Beberapa jam terakhir, lini masa saya dipenuhi oleh berita kasus penempelengan oleh oknum seorang motivator bisnis di sebuah SMK Swasta di Kota Malang. Terhenyak, lagi-lagi saya mendapati nama Kota Malang kembali tecoreng.
Lebih mirisnya lagi, tak hanya adegan penamparan keras yang ditampilkan, tetapi kata-kata kasar yang keluar dari mulut motivatorlah yang muncul.
Lalu, saya pun merenung, apakah ia benar seorang motivator atau hanya sekadar motivator abal-abal?
Kala saya mengecek akun jejaring sosialnya, rupanya ia memang benar seorang motivator yang sudah malang melintang di dunia bisnis dan ilmu marketing selama bertahun-tahun.Â
Pembicaraan WA grup yang saya ikuti bahkan menyebutkan sang motivator memang memiliki berbagai jejaring di Indoenesia.
Bahkan, banyak perusahaan besar yang mau memanggil motivator tersebut sebagai mentor pelatihan bagi sang karyawan.
Sayangnya, berbagai jejak dan usaha membangun citra dan usaha itu lenyap dalam sehari.
Terlebih, setelah kasus ini menjadi viral dan ia diaporkan ke kepolisian, banyak warganet bertanya-tanya.Â
Kok bisa ia menjadi motivator? Kok bisa tangannya dengan enteng menempeleng siswa yang menurutnya tak menghiraukannya saat memberikan penjelasan?Â
Dan tentunya, mengapa seakan tak ada koordinasi yang bisa dilakukan oleh sekolah sebelum kegiatan tersebut agar penempelengan tersebut tak terjadi meski menurut pihak sekolah hal itu di luar kendali mereka.
Mengajar anak tidak sama dengan mengajar orang dewasa