Anda senang makan biskuit? Pasti senang. Apalagi kalau gratis. Saat hari raya akan kita jumpai berbagai macam biskuit dengan aneka rasa. Mengenai biskuit hari raya, saya punya cerita unik. Saat kecil dulu, saya sering keliling ke tetangga di kampung untuk galak gampil. Alias mencari uang. Jangan dikira anak kecil tak bisa cari uang. Saat hari raya idul Fitri adalah saat terbaik bagi anak-anak untuk “bekerja”.
Rumah demi rumah saya datangi bersama teman-teman. Tuan rumah pasti menyuguhkan makanan ringan, salah satunya biskuit. Kami sering memilih biskuit, bukan makanan ringan lain dengan alasan enak dan mahal. Tapi seringkali meski kalengnya biskuit tapi isinya kerupuk puli (kerupuk dari nasi), rengginang, atau kacang, Yah penonton kecewa. Padahal kaleng biskuitnya masih bagus. Tertipu nih. Kejadian ini sering sekali. Pernah ada teman yang bisa membedakan mana kaleng biskuit yang isinya benar-benar biskuit dan mana yang bukan. Menurutnya, selain masih ada kemasan plastik dan warnanya masih cerah, biasanya tuan rumah meletakkan kaleng biskuit yang masih asli di tengah, yang jauh dari jangkauan tangan. Wah ada-ada saja pemikirannya.
Kalau diamati secara seksama, kaleng biskuit itu termasuk benda yang multi tasking. Saat biskuit sudah habis, jarang sekali orang-orang membuangnya. Ada yang digunakan kembali sebagai wadah kerupuk. Ada juga yang digunakan sebagai wadah bahan untuk menjahit seperti benang, jarum, dan gunting. Kaleng biskuit juga sering digunakan sebagai celengan atau tempat uang penjual makanan. Tak hanya itu, kaleng biskuit bisa digunakan sebagai cikrak (tempat untuk menampung kotoran saat menyapu). Benar-benar banyak manfaatnya.
Meski sudah tidak digunakan lagi sebagai wadah biskuit, namun kaleng biskuit masih bermanfaat. Dia tidak marah digunakan untuk berbagai hal asal bermanfaat. Sedikit banyak kita bisa belajar dari kaleng biskuit ini. Bermanfaat bagi orang lain. Meski itu kelihatan tidak keren dan sepele. Coba amati kaleng biskuit tadi. Digunakan sebagai wadah bahan menjahit. Kelihatannya “turun kasta”. Tapi jika direnungkan lagi, andaikan tak ada kaleng biskuit atau wadah lain, maka harus membeli kan?
Sebagai cikrak, meski terlihat benar-benar “turun kasta”, tapi banyak orang yang lebih senang menggunakan cikrak dari kaleng biskuit. Alasannya, bentuknya lebih memungkinkan menampung kotoran lebih banyak dibandingkan cikrak dari plastik.
[caption id="attachment_301051" align="aligncenter" width="480" caption="Meski sudah usang dan lusuh, kaleng biskuit ini tetap bisa digunakan sebagai wadah paku dan pengganjal pintu (Dokumen Pribadi)"][/caption]
Sering kita jumpai orang yang merasa kok kehidupannya tidak keren. Dia melihat orang lain lebih keren dari dirinya. Padahal kalau direnungkan lagi, sebenarnya kehidupannya tak kalah keren dan berguna dibanding orang lain. Baik, sekian dulu cerita dari kaleng biskuit. Memang kita memiliki peran dan jalan masing-masing. Yang terpenting, kita syukuri dan kita jalani sebaik mungkin. Mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H