Mohon tunggu...
Muhammad Ikrimah
Muhammad Ikrimah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih belajar untuk jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MUSIBAH DI BALIK BANJIR BANDANG BALOCCI

28 November 2013   14:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kelabu menghiasi langit desa senggerang. Tak seperti biasanya, kali ini senja menyapa lebih cepat. Baru sekitar pukul 14:30, namun mentari seolah hendak mengundurkan diri ditelan pekat awan hitam. Udara terasa begitu lembab menembus paru-paru.

bicara apa kamu ini? Pak Syam itu kan hanya seorang guru.”

“benar, mak! Sekarang Pak Syam ke kota untuk membeli mobil BMW. Katanya sih harganya Rp. 600 juta”

uang darimana? Memangnya gaji gurumu itu berapa?

saya tidak tahu berapa gajinya, tapi kan memang dia orangnya pintar, jadi wajar punya uang untuk beli mobil mewah

gedung sekolah kamu saja sudah tua gitu, tiang-tiangnya sudah lapuk. Mestinya sebagai kepala sekolah, dia benahi dulu sekolahnya

tidak tahulah, mak. Yang pasti dia memang hebat. Di kampung kita ini kan cuma berapa orang yang punya mobil, itu pun hanya mobil pick up untuk angkut sayur ke pasar

Kadir sangat kagum pada kepala sekolahnya. Selain bijak dan ramah, Pak Syam juga cerdas dan punya dedikasi tinggi untuk membangun sumber daya manusia warga senggerang melalui jalur pendidikan

***

Pagi kini hadir menggeser malam, hitam pekat di langit telah berganti, namun bukan biru yang menggantikannya, melainkan kelabu. Sepertinya hujan berkepanjangan siap membasahi desa. Masyarakatpun kembali dihantui rasa getir. trauma akan gemuruh arus luapan sungai masih terngiang ibarat untaian lagu yang tak pernah berakhir.

Kadir, kamu sudah dapat info terbaru tentang Pak Syam?” Hasan teman sekelas Kadir di SD negeri senggerang begitu bersemangat ketika membahas guru sekaligus kepala sekolah kebanggaan mereka.

apa itu?

Pak Syam diberi hadiah rumah mewah dan uang senilai Rp. 2 milyar oleh Pak Bupati

kok bisa?” tanya Kadir begitu keheranan dengan informasi yang baru dia terima.

jangan heran, kan Pak Syam dekat dengan Pak Bupati

oh iya yah, Pak Syam memang hebat

Sangat nampak dari mata mereka yang bersinar-sinar, sebuah kegirangan akan kesuksesan kepala sekolah mereka yang berbadan tegak dengan cambang dan kumis tipis yang menambah kesan berwibawa dan tegas itu.

Pak Syam adalah seorang pendatang yang telah diamanahkan untuk memimpin SD Negeri Senggerang sejak 4 tahun lalu. Perombakan-perombakan pada sarana dan prasarana sekolah terlihat sangat signifikan sejak di bawah kepemimpinannya.

***

Senja kembali menyapa desa, langit kini menyuguhkan ancamannya. Tak sedikitpun bias cahaya matahari yang mampu menembus pekatnya tumpukan awan yang menumpahkan air dengan derasnya. Hujan deras di sertai petir selama 6 jam tanpa henti telah membawa aura kekhawatiran bagi penduduk desa. Tidak ada satu pun penduduk desa yang keluar dari rumahnya. Ingatan penduduk desa akan peristiwa tahun lalu yang menelan korban dan menghanyutkan beberapa rumah di sekitar sungai semakin intens memenuhi kepala mereka. Walau kini, rumah-rumah di sekitar sungai telah direlokasi ke tempat yang agak jauh dari kemungkinan luapan banjir bandang, namun trauma itu masih terlalu menyeramkan bagi mereka. Amukan alam tersebut jauh lebih menyeramkan dari peperangan ketika gerombolan DI/TII bergerilya melawan tentara NKRI.

Ditambah kondisi sungai yang kian memprihatinkan. Hujan kecil saja dapat membuat sungai meluap. Sementara di desa tersebut belum dibangun jembatan sebagai akses keluar masuk warga. Padahal, jembatan merupakan pilar penting dalam kegiatan ekonomi warga untuk menjual hasil kebun mereka ke pasar kecamatan. Praktis warga harus berjalan di atas bebatuan sungai untuk menyeberangi sungai. Namun berbeda ketika sungai meluap, mereka harus menunggu air sungai surut untuk bisa menyeberang.

kira-kira apa tujuan Pak Bupati memberi rumah mewah dan uang yang besar itu untuk Pak Syam? Pasti ada yang tidak beres yang mereka lakukan

tidak mungkin lah, Abhi. Pak Syam itu orangnya sangat baik. Mungkin karena kebaikannya, sehingga Pak Bupati memberi penghargaan kepada Pak Syam” Hasan meyakinkan ayahnya akan perilaku Pak Syam yang sangat bijaksana.

***

Banjir bandang kembali terjadi di kecamatan balocci kabupaten pangkep. Dilaporkan terdapat dua korban jiwa. Arus sungai juga memutus jalan utama kecamatan balocci. Desa senggerang terisolir dan membutuhkan bantuan makanan dan obat-obatan” Pak Syam yang melihat berita di TV itu segera mengambil tasnya dan memasukkan pakaian-pakaiannya. Dia yang berada di ibu kota kabupaten pangkep dengan tergesa-gesa mengendarai motor vespanya menuju lokasi bencana alam yang merupakan desa dimana ia mengabdi sebagai kepala sekolah.

Air sungai telah surut, namun arus sungai masih teramat deras untuk di seberangi. Ratusan warga memadati pinggiran sungai seolah sedang menyaksikan sebuah pertunjukan drama. Sebagian dari mereka hadir dengan penuh perasaan cemas akan nasib sanak saudara mereka, sebagiannya lagi ke sana hanya sekedar untuk menyaksikan tangis duka warga sebagai sebuah hiburan. Kekhawatiran Pak Syam berdenyut-denyut mengiringi tiap denyut nadinya. Sementara tak satupun jaringan selular yang mampu menembus desa senggerang. Entah mengapa desa senggerang ini tidak pernah dilirik oleh perusahaan-perusahaan jaringan selular sebagai objek pasar.

Namun Pak Syam tidak bisa menunggu sampai arus sungai kembali tenang, terlalu banyak tawa dan canda di seberang sana, yang mungkin kini telah Lenyap tersapu banjir bandang. Menyisakan tangis, bukan hanya dari keluarga yang ditinggalkan oleh korban yang katanya berjumlah 2 jiwa, tapi seluruh warga senggerang.

***

Asap mengepul dengan gagahnya diantara tetesan-tetesan hujan tipis yang belum puas membasahi bumi. Cuaca yang sejak beberapa hari ini begitu dingin karena sang surya yang begitu malas atau enggan atau mungkin jijik menyapa warga, berubah menjadi hangat. Memberi kehangatan pada segenap warga yang kala itu memang telah sangat merindukan kehangatan.

Api yang berkobar seolah membakar habis hati Pak Syam. Dia terkejut, sedih dan meratap. Musibah apa lagi yang kini dia saksikan. Di tengah kepedihannya karena desa yang dia cintai mengalami musibah, dia pun harus mengalami musibah yang lain. Rumahnya yang sederhana dan sempit kini dipenuhi jilatan-jilatan api yang sebentar lagi akan menyisakan puing-puing.

Lebih mengejutkan dan memberinya pertanyaan-pertanyaan dalam batinnya ketika beberapa Polisi segera mengamankannya.

ada apa ini?” Pak Syam hanya bisa bertanya-tanya sambil mengikuti langkah polisi yang mengawalnya dari seluruh arah mata angin.

Pak Syam diseberangkan kembali oleh polisi untuk menuju kantor polisi

ini demi keamanan Bapak” Polisi yang bernama Irwan itu menjelaskan alasan penahanan Pak Syam

tapi apa yang terjadi? Rumahku terbakar ditengah hujan deras? Bagaimana bisa? Lalu kenapa saya yang ditahan?” Pak Syam menghujani Pak Irwan dengan beberapa pertanyaan sekaligus tanpa memberi kesempatan pada Pak Irwan untuk menjawabnya satu-satu.

kami tidak hendak menjadikan bapak tersangka. Kami hanya berusaha mengamankan bapak dari amukan warga

amukan? Memangnya apa yang terjadi?

warga mengira anda yang harus bertanggung jawab atas musibah banjir bandang yang terjadi.

hahhh...” kembali Pak Syam dipenuhi oleh tanda tanya. Apa maksud dari ungkapan polisi muda yang sekarang berdiri di depannya.

warga menuduh Bapak terlibat dalam penyalahgunaan anggaran perbaikan sungai

rasa-rasanya itu tidak masuk akal, pak. Saya mau kembali ke senggerang untuk bicara langsung dengan warga

jangan dulu, pak. Mereka masih tersulut emosi. Rekan kami sudah menjemput kepala desa. Sebaiknya kita diskusikan masalah ini dengan kepala desa dulu. Biar clear masalahnya”

***

apa yang terjadi, Haji” Haji Sofyan yang baru melangkahkan kaki memasuki Polsek langsung diberondong pertanyaan oleh Pak Syam.

apa benar kamu menerima uang dari Pak Bupati” Haji sofyan bukannya menjawab malah melontarkan sebuah pertanyaan baru.

maksudnya” Pak Syam kembali dipenuhi kebingungan dengan apa yang terjadi

katanya kamu habis membeli mobil mewah, apa benar” Haji Sofyan kembali melontarkan pertanyaan tanpa menghiraukan pertanyaan yang diajukan oleh Pak Syam.

dari mana issu itu. Itu fitnah yang sangat keji. Saya ke pangkajene untuk mengurus berkas sertifikasi guru

jadi tentang mobil mewah, rumah dan uang 2 milyar itu tidak ada?

saya bahkan baru mendengar hal itu dari haji

siapa yang memfitnah saya sekeji ini, haji

sebenarnya mereka tidak bermaksud memfitnah kamu, mereka murid-muridmu, entah siapa yang memulai, tapi gosip bahwa kamu membeli mobil mewah, rumah di kota dan uang 2 milyar itu sangat cepat beredar

saya sama sekali tidak menerima hadiah dari bupati. Bahkan biaya untuk mengurus sertifikasi guru ini saya ambil dari tabungan pribadiku

saya sangat menyesal atas semua kejadian ini, saya akan menjelaskan kejadian ini pada warga. Soal rumahmu yang telah hangus terbakar, nanti kita bahas bagaimana solusinnya

***

Kekaguman Hasan dan Kadir pada kepala sekolahnya yang hendak mereka tularkan ke orang-orang lain dengan cara menambahkan informasi-informasi palsu yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain bahwa Pak Syam adalah orang hebat, justru menjadi fitnah bagi Pak Syam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun