Meski begitu, rumah-rumah menyesaki wilayah di bantaran sungai yang membelah kelurahan ini. Oh ya, kelurahan ini sendiri merupakan salah satu perkampungan kuno di Kota Malang yang disebut dengan Kuto Bedah.
Beberapa sumber sejarah mengatakan bahwa dulunya wilayah ini merupakan pusat dari Kerajaan Singosari sebelum dipindahkan ke Kecamatan Singosari sekarang.Â
Jadi, padatnya penduduk di sini bisa jadi disebabkan lantaran telah dihuni sejak dahulu kala. Selain itu, dekatnya keluarahan ini dengan pusat ekonomi, membuat banyak penduduk yang tinggal di sana.Â
Bersama Mergosono yang merupakan kelurahan dengan kepadatan penduduk nomor dua di Kota Malang, Kotalama adalah kelurahan dengan penduduk beretnis Madura dengan jumlah yang signifikan. Kedua kelurahan ini berada di Kecamatan Kedungkandang.
Ada empat kluster permukiman di kelurahan ini, yakni Tanjung, Cangkringan, Mergan, dan Gempol. Dengan kepadatan penduduk sebanyak ini, Tanjungrejo dengan Mergan di dalamnya sudah terasa sangat sesak.
Beberapa faktor bisa jadi menjadi pemicu mengapa kelurahan tempat tinggal saya begitu sesak. Pertama, wilayah ini dulunya sebagai jalur kereta api lori yang mengubungkan PG Kebon Agung dengan wilayah utara di Kota Malang.Â
Jalur ini sudah tiada namun kini berubah menjadi Jalan Mergan Lori yang begitu macet. Meski begitu, rel lori ini masih terlihat jelas lho di beberapa sudut terutama di sekitar perempatan Mergan Lori.Â
Jadi, sejak lama daerah ini sudah menjadi daerah penting penghubung Malang utara dan Malang selatan. Hingga kini, Jalan Mergan Lori masih menjadi favorit pengendara motor jika tidak ingin melewati jalan protokol. Akibatnya ya, macet.
Meski ada Kelurahan Bandulan dan Mulyorejo di sisi barat kelurahan ini, namun keduanya dipisahkan oleh sebuah sungai besar yang cukup mengerikan jika hujan datang. Apalagi kalau bukan Kali Metro.Â