Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa SMP di Malang Dibully hingga Jari Tangan Diamputasi, Kadindik Malang: Itu kan Hanya Bercanda!

5 Februari 2020   08:41 Diperbarui: 5 Februari 2020   13:49 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa yang mendapat perundungan mengalami perawatan di RS. - Dok. Suara Jatim

Entah apa lagi yang menimpa dunia pendidikan di Kota Malang. Kota yang katanya berstatus sebagai kota pendidikan internasional ini sedang disorot. Penyebabnya tak lain munculnya kasus perundungan yang menimpa salah satu siswa SMP Negeri 16 Malang.

Seorang siswa berinisial MS yang menimba ilmu di sekolah yang berada di kawasan Arjosari Malang tersebut harus menerima kenyataan pahit. Bukannya mendapat perlindungan di sekolah, tetapi ia malah menjadi bulan-bulanan dari rekan-rekannya. Tak hanya dalam bentuk kekerasan verbal, perundungan tersebut juga dalam bentuk kekerasan fisik. Bahkan, akibat kekerasan ini ia harus diamputasi jarinya.

Pada mulanya, banyak pihak yang masih menunggu kebenaran dari tindakan perundungan yang tengah terjadi ini. Banyak yang tak ingin kasus Audrey kembali terulang. Namun, saat akhirnya pihak kepolisian Malang mengonfirmasi kebenaran dugaan perundungan ini, maka banyak simpati pun mengalir. 

Banyak yang menyayangkan bagaimana bisa siswa tersebut mendapat kekerasan fisik seperti dibanting di pohon dan paving dalam kondisi terlentang. Tak hanya itu, korban juga "distarter". 

Pelaku yang berjumlah tujuh orang ini memegang kaki korban hingga mengenai kemaluannya. Luka lebam dan luka lainnya yang cukup banyak harus diterima korban yang kini dirawat di RS Lavallete Malang.

Sungguh, bagi siapa saja yang membaca dan mengetahui berita perundungan ini pasti akan sangat miris. Saya saja sampai gemetar membaca apa saja yang ia hadapi dan pihak sekolah yang terlambat mengetahui kejadian ini. Namun, itu semua belum ada-apanya. Pernyataan dari Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang membuat saya dan banyak warga lainnya semakin geram.


Sang ibu pejabat yang terhormat dengan entengnya mengatakan bahwa kejadian ini karena para siswa tersebut bercanda. Hanya iseng seperti yang dituturkan para pelaku tindak perundungan tersebut. 

Mengetahui pernyataan ibu ini yang saya lihat dalam video di Kompas TV, sungguh saya tidak bisa berkata-kata lagi. Ibu ini, yang sudah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan bertahun-tahun lamanya tidak memiliki hati nurani. Bagaimana bisa bercanda mengakibatkan jarinya diamputasi? Bagaimana bisa muncul luka lebam yang parah dan menurut Ibu itu hanya kena gesper sabuk yang dipakai setiap hari?

Kultur "Tutup Mulut" di Lingkungan Pendidikan Kota Malang 

Demi menyelamatkan nama baik pendidikan Kota Malang, bisa jadi pernyataan tersebut muncul. Dugaan ini semakin kuat saat Kepala SMPN 16 Malang memberikan pernyataan yang tidak terlalu tegas. 

Tidak jelas akan mengungkap kasus ini sampai tuntas. Bahkan Wali Kota Malang dan Polresta Kota Malang dan berbagai pihak yang peduli malah yang turun tangan terhadap kasus ini. Intinya, ada dugaan kasus ini sengaja ditutup-tutupi. Pihak DPRD Kota Malang pun menuntut kasus ini juga bisa diusut tuntas hingga ada efek jera bagi para pelaku dan proses penyembuhan trauma fisik dan mental dari korban.

Kasus yang meledak dan menjadi konsumsi publik ini juga semakin memperjelas kultur "tutup mulut" yang selalu didengungkan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang. Saat masih mengajar di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang dulu, saya kerap mendapat peringatan ini. 

Ibu Kadin yang terhormat dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan guru, kepala sekolah, dan pengawas kerap menggarisbawahi jika ada masalah di sekolah, maka selesaikan secara "internal".

Pertanyaan lalu timbul, bagaimana kalau masalah tersebut sudah berada dalam taraf yang mengkhawatirkan dan harus diketahui oleh banyak pihak seperti kasus ini? Apakah hanya bisa diselesaikan secara internal? 

Apakah hanya perlu minta maaf dan masalah selesai? Jika hal ini terus dibiarkan, maka sungguh pendidikan Kota Malang benar-benar berada dalam titik nadir. Tidak ada pembelajaran karakter secara nyata yang bisa diaplikasikan. Pembelajaran karakter hanyalah utopia yang hanya diseminarkan dan dimodulkan dalam sekolah. Apapun alasannya, perundungan di sekolah tidaklah dibenarkan.

Pihak Dinas Pendidikan disorot oleh masyarakat

Pernyataan Ibu Kadin yang menyatakan kasus ini hanya "gurauan" memantik reaksi keras dari masyarakat. Beberapa saat selepas video pernyataan itu muncul, kecaman terhadap pernyataan ibu kadin pun bermunculan. 

Banyak yang menyayangkan bahwa dengan pernyataan ini maka pihak Dinas Pendidikan Kota Malang malah melindungi pelaku kekerasan dan tidak menghargai korban sama sekali.

Reaksi pun muncul dengan menyerang akun Instagram Dinas Pendidikan Kota Malang. Berbagai komentar yang mempertanyakan kejelasan dan upaya lembaga ini pun hadir di setiap unggahan. 

Bahkan, beberapa diantaranya malah meminta ibu Kadin untuk mundur dari jabatannya karena dianggap tidak bisa mengawal kasus ini dengan baik dan terkesan menutupi. Malah menjadikan preseden buruk jika ada kasus serupa maka dibenarkan.

Ada juga yang mempertanyakan kembali keamanan putra-putri mereka yang bersekolah di sekolah negeri di Kota Malang. Banyak wali murid yang takut bagaimana jika pada suatu saat sang anak menerima perundungan tetapi tidak dibela malah hanya dijadikan gurauan. Terlebih, seringkali saat ada dugaan perundungan yang terjadi, sekolah menganggapnya sebagai angin lalu.

Jadi Momen untuk Evaluasi Kinerja Dinas Pendidikan Kota Malang

Viralnya kasus yang mencoreng dunia pendidikan Kota Malang bukan kali pertama yang terjadi. Beberapa tahun silam, muncul kasus BKS dengan kata "pelacur" yang menghebohkan. Ada juga kasus seorang Kepala Sekolah SD menyetrum siswanya juga pernah menghebohkan.

Yang membuat saya semakin miris, saat saya membuka kasus mengenai KS bermasalah, malah usaha untuk menutupinya semakin gencar. Barulah saat kasus tentang konflik KS tersebut dengan petugas sampah muncul, maka baru ada tindakan yang dilakukan.

Dengan adanya kasus ini, maka sudah saatnya menjadi evaluasi bagi pemangku pendidikan di Kota Malang. Apa yang salah dengan sistem yang dibangun? Apa yang membuat kasus ini baru muncul saat korban benar-benar sudah dalam keadaan parah? 

Mengapa tidak ada guru atau pihak lain yang tanggap jika ada siswanya yang mengalami perundungan? Sebegitu sibukkah para pengajar hingga muridnya tak lagi bisa diwasi dengan baik? Sebanyak itukah acara di luar kegiatan belajar mengajar yang membuat perhatian sekolah teralih?

Entah apa alasannya, yang jelas kasus ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Terlebih, pihak Polersta Malang Kota juga sudah menyatakan ada tindak kekerasan dan masih menelusuri kasus ini. Kalau polisi saja menyatakan demikian, apa masih bisa hal ini dikatakan bercanda?

Tolonglah, buka hati nurani Anda.

Sumber:

(1) (2) (3) (4) (5)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun