Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Refleksi Tujuh Tahun Ngompasiana] Berkompasiana, Dulu dan Kini

6 Maret 2020   08:23 Diperbarui: 6 Maret 2020   08:22 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HL pertama saya di Kompasiana, sempat saya screen shoot. Sekarang malah saya tidak tahu kalai artikel saya HL. - Sc Pribadi

Dibilang sebagai angkatan veteran di Kompasiana, saya rasa diri saya belum masuk dalam kategori ini.

Namun, dengan waktu perjalanan saya menulis di Kompasiana yang setara dengan usia anak kelas 1 SD, rasanya kok saya lama juga ya menulis di sini. Sampai ada rekan Kompasianer yang dulu aktif dan kini sudah tak menulis lagi heran mengapa saya masih betah menuangkan ide saya di Kompasiana walau kini banyak portal media yang menjamur.

Kadung enak.

Ini alasan utama saya. Iya, bukan lagi jatuh hati ya. Rasanya kalau satu bulan saja tak menulis di sini ada aja yang mengganjal. Entah menulis hal penting atau sepele, yang jelas tetap ada yang ditulis. Alasan lain, tentu keterbacaan yang lebih tinggi di Kompasiana membuat saya tak bisa jauh-jauh dari sini.

Selama 7 tahun mengeluarkan unek-unek di Kompasiana, tentu ada banyak perubahan yang terjadi. Beberapa perubahan ini terasa sangat drastis. Tampilan Kompasiana yang serba biru pada masa kini sangat berbeda dengan adanya unsur oranye pada saat awal-awal saya bergabung. Sebenarnya, untuk masalah kemudahan akses, Kompasiana sekarang lebih mudah untuk dimasuki (mudah login) daripada dulu. Namun ya itu, iklan yang tayang pada Kompasiana sekarang bagi saya kok ya cukup memberatkan. Ini yang barangkali bisa jadi masukan untuk ke depannya.

Pada awal-awal menulis dahulu, saya jarang sekali mendapatkan label Artikel Utama (HL) dalam artikel yang saya tulis. Sebulan pun belum tentu dapat. Dulu rasanya kalau dapat HL rasanya girang sekali. Sampai-sampai saya sceenshoot karena saking senangnya. Ya maklum karena jarang HL. Sekarang pun kadang meski saya saya cukup sering HL tapi rasanya saya belum pantas mendapatkannya. Artikel receh yang saya tulis sekadarnya seringkali malah mendapat HL. Saya tidak tahu bagaimana standar admin menilai tulisan apakah sama dengan yang dulu. Makanya, kadang saya baru tahu kalau artikel saya HL saat saya menulis artikel saya beberapa hari kemudian dan membalas komentar.

Tak seperti dulu, kini saya hanya bisa membalas komentar dan sekalian mengunjungi artikel teman-teman saat saya menulis artikel baru. Alasan utamanya tak lain karena waktu saya yang sangat terbatas. Memang, dulu saat saya baru menulis di sini saya masih berstatus belum bekerja penuh. Masih banyak waktu luang untuk mengintip beberapa artikel. Terutama, artikel yang ditulis oleh penulis yang terkenal sering masuk kolom ter-ter (dulu ada kategori terpopuler, terbanyak vote, dan lain sebagainya).

Cuplikan kolom komentar Kompasiana zaman dulu. Dulu malah komentar serasa artikel saking panjangnya. Eh apa kabar Pak Yos? - SC Pribadi
Cuplikan kolom komentar Kompasiana zaman dulu. Dulu malah komentar serasa artikel saking panjangnya. Eh apa kabar Pak Yos? - SC Pribadi

Beberapa penulis yang hampir selalu saya kunjungi saat itu adalah Bu Ellen Maringka (Bu Ellen aku kangen, hiks), Mas Suka Ngeblog, Mbak Weedy K, dan lain sebagainya. Saya juga selalu mengunjungi balik beberapa Kompasianer lawas yang kini sudah tidak menulis lagi. Bu Lis Swasono, Mas Ryan Mintaraga, Mbak Dwi Purwanti, Mbak Putri Apriyani, Mbak Gita S., dan beberapa rekan kompasianer lain yang kini malah lebih sering berinteraksi di dunia Facebook. Tulisan mereka keren-keren lho. Sampai sekarang kalau mereka menulis di Facebook saya masih suka membacanya. Ada sekali keinginan mereka bisa menulis lagi di Kompasiana.

Kompasiana juga gudangnya penulis yang identitasnya tidak terlalu jelas. Meski ada verifikasi KTP, tapi tetap saja ada akun-akun dengan gambar profil yang kurang jelas. Saya sendiri pun juga memakai foto yang tidak jelas tetapi saya cantumkan akun jejaring sosial saya agar bisa dilihat oleh pembaca yang ingin mengetahui saya lebih dalam.

Ada beberapa akun tersebut yang cukup mengganggu. Menulis dengan tendensius terutama mengenai preferensi politik tertentu. Mereka juga kerap melakukan perang tulisan dan komentar. Satu akun diblokir admin muncul lagi akun yang lain. Saking banyaknya akun baru yang bermunculan, saya sampai bingung akun ini reinkarnasi akun yang mana. Yang jelas, berkompasiana zaman dulu sudah kenyang dengan perang isu yang dilontarkan. Kalau saya lihat sekarang, meski perang itu masih ada tetapi masih belum ada apa-apanya. Dulu bahkan ada adu argumen yang sampai ingin dilanjutkan ke meja hijau. Saya yang hanya bermain aman cukup ngeri melihatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun