Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membuat Obat dengan Komputer? (1)

22 Mei 2014   15:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="415" caption="Virus MERS yang meresahkan (http://tribwxin.files.wordpress.com)"][/caption]

Akhir-akhir ini, masyarakat kita dihebohkan dengan maraknya kasus MERS yang cukup meresahkan terutama bagi kaum muslimin yang akan melakukan ibadah umroh atau haji. Wah, ingin beribadah jadinya was-was. Penyakit ini menurut berbagai sumber belum ada obatnya. Meski ada juga pendapat yang mengatakan, tanpa obat, MERS bisa sembuh sendiri. Namun, tak dipungkiri peran suatu obat sangat penting bagi proses penyembuhan suatu penyakit.

Berbicara suatu obat, pernahkah anda berpikir bagaimana suatu obat bisa berhasil dibuat dan kemudian dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan sebuah penyakit. Tentunya, dengan bantuan kekuatan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah hanya sebuah kebetulan semata lalu sebuah bahan atau gabungan beberapa bahan dapat digunakan menjadi sebuah obat?

Untuk membuat sebuah obat, maka ada sebuah istilah yang disebut drug design. Sama halnya saat seseorang akan membuat sebuah baju, maka ada sebuah istilah fashion design. Drug design ini merupakan proses yang sangat penting yang dilakukan oleh peneliti. Keberhasilan sebuah obat dalam menyembuhkan penyakit pasien sangat ditentukan oleh proses drug design ini.

Sebuah obat bekerja dengan cara menghambat aktivitas suatu penyakit. Aktivitas suatu penyakit ini dipengaruhi oleh sifat kimia suatu sumber penyakit tersebut, misal virus, bakteri, prion, atau yang lainnya. Pembuatan obat diawali dengan pengumpulan berbagai informasi senyawa yang dapat bekerja menghambat suatu penyakit. Senyawa yang memenuhi kriteria seperti ini adalah senyawa yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas biologis yang sama penyakit tersebut. Agar bisa melakukan hal tersebut, maka senyawa yang dimaksud juga sedikit banyak memiliki kemiripan struktur dengan target (penyakit) yang akan ditentukan.

Analoginya seperti ini. Anggaplah  sebuah penyakit disebabkan oleh sebuah bakteri. Bakteri tersebut mengeluarkan zat A yang mampu menyerang suatu bagian dalam tubuh dengan cara ikut bereaksi di dalam metabolisme tubuh. Maka tugas dari para peneliti adalah membuat sebuah zat B yang memiliki struktur yang mirip dengan zat A namun kemampuan untuk  ikut bereaksi lebih baik dibandingkan zat B. Bolehlah dikatakan zat B lebih handal dibandingkan zat A sehingga perkembangan zat A akan terhambat. Proses ini juga disebut sebagai inhibisi, dan zat B juga dapat disebut inhibitor.

Setelah peneliti menghasilkan zat B, maka tugas mereka selanjutnya adalah menguji aktivitas zat B. Kalau diumpamakan seperti sebuah pabrik mobil, setelah menghasilkan sebuah rancangan mobil baru, maka mereka akan melakukan test drive. Tujuannya untuk mengetahui seberapa efektif kerja bahan yang dihasilkan dan merevisi kekurangan yang masih timbul, seperti adanya efek samping dari bahan tersebut.

Proses sintesis senyawa ini dan uji aktivitasnya memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tak sedikit. Bisa dibayangkan jika proses ini akan menghambat upaya penyembuhan sebuah penyakit yang belum ada obatnya.

Maka dari itu, para peneliti di bidang farmasi dan kimia, saat ini merencang sebuah obat dengan bantuan komputer. Dengan komputer, apakah bisa?

Bisa. Komputer berperan sebagai laboratorium mini yang akan mengerjakan tugas pembuatan obat. Metode ini disebut dengan metode in silico. Menggunakan komputer untuk mendesain obat tentunya tidak harus menggunakan bahan dan alat yang mahal. Selain itu, dengan bantuan kerja komputer maka waktu yang diperlukan juga lebih singkat. Bagaimana cara kerjanya?

Pertama, terlebih dahulu digambar berbagai kemungkinan senyawa-senyawa yang berpeluang memiliki aktivitas biologis yang mirip dengan target (penyakit). Gambaran ini merupakan gambaran bentuk 3 dimensi.

Setelah melakukan  modeling, maka selanjutnya adalah melakukan kajian interaksi senyawa tadi dengan zat yang diserang oleh penyakit. Misal, suatu penyakit disebabkan oleh adanya zat A. Zat A ini akan menyerang zat B dalam tubuh karena suatu reaksi tertentu. Maka kita akan membuat beberapa model yang mirip dengan zat A ini, misal zat C, D, dan E. Nah dari tiga zat ini maka akan kita kaji mana yang paling efektif untuk berkompetisi dengan zat A. Sama halnya dengan prinsip konvensi yang dilakukan oleh sebuah partai politik saat menghadapi pilpres. Akan dipilih beberapa bakal calon presiden  yang sanggup untuk mengahdapi calon dari partai lain.

Setelah didapat hasil yang diinginkan, katakanlah zat C yang memenuhi syarat, maka hanya zat ini yang akan diusulkan untuk disintesis untuk selanjutnya diuji aktivitasnya (test drive) secara ekseperimen di laboratorium. Tidak semuaya. Sama halnya dengan konvensi capres tadi, setelah didapat bakal calon presiden yang dianggap layak, maka akan didaftarkan ke KPU.

[caption id="attachment_307946" align="aligncenter" width="500" caption="Diantara zat C, D, dan E, akan diuji interaksinya dengan zat B. Mana yang mampu menyaingi zat A (penyakit). (Dok. Pri)"]

14007207251458184730
14007207251458184730
[/caption]

Dari sini diperoleh sebuah keuntungan bahwa proses modeling secara komputasi meminimalisir biaya, terutama biaya bahan. Bayangkan berapa banyak uang yang bisa dihemat untuk membuat senyawa lain yang aktivitas biologisnya masih jauh di bawah penyakit.

Perkembangan drug design saat ini semakin berkembang. Para peneliti telah menyadari pentingnya  untuk melakukan drug design ini. Pada pembahasan selanjutnya akan dipaparkan beberapa metode dalam drug design.

Sekian dulu, semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kesalahan, salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun