Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ekstraksi: Ngapain Aja Sih? (2)

17 Januari 2014   17:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada episode sebelumnya, kita telah mendapatkan dua lapisan pelarut yang mengandung bahan yang diekstrak. Lapisan tersebut lalu dipisahkan dan biasanya hanya pelarut yang mengandung ekstrak paling banyak. Nah langkah apa yang harus dilakukan?

Setelah didapatkan hasil ekstrak di dalam pelarut tadi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan pelarutnya. Mengapa harus dihilangkan? Ya harus dihilangkan lah, emang mau mengonsumsi sama pelarutnya. Ya kalau pelarutnya air, kalau alkohol atau aseton bisa berabe kan???

Penghilangan pelarut tadi menggunakan alat yang namanya rotary evaporator atau biasa disingkat rotavapour. Penghilangan pelarut tadi tidak serta merta dihasilkan hasil ekstrak jadi, namun sedikit demi sedikit berupa gumapalan yang berkumpul hingga menjadi besar. Seperti kalau mau buat kue jenang buat manten itu lho (apa sih namae, yang warnae coklat pokoknya????). Kan biasanya jenangnya dibuat dari berbagai campuran bahan seperti gula aren dkk. Dimasak dalam tungku besar sambil diaduk berjam-jam. Kan gak langsung jadi jenang tapi dikit-dikit ada gumpalan, lama-lama airnya habis jadi jenang yang lengket. Bisa dibanyangkan kan???

[caption id="attachment_290541" align="aligncenter" width="636" caption="Rotary Evaporator (kiri) yang akan menghasilkan gumpalan ekstrak sedikit demi sedikit seperti saat membuat jenang (kanan)"][/caption]

Kalau sudah jadi ya bisa diproses lebih lanjut untuk dikonsumsi. Namun biasanya pada penelitian kimia dilakukan identifikasi dulu. Jadi hasil ekstraksi tadi diuji kembali untuk memastikan kandungannya. Gampangnya, kita akan mengecek bener gak sih di situ sudah terdapat zat yang diharapkan.

Sebagai contoh adalah pada ekstakasi biji mengkudu. Biji mengkudu dipercaya mengandung alkaloid, saponin,  antrakinon, dan polifenol (duh baca namanya aja udah eneg). Percaya gitu aja kalau mengkudu mengandung zat-zat itu??? Percaya deh kan sudah dibuktikan ahlinya. Tapi gak seru ah kalau cuma percaya gitu aja, kan lebih afdol membuktikan sendiri, ya nggak?? Trus cara membuktikannya gimana???? Sulit gak???

Caranya adalah dengan melakukan skrining fitokimia??? Apa itu skrining fitokimia??

Skrining Fitokimia adalah analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Gampangnya proses pengecekan apakah hasil ekstraksi tadi mengandung senyawa-senyawa metabolisme sekunder. Apa itu senyawa metabolit sekunder? Kalau ada metabolit sekunder berarti ada metabolisme primer dong???

Yap seratus untuk anda. Makhluk hidup pasti melakukan yang namanya metabolisme untuk kelangsungan hidupnya. Nah metabolisme terbagi menjadi metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Metaboliseme primer menghasilkan senyawa penting bagi kelangsungan hidupnya, contohnya karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Kalau metabolisme sekunder menghasilkan senyawa yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi kehidupannya namun dibutuhkan pada saat-saat tertentu.  Contoh senyawanya antara lain pada biji mengkudu tadi, ada alkaloid, saponin, antrakinon, dan polifenol. Contoh lainnya adalah kafein pada kopi yang sering kita minum. Analoginya seperti pekerjaan dan hobi. Mau tidak mau kita harus bekerja agar bertahan hidup. Tapi kadang-kadang kita juga melakukan hobi yang menghasilkan sesuatu yang tidak terlalu penting tapi juga kadang-kadang kita kerjakan karena alasan khusus. Nah beberapa makhluk hidup melakukan metabolisme sekunder juga karena alasan khusus seperti untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya.

[caption id="attachment_290545" align="aligncenter" width="288" caption="Kafein pada biji kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder"]

13899528291466693975
13899528291466693975
[/caption]

Oke kembali ke topik ekstraksi.  Tadi kan katanya hasil ekstraksi akan diuji dengan skrening fitokimia. Nah pengujian ini dilakukan beberapa langkah untuk memastikan kandungan senyawa-senyawa tadi. Berikut cara pengujiannya,

1.Identifikasi senyawa fenolik

Biar tau hasil ekstraksi mengandung senyawa fenolik atau enggak maka sampel tadi direaksikan dengan besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam etanol (dilarutkan dalam etanol). Nanti kalau bener-bener mengandung senyawa fenolik jadinya warna merah ungu, biru atau hitam yang kuat (tergantung sikon).

2.Identifikasi senyawa saponin

Kalau saponin dites pakai pereaksi  Liebermann-Buchard  (LB). Hasilnya berupa warna biru.

3.Identifikasi senyawa golongan alkaloid

Senyawa golongan ini diuji dengan pereaksi  Dragendorff  dan pereaksi Mayer (dua kali uji). Kalau positif maka akan tebentuk endapan merah/jingga saat uji  Dragendorff  dan endapan putih kekuningan saat diuji dengan pereaksi Mayer.

4.Identifikasi senyawa antrakuinon

Untuk mengecek apakah mengandung antrakuinon atau tidak maka sampel dilarutkan dahulu dalam air panas atau alkohol encer karena biasanya sampel yang mengandung antrakuinon larut dalam dua pelarut tadi. Untuk memastikannya, dapat direaksikan dengan suatu basa yang akan menghasilkan warna ungu atau hijau.

Setelah dirasa uji-uji tadi menunjukkan hasil positif maka dapat disimpulkan di dalam biji mengkudu mengandung senyawa alkaloid, saponin, antrakinon, dan polifenol.Itu tadi cara identifikasinya. Untuk lebih jelasnya tentang bahan-bahan metabolit sekunder akan saya paparkan lain waktu.

Proses ekstraksi yang telah saya sampaikan sebelumnya ternyata memiliki kelemahan. Kelemahannya biasanya hasilnya sangat sedikit. Jangan heran kalau bahan yang berkilo-kilo tapi cuma dapat seiprit. Untuk menyiasatinya biasanya proses ekstraksi dilakukan bertahap. Tiap tahap pakai pelarut sedikit-sedikit. Mengikuti aturan peribahasa sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Nah kalau ekstraksi dilakukan berulang biasanya hasilnya akan lebih besar daripada sekali ekstraksi tapi pelarut yang digunakan banyak.

Selain cara ekstraksi dengan corong pisah tadi, masih ada beberapa cara lagi. Tapi biar tidak pusing saya sampaikan pada postingan yang akan datang.

Sekian. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan. Semoga bermanfaat. Salam

Corong Pisah : <<< Sebelumnya

Sumber:

Soebagio,dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: UM Press.

Tjijah, F. & Hayani, E. Identifikasi Komponen Kimia Dalam Biji Mengkudu (Morindacitrifolia). Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004.

Gambar:

http://www.eyelaworld.com/

http://jawatimuran.files.wordpress.com/

annas10122500317.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun