semangatnya untuk belajar pada musim belajar di rumah ini.
Kejadian ini tidak saja terjadi di bangku SMP, bahkan di bangku SD. Ada siswa kelas 5 yang akhirnya mulai malas belajar karena ia tidak paham materi mengenai kegiatan ekonomi (CV, Firma, PT, BUMN) yang tengah diajarkan. Saat bertanya kepada gurunya, yang bersangkutan hanya memberikan semangat belajar dan menyuruhnya mengerjakan soal. Dan pastinya, mengumpulkan pada rentang tertentu.
Entah, apa yang ada di pikiran para guru tipe seperti ini. Padahal, meski di rumah, pembelajaran tetaplah dilakukan. Tugas mereka sebagai guru harus tetap berjalan sebagaimana mestinya dan kalau bisa tetap memberikan pelayanan kepada siswa-siswinya secara virtual.
Memang ada beberapa guru yang tetap menunaikan kewajiban ini selama program belajar di rumah ini. Beberapa rekan guru yang juga berprofesi sebagai blogger kerap mengunggah kegiatan video konferensinya saat belajar bersama dengan murid sekelasnya. Tentu, dengan berbagai macam wajah siswa mulai dari yang megantuk sampai yang semangat, ia tetap melakukan tugasnya menerangkan. Beberapa materi sulit semisal matematika tampak tertera pada gambar unggahan tersebut.
Kerajinan tangan yang telah dibuat siswanya juga diunggah. Dalam suatu sesi kelas, tiap siswa diminta menunjukkan hasil prakaryanya kepada sesisi kelas dengan mendekatkannya ke kamera. Walau dengan keterbatasan, pembelajaran seperti inilah yang semestinya bisa dilakukan.
Jika tidak bisa melakukannya secara kolektif dalam satu kelas, ada juga rekan guru yang membuka kelas virtual pada jam tertentu. Pada jam tersebut, siswa boleh bertanya kepada sang guru materi atau soal yang telah diberikan. Guru tersebut juga membuka layanan pesan suara dan video call tentu dengan janji terlebih dahulu. Ia akan dengan total memberikan penjelasan secara berurutan kepada siswa terutama yang secara akademik memiliki kemampuan yang kurang.