Berlibur, berlibur, dan berlibur.
Itulah kata yang ada di benak saya beberapa hari ini. Setelah menjalani aktivitas yang padat, kini liburan menjadi saat yang tepat untuk menyegarkan pikiran. Untungnya, saya tinggal di kota yang banyak sekali tempat-tempat wisata untuk dikunjungi. Baik wisata alam maupun wisata buatan.
[caption id="attachment_344136" align="aligncenter" width="403" caption="Kepadatan di obyek wisata Museum Angkut"][/caption]
Namun, mengingat saat ini adalah saat-saat libur sekolah dan libur akhir tahun, tempat-tempat wisata yang cukup terkenal akan diserbu pengunjung. Benar saja, sabtu pekan kemarin, saat saya beserta rekan kuliah menyewa villa di kawasan Kota Wisata Batu, antrian kendaraan pun tak terelakkan. Ribuan pengunjung memadati tempat-tempat wisata favorit meski hujan mengguyur kawasan wisata di sana dengan cukup deras. Maka dari itu, setelah kegiatan di villa saya memutuskan melakukan jalan-jalan ke tempat yang tak terlalu ramai pengunjung. Dan akhirnya pilihan jatuh kepada Sumber Maron.
Tempat wisata ini bisa jadi belum begitu familiar di telinga anda. Sekedar informasi, Sumber Maron adalah tempat wisata alam edukasi  berupa sumber mata air yang berada di Desa Karangsuko. Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Sebenarnya, letak wisata alam ini tak jauh dari pusat Kota Kecamatan Kepanjen yang saat ini menjadi ibukota Kabupaten Malang. Hanya sekitar 3 km ke arah timur dari Stadion Kanjuruhan Kepanjen. Dari jalan besar, anda akan mendapati palang bertuliskan tempat wisata ini. Untuk menuju lokasi, dari jalan raya anda harus berjalan sejauh 400 meter.
Memasuki jalan desa Karangsuko, rasanya kita tak seperti memasuki daerah wisata pada umumnya. Jika biasanya banyak aneka penjaja makanan atau minuman dan juga beraneka jenis souvenir menghiasi pusat wisata, maka pemandangan itu tak akan kita jumpai. Di sisi kanan kiri rumah hanya tampak rumah-rumah penduduk yang berselingan dengan perkebunan tebu yang menjadi pemandangan umum masyarakat pedesaan. Namun, dugaan saya salah ketika pemandangan tempat parkir yang sangat luas tiba-tiba membentang. Beberapa mobil dan sepeda motor pun terjajar rapi. Jumlahnya tak terlalu banyak jika dibandingkan dengan tempat-tempat wisata lainnya.
Yang membuat saya senang, tiket masuk wisata ini hanya 1000 rupiah tiap orang. Di pintu masuk tertulis bahwa dana yang masuk akan digunakan untuk pembangunan kawasan wisata ini. Saya jadi berpikir apakah kawasan wisata ini bernasib sama dengan wisata candi yang tak terlalu diperhatikan oleh pihak-pihak terkait.
Setelah membayar karcis, saya segera memasuki area wisata ini. Ternyata, untuk menuju sumber air, kita harus menuju jalan setapak yang membelah area perkebunan dan persawahan. Suasana segar langsung saya rasakan. Beberapa meter kemudian saya mendengar suara anak-anak yang berteriak kegirangan. Rupanya, sebuah pemandangan indah sudah terbentang mata. Gemericik air megalir di sebuah waduk kecil. Di dalamnya sudah banyak anak-anak dan orang dewasa berenang. Saya mengira inilah tempatnya. Dan ternyata, dugaan saya salah.
[caption id="attachment_344137" align="aligncenter" width="448" caption="Hanya 1000 tiketnya"]
[caption id="attachment_344138" align="aligncenter" width="448" caption="Jalan menuju lokasi"]
[caption id="attachment_344139" align="aligncenter" width="448" caption="Sudah ada yang berenang"]
Masih ada tempat lain yang lebih bagus. Saya lalu melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud. Kali ini, jalanan mulai terjal dan menurun. Tak seperti jalan yang saya lalui tadi, kini tak ada lagi paving stoneyang memandu saya berjalan. Jalan semakin sulit hingga akhirnya saya mendengar suara seperti air jatuh. Rupanya ada sebuah air terjun kecil di depan mata. Di bawahnya telah ada sungai yang mengalir. Dan yang membuat hati gembira, airnya sangat jernih. Tak ayal, saya pun segera menuju lokasi. Suara ceria anak-anak beserta orangtuanya yang sedang menikmati liburan menambah kebahagiaan saya. Mereka tampak senang menikmati tempat wisata ini dengan berenang dan bermain air. Selain itu, anak-anak bisa merasakan sensasi menjadi Si Bolang (Si Bocah Petualang) dengan menyewa ban sambil mengikuti arus air yang tak terlalu deras serta kedalaman air yang tak terlalu dalam. Melewati bawah jembatan dan sesekali belajar mengendalikan laju badan.
[caption id="attachment_344140" align="aligncenter" width="448" caption="Jalan menuju lokasi lainnya"]
[caption id="attachment_344141" align="aligncenter" width="448" caption="Oh ini toh jembatannya yang ditawarkan di pintu masuk tadi"]
[caption id="attachment_344142" align="aligncenter" width="448" caption="Pemandangan di kanan kiri jalan"]
[caption id="attachment_344143" align="aligncenter" width="470" caption="This is it! Inilah tempatnya"]
[caption id="attachment_344150" align="aligncenter" width="457" caption="Makan cilok sambil merasakan air,,,hmmm nikmat!"]
Meski cukup ramai, namun jika dibandingkan dengan tempat wisata lain, wisata Sumber Maron masih tertinggal jauh dalam hal jumlah pengunjung. Tetapi, hal itu malah membuat saya senang karena saya lebih bisa menikmati keindahan wisata ini dengan leluasa. Tak harus berdesakan dan dapat mengekspresikan keinginan narsis saya dengan leluasa.
Untuk ukuran tempat wisata, tempat ini sebenarnya sudah memiliki fasilitas yang cukup. Selain tempat parkir, terdapat pula aneka macam warung, toilet, dan tempat penyewaan ban. Pengunjung tak perlu khawatir karena telah tersedia fasilitas tersebut. Hanya saja, masih perlu dilakukan banyak perbaikan. Diantaranya akses jalan menuju lokasi, penambahan tempat duduk bagi pengunjuung, serta adanya petugas yang berjaga di beberapa tempat. Mengingat banyaknya anak-anak yang bermain air, antisipasi juga perlu dilakukan.Terlepas dari kekurangannya, wisata Sumber Maron dapat dijadikan alternatif liburan di Malang. Selain murah, letaknya strategis dan masih alami menjadi nilai lebih. Tak hanya itu, anak-anak dapat menikmati alam serta belajar bagimana mereka mampu hidup dengan alam secara selaras.
[caption id="attachment_344145" align="aligncenter" width="457" caption="Keceriaan anak-anak bermain air"]