Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sakit saat Kuliah Kimia, Bahan Alam Menyadarkanku akan Khasiat Lebih Tolak Angin

28 Juli 2018   15:50 Diperbarui: 28 Juli 2018   17:23 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau sedang masuk angin, saya hanya bisa bersandar di pojokan dan berharap perkuliahan segera berakhir. - Dokumen Pribadi,

Di depan pintu masuk ruang kuliah, kepala saya terasa berat.

Memasuki ruangan, penderitaan saya rasanya malah tambah parah. Rasa mual tak tertahankan dan ingin muntah menjadikan saya tak bisa ceria seperti teman-teman seusia saya. Saya pun memilih duduk di pojokan dan mulai menyandarkan kepala.

Satu rekan wanita tiba-tiba menghampiri. Sambil memandang saya, ia bertanya,

"Kemarin sampai jam berapa?"

Saya hanya bisa memberikan satu jari telunjuk yang berarti jam satu malam. Saya memang baru selesai mengerjakan Laporan Praktikum yang ditulis tangan lepas tengah malam. Ia lantas menggeleng dan memberikan sebuah minyak kayu putih. Botol kecil yang ia sodorkan lantas saya terima. Mengeloskan minyak hangat di tengkuk sedikit meredakan ketegangan. Tapi, itu hanya berlangsung sementara.

Kalau sedang masuk angin, saya hanya bisa bersandar di pojokan dan berharap perkuliahan segera berakhir. - Dokumen Pribadi,
Kalau sedang masuk angin, saya hanya bisa bersandar di pojokan dan berharap perkuliahan segera berakhir. - Dokumen Pribadi,
Tak berapa lama, dosen mata kuliah Kimia Bahan Alam pun masuk. Dikenal dengan dosen killer, Pak T sang dosen segera menatap tajam ke seluruh penghuni kelas. Menguliti kami, ia mencari sosok mahasiswa yang akan menjadi tumbal untuk maju ke depan menerangkan tugas yang telah beliau perintahkan. Sambil berharap cemas, saya berdoa agar tak mendapat kesempatan mengerikan itu. Di tengah doa itu, rasa nyeri yang amat sangat kembali menyerang perut saya. Melilit dan tertahankan, itulah yang saya rasakan.

Satu mahasiswi pun ditunjuk maju. Ia menerangkan mengenai kandungan bahan alam senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman adas. Tanaman yang memiliki bunga berbentuk payung majemuk ini mengandung anisaldehida. Senyawa ini memberi efek peristaltik pada saluran cerna sehingga gas di dalam usus bisa dikeluarkan. Menurut rekan mahasiswi tadi, selain anisaldehida, beberapa senyawa organik di dalam adas juga memiliki efek karminatif, yakni meredakan kolik atau rasa nyeri pada perut. Ah, mungkin saya harus mencari tanaman ini. Nyeri perut saya seakan memuncak.

Tugas kuliah menumpuk berupa lapoan praktikum yang ditulis tangan membuat saya sering bergadang hingga malam. - Dokumen Pribadi.
Tugas kuliah menumpuk berupa lapoan praktikum yang ditulis tangan membuat saya sering bergadang hingga malam. - Dokumen Pribadi.
Rekan mahasiswi tadi lantas melanjutkan kepada tanaman kedua yang mengandung senyawa metabolit sekunder. Kini, ia memaparkan kayu ules. Tumbuhan perdu berbatang basah dengan ciri khas kulit kayu berserat-serat dan buah berbentuk dari 5 helai daun yang mengumpul seperti pilin ini ternyata memiliki banyak kandungan.

Sambil tetap memegangi perut dan mencoba semaksimal mungkin berkonsentrasi, saya mencatat ada beberapa alkaloid, saponin, fitosterol, flobatonin, asam hidroksi kaborksilat dan beberapa kandungan gula di dalam tanaman itu. Di tengah pejelasan, sang dosen menyela dengan menanyakan efek dari kandungan zat-zat tersebut di dalam tubuh. Sang mahasiswi mencoba menjawab namun kurang tepat. Sang dosen lalu melempar pertanyaan ke seluruh ruangan dan tak ada yang bisa menjawab. Tiba-tiba, sebuah inisiatif muncul dari diri agar menjawab pertanyaan tersebut. Menghindari amukan sang dosen, saya hanya coba asal menjawab sambil terbata,

"Efeknya memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan, Pak!"

Ah, sungguh jawaban yang cukup sesuai dengan kondisi saya. Tertatih dalam nestapa penderitaan gangguan pencernaan dan sedang tidak selera makan. Roti selai yang saya makan tadi pagi segera saya muntahkan beberapa saat kemudian.

"Tepat. Itulah manfaat yang sangat berharga dari kayu ules. Tanaman perdu dengan banyak senyawa metabolit sekunder," sang dosen tak jadi marah.

Selain itu, kegiatan di luar juga membuat tubuh rentan tidak fit.- Dokumen pribadi
Selain itu, kegiatan di luar juga membuat tubuh rentan tidak fit.- Dokumen pribadi
Saya lega dan segera disambut tatapan bahagia dari rekan-rekan sekitar. Tapi, kebahagiaan saya tak bertahan lama. Nyeri perut yang saya alami semakin sakit. Sendawa saya semakin kencang dan harus saya tutupi dengan sapu tangan agar tak keluar. Rekan wanita yang memberi minyak kayu putih terus memandang saya dengan cemas. Tiba-tiba, ia meminta izin kepada dosen untuk pergi ke kamar mandi. Sebuah tindakan nekat mengingat sang dosen jarang memberikan izin ketika perkuliahan berlangsung. Nyatanya, perkiraan saya salah. Mood dosen itu sedang baik dan beliau mengizinkan. Rasanya saya ingin juga sekedar meredakan ketegangan ini dengan rehat sejenak. Namun, niat itu saya urungkan. Saya harus bertahan.

Kini, seorang rekan mahasiswa yang mendapat kesempatan untuk menerangkan tanaman selanjutnya. Ia memilih cengkeh, tanaman yang banyak digunakan sebagai obat dan rokok. Pemaparan mengenai kandungan eugenol dalam cengkeh saya simak dengan seksama kembali meski rasa sakit dan begah di perut seakan mencapai puncak. Perut saya semakin melilit. Rasa mual yang diikuti ingin muntah seakan tak tertahankan.

Menurut rekan mahasiswa, eugenol di dalam cengkeh dapat bertindak sebagai antibakteri, antiseptik, dan anastesi lokal. Beberapa strain bakteri akan sukar hidup jika terdapat eugenol dalam jumlah cukup, seperti E. coli dan Salmonella parathypi. Dua bakteri yang menyebabkan masalah pencernaan, semisal diare dan tipus. Mendengar penjelasan ini, saya segera tersadar dengan pola makan yang tidak sehat dan jajan sembarangan. Ditambah, sering tidur larut yang membuat bakteri-bakteri itu bisa dengan nyamannya berada di perut saya. Cengkeh! Saya kembali menulis tanaman yang akan saya cari jika pulang kuliah nanti.

Penjelasan pun berlanjut kepada jahe dan daun mint. Keduanya memiliki kandungan beberapa bahan alam yang cukup banyak. Jahe sendiri mengandung flavonoid, fenol, dan terpenoid. Efeknya, bisa mengurangi mual dan nyeri. Sungguh sangat tepat jika saya menemukannya saat itu. Mual dan nyeri, seakan kombinasi dua penderitaan yang saya hadapi. Tubuh saya semakin lemas dan hanya bisa mendengar samar penjelasan rekan mahasiswa yang kini menguraikan dengan seksama efek anastesi pada daun mint.

Efek yang dihasilkan mint bisa menghilangkan rasa sakit pada perut. Pereda mual dan kram dengan cara merelaksasi otot polos pada rongga perut. Aroma mentolnya membuat saluran nafas menjadi sehat. Tak hanya saluran pencernaan, saluran pernafasan pun bisa sehat karena melonggarkan konstruksi bronkus. Daun yang banyak digunakan ini juga meringankan heart burn melalui sifat antipasmodik. Tubuh pun menjadi rileks karena menginduksi rasa tenang. Lagi-lagi, saya seakan ingin mengunyah juga daun mint ini. Kondisi tubuh yang tidak baik membuat saya tidak tenang.

Tak lama, rekan wanita saya pun kembali. Ia lantas memberikan sebuah sachet produk minuman. Saya membaca sekilas, Tolak Angin. Ah, inilah yang saya butuhkan saat itu. Saya membaca kembali kandungan bahan alam yang ada di dalamnya. Adas, kayu ules, cengkeh, jahe, daun mint, dan ditambah obat dari segala obat, madu. Saya tak lagi berpikir untuk mencari tanaman tersebut satu per satu.

Tanaman yang mengandung bahan alam metabolit sekunder yang dipakai Tolak Angin memiliki banyak khasiat. Saya tak perlu repot mencari dan melakukan ekstraksi. - Dokumen Produk Kowledge Tolak Angin
Tanaman yang mengandung bahan alam metabolit sekunder yang dipakai Tolak Angin memiliki banyak khasiat. Saya tak perlu repot mencari dan melakukan ekstraksi. - Dokumen Produk Kowledge Tolak Angin
Sambil memberi kode, ia menyarankan saya minum dengan hati-hati. Saya pun memberanikan diri minum Tolak Angin dengan perlahan dan meminimalisir suara. Dan, untunglah acara minum Tolak Angin saya lakukan dengan cara pintar. Saat sang dosen membalikkan badan untuk menuliskan persamaan reaksi dari proses pembentukan bahan alam tersebut, satu tegukan Tolak Angin pun berhasil saya minum.

Setelah satu sachet Tolak Angin berhasil saya minum, reaksi dalam tubuh pun seakan berpacu dengan laju reaksi yang ditulis oleh dosen saya di papan tulis. Reaksi yang menuju ke arah positif. Nyeri amat sangat di perut saya hilang. Saya tak lagi mual meski diselingi sendawa. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Badan saya menjadi lebih hangat dan rileks. Saya lebih bisa berkonsentrasi menyimak perkuliahan yang kini memasuki materi tentang purifikasi bahan alam tadi.

Menurut sang dosen, bahan-bahan alam  jika digunakan harus melewati purifikasi (pemurnian) terlebih dahulu. Proses ini dapat memperkuat efek farmokologi dari bahan-bahan tersebut. Jadi, efek positif yang dapat memelihara kesehatan dapat ditingkatkan. Efek samping pun dapat ditekan. Saya lalu kembali membaca bekas bungkus Tolak Angin yang ternyata juga melakukan kegiatan itu untuk produknya. Sebuah langkah pintar yang sangat diandalkan dan membantu sekali dalam kondisi sulit ketika badan sedang tidak fit terindikasi masuk angin.

Hingga kini, Tolak Angin menjadi teman saya setiap hari untuk menjaga badan agar tetap fit.- Dokumen Pribadi
Hingga kini, Tolak Angin menjadi teman saya setiap hari untuk menjaga badan agar tetap fit.- Dokumen Pribadi
Lebih lanjut, sang dosen juga memaparkan tentang pentingnya uji toksisitas dan uji khasiat dari ekstrak bahan alam yang didapat. Uji toksisitas bertujuan untuk memastikan apakah ekstrak bahan alam tersebut aman dikonsumsi dalam jangka panjang. Sudah menjadi alasan umum bahwa ada beberapa kandungan bahan alam yang menghasilkan senyawa tertentu, baik dari hasil reaksi primer maupun sekunder yang justru merugikan tubuh. 

Uji khasiat diperlukan untuk mengetahui khasiat bahan alam tersebut di dalam tubuh. Dan, Tolak Angin juga telah melakukan dua uji tersebut. Dengan alat canggih dan didukung ahli di beberapa kampus ternama, uji ini telah berstandar ISO.

Produk dari bahan alam yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu lama harus dilakukan uji toksisitas dan uji khasiat terlebih dahulu. - Dokumen Pribadi.
Produk dari bahan alam yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu lama harus dilakukan uji toksisitas dan uji khasiat terlebih dahulu. - Dokumen Pribadi.
Memaknai materi kuliah kimia bahan alam itu, saya menjadi sadar untuk menjaga kesehatan lebih baik lagi. Dan dengan pengalaman saya mendapat sebuah obat mujarab yang sekedar obat, saya juga sadar bahwa Tolak Angin adalah pilihan utama saya. Pilihan pintar yang lebih dari sekedar mengatasi masuk angin dan menjaga kesehatan tubuh di tengah aktivitas padat. Kembali, rekan wanita saya menyodorkan sebuah permen yang juga dari Tolak Angin. Saya lalu segera menguyahnya dan tenggorokan saya kini lebih hangat.

Setelah minum Tolak Angin, saya kembali ceria dan kembali semangat berkativitas kuliah. - Dokumen pribadi.
Setelah minum Tolak Angin, saya kembali ceria dan kembali semangat berkativitas kuliah. - Dokumen pribadi.
Terimakasih Tolak Angin telah menyelamatkan saya dalam nestapa perut kembung dan masuk angin serta kondisi tubuh tidak fit. Dan juga untuk kamu, wanita pintar yang memilih dan memberikan Tolak Angin padaku.

Sumber:

Produk Knowledge Tolak Angin

Muhammad, Abu, dkk. 2010. Kamus Pintar Obat Herbal. Yogyakarta: Penerbit Nu Med.

Safryadi, dkk. 2017. Kajian Etnobotani Melalui Pemanfaatan Tanaman Obat Di Desa Rema Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Biotik Tahun 2017. Universitas Gunung Leuser, Aceh Tenggara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun