Tahun ini, sekolah kamu mengundang siapa?
[caption id="attachment_323853" align="aligncenter" width="499" caption="Ilustrasi/ Dokumen Pribadi"][/caption]
Tanya seorang teman pada saya di suatu sore beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya masih mengenakan seragam SMA dan bermaksud menunggu angkot untuk pulang. Teman tersebut beda sekolah dengan saya, namun sekolah kami masih satu kompleks dengan SMA saya dan hanya dibatasi oleh pagar.
“Gak tahu,” jawab saya singkat. Saya memang tidak tahu siapakah yang akan diundang oleh sekolah saya. Bukan saya termasuk siswa yang kuper tapi memang saya pada saat itu tidak terlalu berminat dengan kegiatan Pensi karena memang sedang mempersiapkan diri masuk tes di PTN.
Dari tahun ke tahun, sekolah saya mengundang tamu yang akan mengisi acara pentas seni (pensi) dalam rangka peringatan HUT sekolah. Tamu yang diundang bukan sembarang tamu. Bukan tamu-tamu biasa melainkan artis ibukota, terutama yang sedang naik daun. Samson, Andra and The Backbone, RAN, dan sederet artis lain pernah diundang oleh sekolah saya.
Mereka akan tampil di akhir pensi yang diselenggarakan pada malam hari. Kalau di SMA saya dulu, biasanya acara pensi dilakukan setelah Unas, satu bulan selepas HUT sekolah. Tidak hanya bisa diikuti oleh siswa dari sekolah saya, namun juga anak-anak dari sekolah lain serta dari kalangan umum juga bisa menikmati suguhan yang ditampilkan oleh bintang tamu. Tentu, mereka harus merogok koceh beberapa ribu dibanding siswa sekolah bersangkutan yang masuk secara gratis.
Pensi biasanya digelar di sebuah gedung maha besar yang mampu menampung hingga ribuan penonton. Diawali dengan acara intern sekolah seperti penampilan ekskul, band, dan tarian. Khusus untuk tampilan band, sekolah saya biasanya melakukan seleksi terlebih dahulu beberapa bulan sebelumnya. Semua siswa boleh berpartisipasi. Nantinya, tiga band yang terpilih akan tampil untuk mengisi acara sebelum tamu dari ibukota tampil.
Kalau bisa dibilang jujur, pengisi acara pensi yang ditunggu adalah artis ibukota. Makanya, setiap sekolah rasanya berlomba-lomba bisa menghadirkan artis ibukota sekeren-kerennya. Bagaimana bisa menunjukkan bahwa sekolahnya yang paling terdepan dalam hal menggaet artis yang bersangkutan. Bagaimana mereka menarik sponsor sebanyak-banyaknya. Dan bagaimana pula mereka menunjukkan kepada siswa sekolah lain bahwa sekolahnya yang nomer 1 dalam hal sisi glamor membuat pensi. Penilaian ini memang sangat subyektif karena saya melihat lama-lama bukan pada bagaimana mereka menunjukkan kebolehannya sendiri, entah dalam hal musik, tari, atau yang lainnya.
Eksistensi penyelenggaraan pensi juga diimbangi dengan pihak sponsor yang benar-benar mendukung kegiatan ini. Ada gula ada semut. Siswa SMA seakan menjadi magnet tersendiri bagi pihak sponsor. Berbagai produk iklan, terutama telekomunikasi, akan juga turut berlomba-lomba menggaet sekolah yang mau bekerja sama. Sisi komersil pun menjadi patokan utama. Kalau sudah begini, apa masih ada ya ruang untuk kreativitas siswa?
Selepas lulus SMA, saya beberapa kali melihat pensi yang diselenggarakan oleh beberapa SMA. Memang sih, beberapa diantaranya menunjukkan talenta siswa-siswinya yang memukau. Tapi, lagi-lagi karena bukan puncak acara, penonton pun tak terlalu antusias. Baru pada saat sang artis ibukota tampil, penonton kembali riuh rendah. Yang awalnya duduk-duduk dan memainkan gadget lalu menuju ke depan sambil bernyanyi mengikuti irama musik.
Entah sejak kapan tradisi pensi ini mulai berlangsung. Sebenarnya sah-sah saja, namun selain catatan tadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, seringkali siswa sekolah yang bersangkutan tak terlalu antusias dengan pensinya. Bisa karena artis yang diundang bukan selera mereka atau juga banyaknya populasi siswa rumahan (yang tak diizinkan ortu keluar hingga larut malam). Kedua, biaya yang diperlukan untuk megontrak sang artis tidaklah murah. Memang sih ada pemasukan dari pihak sponsor, pihak sekolah, dan juga tiket dari luar. Tapi, kalau yang datang sedikit, mana bisa balik modal? Yang ada malah tekor.
Kegiatan pensi yang mengundang artis ibukota memang bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, siswa bisa belajar mengadakan even sebesar itu dan tentunya mendapat hiburan tersendiri. Di sisi lain, rasa untuk adu gengsi dan memaksakan diri juga menjadi hal yang tak boleh disepelekan.
Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H