Jika ditanya pelajaran apa yang paling saya suka saat sekolah dulu, pasti saya akan menjawab Matematika. Simpel, hanya butuh logika dan latihan intensif. Kalau pelajaran lain masih netral, tak terlalu suka dan tak terlalu benci. Tapi, kalau ditanya pelajaran apa yang paling tidak saya suka, saya akan tegas dengan semangat 45 : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan alias olahraga.
Meskipun saya laki-laki dan memiliki tubuh lumayan berisi (baca: bergelambir), tapi saya benar-benar tidak senang pelajaran ini sejak duduk di bangku sekolah dasar. Tidak tahu kenapa, yang jelas, saat jam pelajaran olahraga rasanya seperti berada di neraka. Padahal, guru olahraga saya cukup menyenangkan. Mungkin, saya tak terbiasa olahraga. Artinya, kalau tak ada pelajaran olahraga maka saya tak akan pernah melakukan kegiatan ini. Apalagi, sejak saya lulus SMA dan kuliah yang bukan di jurusan olahraga. Total, empat tahun saya tak pernah olahraga sama sekali.
Akhirnya, saya mengalami suatu penyakit (karena pola hidup) yang benar-benar tidak mengenakkan. Dokter yang menangani saya hanya punya satu resep ampuh untuk meyembuhkan penyakit saya: olahraga. Sudah itu saja. Saya berpikir keras olahraga apa yang bisa saya lakukan. Maunya sih jogging, tapi olahraga ini sangat moody. Sepakbola saya pasti bingung dengan kacamata, basket apalagi hanya bisa melongo di pojokan ring. Voli, niatnya memukul bola ke mana eh jatuhnya malah ke mana. Apalagi renang, pasti saya hanya bisa berendam di kolam. Hingga suatu ketika muncullah sebuah ilham untuk melakukan sebuah olahraga : Fitness alias ngegym.
Terdengar tak masuk akal untuk ukuran saya. Tapi saya punya prinsip begini. Kalau saya niat ngegym, otomatis saya harus bayar (mahal). Nah inilah yang menjadi pendorong saya agar konsisten melakukannya. Masak sudah bayar mahal-mahal masih malas-malasan. Saya pun bangkit dari ketermalasan seperti semangat Hari Kebangkitan Nasional (apa hubungannya?).
Sebelum saya ke tempat gym, saya “belajar” dulu tentang seluk beluk fitness di internet. Rupanya banyak sekali masukan yang bisa saya pelajari. Yang terpenting sebenarnya bagaimana meluruskan niat kita. Biasanya orang ngegym ingin langsing (khusus cewek), dan ingin sixpact (khusus cowok). Saat keinginan itu tak bisa terlaksana dengan baik, orang akan menjadi malas. Padahal, sebenarnya, bukan itu tujuan utama untuk ngegym. Yang penting, tetep sehat. Nanti kalau misal mendapat reward badan yang aduhai itu masalah belakangan. Konsisten melakukannya dan dengan benar harus dilakukan dulu. Seperti kalau kita nulis di Kompasiana ini. Mau diHL, mau di TA, itu masalah belakangan, yang penting konsisten nulis dan terus belajar, ya enggak?
Saya juga belajar risiko cedera yang mungkin dialami saat fitness. Ternyata banyak sekali. Saat awal fitness, kita sebenarnya harus tahu di mana kemmapuan kita. tidak ngoyo. Kalau kuatnya ngangkat 1 kg atau 1,5 kg (beban paling ringan), ya angkat saja segitu. Yang penting posisinya benar. Nanti lama-lama dinaikkan berat bebannya. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
Setelah belajar, saya nekat ke tempat fitness. Hari pertama saya observasi sekitar. Hanya melakukan jogging di tredmill dan mengayuh sepeda. Ternyata, tempat fitness itu menyenangkan. Tidak seperti bayangan saya penuh dengan barbell dan orang-orang kekar yang menyeramkan. Ada banyak sekali orang yang “seperti saya”. Ada juga yang sudah mulai terbentuk badannya. Mereka sangat welcome dengan orang-orang baru. Apalagi, hentakan musik yang menambah semangat untuk berolahraga.
Karena saya tidak menyewa trainer, saya mengakalinya dengan TP-TP (mendekati) mas-mas atau mbak-mbak yang sudah kompeten. Setelah mereka berlatih, saya ikut mencoba, tentu dengan beban yang semampu saya dulu. Kalau ada posisi saya yang kurang tepat, mereka juga tak segan memperbaikinya, agar tak cedera.
Lama-lama saya mulai terbiasa dengan program latihan yang saya susun. Berbicara masalah program latihan ini, sebenarnya kita tak boleh sembarangan. Maksudnya begini, kita tak diperbolehkan mencoba semua alat dalam satu hari. Menurut mas dan mbak yang sudah ahli, bukan kesehatan dan pembentukan otot yang kita dapat, tapi malah badan sakit semua. Jadi, kita harus menyusun latihan berbeda tiap hari. Misalkan hari ini latihan untuk dada, maka kita harus melakukan kegiatan-kegiatan yang khusus membentuk otot dada, seperti bench pass, dumbbell flys, dubbell bench press, dan butterfly press. Sesekali, diantara latihan tersebut diselingi istirahat sebentar. Tapi seluruh latihan tersebut harus diselesaikan dalam beberapa set. Lalu hari berikutnya berganti dengan otot lengan, dst. Kalau masih memungkinkan, di setiap latihan ditutup dengan latihan kardio di tredmill selama 15-20 menit.
[caption id="" align="aligncenter" width="237" caption="Latihan Bench Press"][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="Latihan Dumbell Flys"]
Setelah berjalan beberapa bulan, saya mulai merasakan tubuh saya yang lebih bugar. Penyakit saya jarang sekali kambuh. Nah itulah sedikit cerita saya mengenai fitness yang ternyata sangat menyenangkan. Banyak cara sebenarnya untuk menjaga tubuh kita tetap sehat. Makan makanan yang sehat, istirahat cukup, dan tidak stress juga penting. Selamat menjaga kesehatan, semoga bermanfaat.
Gambar: http://tentang-fitness.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H