Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sosok KH Ali Maksum Krapyak Yogyakarta yang Dekat dengan Santri

27 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 27 Mei 2019   03:12 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Ponpes Al Munawwir Krapyak sedang berjalan-jalan saat waktu rehat menjelang salat Magrib. - Dokpri

Selain dikenal sebagai salah satu kota yang memegang teguh kebudayaan Jawa, Kota Yogyakarta ternyata dikenal sebagai salah satu kota tempat para ulama. Salah satunya adalah ulama yang begitu tersohor di kalangan Nahdatul Ulama (NU). Beliau adalah KH. Ali Maksum. Pengasuh sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Kota Yogyakarta.

Sekilas tentang KH. Ali Maksum

Kiai Ali, begitu beliau biasa dipanggil, merupakan sosok yang lahir tidak jauh dari lingkungan pesantren. Ayah ibu beliau merupakan tokoh pesantren yang berada di Lasem, Jawa Tengah. Lahir pada tahun 1915, Kiai Ali tumbuh dalam tradisi pesantren yang kuat. Beberapa kiai ternama pernah menjadi gurunya, seperti KH Amir (Pekalongan) dan KH Dimyati (Tremas, Pacitan).

Awalnya, selepas dewasa, Kiai Ali mengembangkan pesantren ayahnya di Lasem. Namun, sepeninggal KH. Munawwir, sang mertua, beliau diminta untuk mengelola pesantren di Krapyak Yogyakarta. Mendapat permintaan itu, Kiai Ali pada mulanya menolak. Bagi Kiai Ali, keengganannya mengelola pesantren tersebut lantaran ada yang lebih berhak darinya. Siapa lagi kalau bukan putra-putri dari KH. Munawwir sendiri.

Pihak keluarga KH. Munawwir terus membujuk Kiai Ali agar bersedia mengelola pesantren di Krapyak. Alasannya, saat itu keadaan pesantren tersebut tidak begitu baik. Kiai Ali pun telah diketahui cukup berhasil mengembangkan pesantren di Lasem. Beliau juga dikenal cukup berhasil mengembangkan ilmu agamanya dengan spesialisasi bidang tafsir.

Maka, beberapa utusan terus dikirim ke Lasem untuk membujuk Kiai Ali agar bersedia turun tangan membantu Pesantren Krapyak. Hingga akhirnya, beliau luluh dan bersedia untuk menjalankan amanah tersebut setelah ibu mertuanya, Nyai Sukis, dan sang ipar, K.H. Raden Abdullah Afandi Munawwir datang langsung ke Lasem.

Namun, beliau tidak memimpin pesantren tersebut sendirian. Bersama KHR Abdul Qodir Munawwir dan KHR Abdullah Afandi Munawwir, Pesantren Krapyak coba dibesarkan dari masa-masa sulit. Masa peralihan dari  pendudukan Jepang, menjelang kemerdekaan, dan saat agresi milter. Terlebih, saat itu Kota Jogja sempat menjadi ibukota RI selama tiga tahun. Perjuangan ketiga tokoh ini dikenal kemudian dengan nama "Tiga Serangkai". Perlahan tapi pasti, Pesantren Krapyak yang sempat surut, kembali mekar dan menjadi salah satu pesantren besar di Kota Jogja.

Menangani Organisasi di Masa Sulit

Mungkin, Kiai Ali memang dikenal menjadi sosok yang bertangan dingin menyelamatkan suatu organisasi dalam masa sulit. Sejak tinggal di Kota Jogja, beliau membangun organisasi NU dari bawah. Kekuatan pemuda, pengusaha, mahasiswa, dan sebagainya beliau kumpulkan.

Pada masa Demokrasi Liberal, kala NU keluar dari Masyumi sebelum Pemilu 1955, Kiai Ali juga hadir menjadi salah satu tokoh yang berjasa. Meski baru menjadi salah satu kekuatan politik, NU berhasil menempati posisi ketiga dalam Pemilu 1955 di bawah PNI dan Masyumi. Kiai Ali juga berperan dalam menjaga persatuan NU saat permulaan Orde Baru. Terlebih, saat penyederhanaan partai oleh pemerintah pada 1973, NU benar-benar diuji. Jalan damai, yang digaungkan Kiai Ali menjadi salah satu titik keberhasilan dari jasa Kiai Ali meredam konflik di dalam tubuh NU.

Selain sebagai pengasuh Ponpes Krapyak, Kiai Ali juga menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga (dulu IAIN Suka) dan menjadi anggota penerjemah Tim Al-Quran sejak 1962. Di organisasi NU sendiri, Kiai Ali pernah menjadi Rais Syuriyah PWNU DIY pada tahun 1975-1981 dan Rais Am PBNU pada tahun 1981. Peran Kiai Ali di organisasi NU pun semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun