Di sebuah kereta ekonomi lokal.
Ada seorang ibu A bertukar posisi tempat duduk dengan Mbak B. Karena tempat duduk ibu A berada di ujung lorong, Mbak B bertukar dengan Mas C. Mbak B mau jika tempat duduknya berada di dekat jendela. Lalu, ada Bapak D yang baru naik dari Stasiun X kaget ternyata tempat duduknya digunakan oleh ibu A.
Ia mencari tempat duduk lain tetapi belum ketemu. Ibu A yang merasa bertanggung jawab atas tukar-menukar itu lalu meminta Bapak D menempati dulu kursi milik C.Â
Entah bagaimana ceritanya, ibu A bisa menemukan satu kursi kosong dan meminta Mas C pindah ke sana. Karena Mas C sudah PW alias posisi wenak, ia keberatan dan meminta Bapak D saja yang menempati kursi kosong itu.
Apesnya, saat kereta tiba di stasiun Y, ibu E yang kursinya ditempati naik. Ia tak terima dan meminta haknya. Cekcok pun terjadi karena semua sama-sama tak mau mengalah. Â Adu argumen pun ternjadi karena ibu A yang merasa paling bertanggung jawab atas kegiatan itu ingin posisi duduknya sesuai dengan apa yang ia kehendaki.
Saya -- yang mulai tidak nyaman -- sempat ingin memanggil kondektur kereta dan polsuska agar masalah bisa teratasi. Namun, saya tidak menemukan nomor WA kondektur di dinding kereta seperti biasanya. Makanya, cekcok itu saya amati sambil melihat siapa saja yang benar-benar tidak mau mengalah.
Untunglah, Bapak D yang tampak bijak mau mengalah. Ia bahkan mau menunggu kondektur dengan berdiri di dekat pintu. Masalah baru selesai karena ternyata ada satu orang penumpang yang sebenarnya tidak memiliki tiket duduk menggunakan fasilitas itu.
Sebuah cerita panjang ini berlangsung beberapa hari yang lalu. Saya dan beberapa penumpang di depan saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak selamanya menaiki kereta api bisa dilakukan dengan nyaman.Â
Salah satu hal yang paling tidak saya sukai adalah ketika tempat duduk kita digunakan oleh orang lain dan ia tak mau pindah dari tempat duduk yang sudah menjadi hak kita.
Padahal, untuk medapatkan tempat duduk itu, kita sudah memesan tiket jauh-jauh hari. Sudah menyiapkan diri dengan posisi yang akan kita tempati. Dan kita sudah pula bersiap jika ada pemeriksaan tiket karena kita duduk sesuai dengan nomor kursi yang kita punya.
Kalau misalkan pergantian posisi itu masih satu baris itu tak menjadi masalah. Misalkan, posisi duduk saya yang awalnya di dekat jendela dengan kode A kemudian diganti dengan kode C yang dekat dengan gang. Saya pun maklum karena saya juga akan kesulitan untuk masuk menempati tempat duduk saya yang sebenarnya.