Nilai yang dibangun dari para pendiri Arema dan pemain pendahulu serta supporter yang bahu-membahu berusaha sekuat tenaga agar Arema bisa eksis hingga sekarang.
Apalagi, Arema adalah salah satu tim yang tidak pernah menggunakan kas negara dalam membiayai kegiatannya. Arema adalah salah satu tim sepak bola yang pernah terseok-seok masalah dana namun dengan kekompakan segenap elemen di dalamnya masih bisa bertahan hingga sekarang.
Nilai persatuan, yang ada di dalam Arema juga tak boleh ditinggalkan. Sampai saat ini, dualisme di tubuh Arema masih terjadi. Efek domino akibat dualisme PSSI dan kompetisi liga beberapa tahun lalu. Walaupun, hampir semua Aremania mendukung Arema FC yang berlaga di Liga 1 Indonesia.
Persatuan juga termasuk menghargai tim-tim lain yang menjadi kompetitor Arema, terutama Persebaya Surabaya. Sudah bukan rahasia umum, sejak dini, anak-anak di Malang maupun di Surabaya telah terdoktrin untuk membenci satu sama lain. Bagi sebagian anak Malang, Bonek adalah hal yang menjijikkan.
Saya punya tetangga berusia masih 5 tahun yang begitu membenci Bonek dan Persebaya. Segala hal tentang mereka, seperti ikon buaya adalah sesuatu yang mengerikan. Ia juga sangat membenci apapun yang berwarna hijau.
Beberapa waktu lalu, dengan bangga ia mulai menulis kalimat Bonek JanXXX dalam sebuah unggahan story di WA ibunya. Pun, ketika saya mengunjungi Surabaya dan menemukan masih tulisan Arema JanXXX di tembok dan beberapa tempat lain. Sesuatu yang juga ditemukan di Malang dengan tulisan Bonek JanXXX ataupun tulisan Bonek yang diberi garis silang.
Doktrin kebencian semacam inilah yang harus mulai dihilangkan, terutama sejak dini. Walau sulit, tapi itu harus dilakukan. Kerja sama dari orang tua, guru, dan masyarakat sekitar untuk tidak menyulut api konflik. Penggunaan atribut Arema secara masif juga seharusnya menjadi titik balik untuk mengakhiri api konflik.
Ketika mereka semua menggunakan atribut Arema, maka mereka juga harus siap menghargai tim lain seperti apa yang dilakukan para pemain di lapangan. Termasuk, Persebaya sekalipun. Tentu, tindakan ini juga harus dilakukan oleh masyarakat Surabaya yang juga harus menghargai Arema.
Ada pula yang berpendapat, pemberitaan yang tidak adil media Jawa Timur dengan porsi lebih banyak kepada Persebaya. Apapun itu, jika boleh dikatakan jujur, kedua daerah ini saling membutuhkan.
Orang Malang banyak yang bekerja di Surabaya. Sedangkan, orang Surabaya banyak yang menghabiskan waktu liburan di Malang.