Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Jejak Partai Acoma, Partai Komunis Muda Sang Rival PKI

15 September 2018   19:15 Diperbarui: 16 September 2018   20:41 3503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Brigjen Katamso (Jalan Kasin Kulon) Kota Malang, tempat Partai Acoma bernah berkantor. - http://jalanjalandikotamalang.blogspot.com

Satu per satu rumah-rumah tua di dekat Pasar Kasin Malang silih berganti menjadi bagunan baru.

Rumah toko (ruko) medominasi alih fungsi bangunan cagar budaya tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi yang pesat di tengah Kota Malang itu membuat bangunan-bangunan lama tergusur tanpa ampun. Dalam derap pembangunan yang cepat, sebuah kisah kontradiksi akan derap kapitalisme tersimpan diantara deret rumah-rumah itu.

Kisah ini terkenang dalam sebuah gerakan politik yang sangat kontra terhadap kapitalisme dan imperialisme. Gerakan yang dimotori oleh pemuda-pemuda yang berhaluan komunis di Kota Malang. Tergabung dalam dalam sebuah Partai Angkatan Communis Muda (Acoma), cerita mereka terkubur dengan tabunya bangsa ini membahas segala sesuatu yang berbau komunis.

Suka atau tidak, Acoma menjadi bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia dan khususnya Kota Malang. Kota yang kini menjadi sorotan politik ini ternyata juga menyimpan gerakan kaum komunis muda dalam era awal kemerdekaan hingga Orde Lama.

Acoma didirikan pertama kali bukan sebagai partai politik. Ia didirikan sebagai sebuah gerakan komunis muda di Kota Malang pada tanggal 10 Juni 1946. Gerakan ini merupakan gerakan para pemuda komunis non-PKI untuk meneruskan tradisi revolusioner Indonesia. Di dalamnya, tergabung para kader protelar muda dari kaum pekerja di industri, pertanian, serta pemerintahan.

Jejak Acoma tersimpan rapi dalam tulisan sang ketua umum, Ibnu Parna melalui risalahnya bertajuk Pengantar Oposisi Rakyat. Tulisan bertahun 1954 tersebut memuat banyak hal terkait kepartaian. Dari konsep hubungan pemodal dan buruh, pertentangan kaum kapitalis dan komunis, serta proses kelahiran dan tujuan Partai Acoma.

Tulisan sepanjang 26 bab itu juga termaktub sikap partai terhadap kekuatan politik lain. Sikap politik yang ditonjolkan menjadi menarik karena meskipun sama-sama mengklaim sebagai kekuatan politik yang beridiologi komunis, nyatanya Partai Acoma berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal, keduanya dan partai-partai serta organisasi dan laskar politik lain pernah berada dalam satu himpunan perlawanan yang disebut Persatuan Perjuangan pada Januari 1946. Namun, pembubaran himpunan tersebut, maka kekuatan di dalamnya juga mengalami friksi. Termasuk, antara Acoma dengan PKI.

Sikap berseberangan dengan PKI terlihat jelas dalam tulisan tersebut. Pada bab latar belakang pendirian partai, terekam sikap Ibnu Parna dan kawan-kawan yang getol melawan PKI. Bagi mereka, PKI tidak lebih dari partai yang membonceng kepada imperialisme dengan menyetujui Perjanjian Linggarjati dan Renville. Perjanjian yang mengakibatkan wilayah RI semakin sempit ini dianggap sebagai tindakan melikuidasi kemerdekaan rakyat.

PKI dianggap patuh terhadap patuh terhadap keputusan-keputusan yang merugikan tersebut. Bagi para pendiri Acoma, PKI sedang berusaha keras untuk memperoleh pengaruh yang besar pada masa revlolusi fisik. Pengaruh ini jelas tidak disenangi oleh Acoma yang juga banyak mengambil massa dari kelas buruh dan petani.

Bangkitnya PKI selepas Peristiwa Madiun 1948 ternyata menjadi hal yang dikhawatirkan para pendiri Acoma. Banyaknya kaum buruh dan tani yang bergabung ke dalam PKI membuat Acoma mencoba mendekati PKI. Partai yang tumbuh subur di bawah kepemimpinan DN Aidit dan kawan-kawan ini coba mereka dekati.

Acoma pun melakukan usaha rekonsiliasi dengan mengundang PKI hadir dalam Konferensi "Hajat Persatuan" yang diadakan di Yogyakarta. Konferensi ini dilakukan sebanyak tiga kali, mulai bulan Oktober hingga Desember 1950. Keinginan Acoma dalam konferensi itu adalah menyatukan kaum komunis yang tercerai berai. Bangkit menjadi satu kekuatan penuh untuk mewujudkan cita-cita Komunis Internasional (Komintern) yang sudah bubar di tahun 1943.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun