MENJEMPUT BAROKAH ILMU DENGAN BERKHIDMAH
    Sebuah ungkapan mengatakan "Ilmu diperoleh dengan belajar dan keberkahan ilmu diperoleh dengan berkhidmah".
    Ungkapan yang bukan sekedar ungkapan akan tetapi dalam ungkapan ini terselip makna yang sangat mendalam khususnya bagi yang sudah terbiasa mengais ilmu di pondok pesantren.
    Mengenai bait yang pertama pada ungkapan tersebut jika berfikir dalam perspektif logika tentunya ilmu itu tidak akan pernah seseorang dapatkan kecuali dengan belajar,  proses  untuk bisa faham dalam ilmu hanyalah dengan belajar, dan sudah tentu banyak bukti terkait ungkapan bait yang pertama. Sedangkan mengenai ungkapan bait yang ke dua, ungkapan yang sangat jarang diperhatikan di sebagian kalangan, bahkan untuk pengamalan dalam sehari-hari.
Apa sih Barokah? Apa sih khidmah?
Untuk lebih jelasnya yukk.....mari kita simak sama-sama!
    Kata Barokah dan Khidmah adalah dua istilah yang memiliki makna berbeda dan kunci dari barokahnya ilmu itu adalah dengan berkhidmah. Barokahnya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat, yang dapat memberikan buah atau hasil baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan kerberkahan ilmu bisa membuat hubungan lebih dekat kepada Allah SWT, bukan malah sebaliknya menjadi jauh dari sang pencipta. Dalam perspektif islam barokah disini adalah bertambahnya suatu amal kebaikan yang terus menerus tidak terputus.
    Berkhidmah merupakan suatu jalan atau cara untuk meraih kebarokahan dalam menuntut ilmu. Berkhidmah diartikan sebagai suatu pengabdian seorang murid kepada seorang guru.
    Tujuan utama dari berkhidmah adalah guna mempererat hubungan guru dengan murid baik secara lahiriyah maupun secara batiniyah, semata-mata untuk meraih keridhoan dari sang guru. Berkhidmah itu dengan 3 jalan diantaranya: yang pertama khidmah bin nafs, yaitu berkhidmah dengan fisik atau tenaga. Berkhidmah dengan cara ini cukup mudah dan sederhana, bisa dilakukan dengan cara menaruh sendal sang guru ditempat yang mudah dijangkau oleh sang guru, mencuci kendaraan sang guru, membantu segala pekerjaan rumah dari sang guru dan banyak lainnya. Dalam kisahnya seirang ulama mazhab bernama Al-Imam Asy-Syafi'i pernah mengatakan "Saya sanggup menjadi budak bagi orang yang sudah mengajarkan saya meski satu huruf saja"
    Ke dua yaitu Khidmah bil maal, yaitu berkhidmah dengan harta. Berkhidmah dengan cara yang ke dua ini mungkin sebagian kalangan atau murid tidak bisa melakukannnya, karena berkhidmah dengan cara ini adalah memberikan sebagian uang kepada sang guru baik untuk membantu pembangunan pondok pesantren ataupun yang lainnya.
    Ke tiga yaitu Khidmah bi du'a, yaitu khidmah dengan mendo'akan sang guru. Mendo'akan sang guru juga merupakan bagian dari khidmah. Dalam kitab Al-Bayan fi Madzhabi al-Imam asy-Syafii karya Abi al-Husain Yahya Ibn Abi al-Khair Al-Yamani Al-Syafi disebutkan perkataan Imam Ahmad bin Hanbal, murid Imam Syafi'i. Imam Ahmad berkata, "Aku mendoakan Imam asy-Syafi'i dalam shalat selama empat puluh tahun. Aku berdoa, "Ya Allah ampunilah aku, kedua orang tuaku dan Muhammad bin Idris asy-Syafi'i".Â
    Dalam sebuah ungkapan seorang ulama yang masyhur bernama Abuya Assayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani: