Memaksa untuk membaca? Ah, rasanya bagi saya itu terlalu berlebihan. Membaca itu kan hobi, masa harus dipaksa-paksa? Kalau membayar pajak barulah harus dipaksa.Â
Meski demikian, saya sering mendapat banyak keluh kesah dari teman yang merasa dirinya tak lagi memiliki waktu dan keinginan untuk membaca.Â
Terlebih, ketika saya bercerita mengenai suatu hal yang baru saya dapatkan dari buku yang saya baca. Mereka malah ingin sekali memaksakan diri untuk bisa membaca buku minimal satu bulan sekali.Â
Dicurhati semacam itu, saya hanya hanya bisa tersenyum getir. Wong saya saja lho juga tidak memiliki banyak buku dan membacanya dengan intensif. Saya malah mencuri-curi waktu di tengah kesibukan saya bekerja agar ada buku yang saya masih bisa saya dalam baca sebulan.Â
Nyatanya, puji syukur saya masih bisa melahap 2 buah buku, tidak lebih dalam satu bulan. Saya tidak ingin muluk-muluk memiliki target membaca satu tahun berapa buku.Â
Meski demikian, membaca buku haruslah tetap jalan. Agar bisa maksimal, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan agar membaca buku bisa dijalani dengan menyenangkan.
Pertama, kurangi penggunaan gadget.Â
Ini langkah utama agar bisa membaca buku lebih banyak. Gawai menjadi momok terbesar untuk tidak membaca buku. Alat ini begitu meninabobokan kita yang mulanya gemar membaca buku menjadi gemar melihat status dan story IG rekan atau pun artis.Â
Hayo, lebih asyik mana membaca buku atau membaca curhatan teman? Jawabannya pasti membaca curhatan kan. Terlebih, jika ada suatu kasus yang menjerat sesorang, maka keinginan untuk mendalaminya akan lebih besar.Â
Saya mencoba untuk melihat seberapa sering rekan terdekat saya melihat story IG saya. Ajaib, setiap story yang saya unggah, meski remeh temeh, bisa dilihat hampir 200 orang pengikut saya. Padahal, kalau saya menulis artikel di blog, mendapat jumlah keterbacaan sebesar itu hampir mustahil.Â
Lalu, saya mengitung berapa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membaca satu story IG. Rata-rata, waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 5 detik.Â