Tak perlu banyak kata, mereka lantas menaiki bebatuan curam. Untunglah, sang pengelola memudahkan mereka dan pengunjung lainnya dengan membuat jalan setapak dengan pengaman berupa tangga kayu untuk mencapai puncaknya. Beberapa meter dari puncak, mereka menyaksikan dua anak wanita anak-anak generasi 90an juga sedang melepas penat.Â
Berteriak kencang, memandang alam dari atas bukit, hingga membuat rekaman video. Mungkin, mereka hanya akan bermain masak-masakan dan bongkar pasang di penghujung minggu pada dua dekade sebelumnya.
Dua anak perempuan itu tak segera beranjak dari tempatnya. Mereka semakin asyik dan lupa akan waktu serta keadaan sekitar. Anak kecil dan teman-temannya menjadi jengkel. Jika berada pada masa puluh tahun sebelumnya, pasti mereka akan membuat keisengan. Melempar kerikil atau batu agar kedua anak perempuan itu segera pergi. Tapi lagi-lagi ia berpikir bahwa ia sudah bisa dikenakan hukum. Mencari tempat lain adalah ide tepat untuk mendapatkan harta karun yang ia impikan.
Sedikit usaha dengan menaiki satu tingkatan bukit lagi, ia akhirnya menemukan harta karunnya. Ia sangat senang akhirnya mimpinya tercapai. Sebuah gugusan tebing pantai yang terukir indah memagari daratan dari ganasnya ombak lautan biru. Ia sangat suka pemandangan itu. Dari kejauhan, ia mengira bahwa gugusan tebing itu seperti kue abon yang selalu ia santap. Namun, ia segera teringat pelajaran Geografi saat ia duduk di bangku Kelas X SMA dulu.
Dari puncak bukit itu, ia juga bisa melihat deretan bangunan baru yang berada di bibir pantai. Berjajar elok seakan mengucapkan selamat datang bagi siapa saja yang datang ke sana. Riuh rendah bocah-bocah bermain di tanah lapang yang beralaskan pasir pantai juga terdengar samar-samar. Nun jauh di sana, terlihat pula beberapa anak seusia mereka yang sedang mempersiapkan perkemahan. Menyalakan api unggun meski petang belum menjelang. Ah, rasanya ia teringat kegiatan Pramuka dulu. Mungkin suatu kali ia bisa melakukan itu.
Seperti, yang dilakukan pantai ini. Mengubah wajah pesimisme keterisolasian akibat buruknya sarana. Memanggil banyak orang untuk datang kepadanya dan menikmati suasana sekitarnya. Mengajarkan orang untuk menjaga kebersihannya seraya berujar, "Lihatlah keindahanku!"