Ketiga, saya memilih untuk menayangkan artikel saya tepat pukul 3 pagi. Mengapa jam tersebut saya pilih? Alasannya tak lain pukul 3 pagi merupakan waktu awal beraktivitas saat bulan Ramadan. Saat orang-orang mulai menyiapkan menu sahur.
Saya ingin para pembaca bisa menikmati tulisan saya kala menunggu makanan untuk sahur ataupun waktu salat subuh. Jika tulisan saya dibaca oleh Kompasianer lain yang sedang mengikuti kompetisi ini, saya juga sangat senang. Siapa tahu, tulisan saya bisa menginspirasi mereka dalam menulis dan ada tulisan lain yang mungkin bisa menyempurnakan tulisan saya. Sungguh, saya benar-benar senang menayangkan tulisan pada jam tersebut.
Apalagi, saya yang anti ribet sangat dibikin simpel dengan fitur-fitur yang ada di Kompasiana. Ada fitur autosave yang bisa menyimpan tulisan saya kala belum tersimpan dengan rapi. Dan yang pasti, ada fitur penjadwalan tulisan tepat pada waktu yang saya inginkan.
Keempat, saya segera mengeksekusi topik yang muncul pada tiap harinya. Saya tidak ingin ribet dengan aneka pikiran yang memenuhi otak. Apa yang saya bisa dan saya mampu ya itu yang saya tulis. Apa yang ada di sekitar saya, itulah yang masuk dalam artikel saya. Kala ada topik OOTD yang sejatinya lebih pas diulas perempuan, ya dibikin simpel saja. Saya bercerita tentang bagaimana saya sebagai seorang pria yang anti ribet memadupadankan baju yang saya kenakan agar terlihat rapi namun masih enak dipandang mata.
Terakhir, saya menyadari jika apa yang saya lakukan akan saya petik hasilnya di kemudian hari. Tidak melulu soal hadiah dan materi. Kepuasan dan beberapa orang menyebutnya ladang amal menjadi pemacu semangat sendiri agar saya konsisten dan merampungkan kegiatan 33 hari menulis ini.
Saya tidak tahu apakah di bulan Ramadan tahun depan masih diberi umur oleh Allah SWT. Saya tidak tahu, apakah di bulan puasa selanjutnya, saya masih bisa mengikuti kegiatan menulis ini. Untuk itulah, saya ingin mempergunakan waktu yang disediakan oleh Sang Pencipta dan kesempatan dari Kompasiana sebaik-baiknya.
Sebagai penutup tulisan, saya mohon maaf jika ada komentar yang belum terbalaskan atau tautan artikel yang belum saya kunjungi. Saya juga meminta maaf kalau ada isi artikel saya yang kurang berkenan. Ini semua karena keterbatasan saya yang hanya gemar menulis.
Bagi yang belum sempat mengikuti tantangan Samber THR ini, semoga tahun depan bisa mencobanya. Alasannya, kegiatan ini adalah salah satu cara anti ribet untuk mengisi waktu puasa yang dibikin simpel oleh Admin Kompasiana. Rugi sekali kalau tidak mengikutinya.
Untuk teman-teman yang sudah menulis selama 33 hari ini, saya ucapkan selamat. Kita semua adalah pemenang. Tidak mudah untuk menyelesaikan tantangan ini awalnya. Namun, berkat tekad kuat dan semangat teman-teman semua, artikel yang tayang di Kompasiana terasa lebih sejuk di tengah panasnya suhu politik di negeri ini.
Jikalau teman-teman belum berhasil memenangkan perlombaan secara materi, percayalah tidak ada yang sia-sia. Perjalanan teman-teman masih panjang untuk bisa terus belajar dan belajar. Demikian pula bagi saya pribadi. Sebuah video cover lagu dari JKT48 kiranya bisa menjadi semangat bagi teman-teman untuk tetap konsisten apapun hasil yang diraih. Selamat menonton.