Mohon tunggu...
Ikrar Poerjana
Ikrar Poerjana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa penggemar ilmu filsafat, sastra, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Menepati Kata-katanya

8 Desember 2013   10:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:11 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca kongres Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung Anas Urbaningrum mulai meroket dan menjadi buah pembicaraan. Anas menggebrak dengan memenangkan kongres tersebut. Tak tanggung-tanggung dua calon ketua umum lain yang dikalahkannya pada saat itu adalah Menpora (mantan) yaitu Andi Maralanggeng  dan mantan Sekjen Partai Demokrat Marzukie Alie yang termasuk kader senior di Partai Demokrat. Sangat mencengangkan memang mengingat sebenarnya Andi Maralanggeng ketika itu yang mendapatkan dukungan penuh “Raja” Partai Demokrat SBY kalah di putaran pertama. Setelah itu di putaran kedua dukungan sang “raja” dialihkan kepada kader senior Partai Demokrat Marzukie Alie, namun lagi-lagi Anas masih terlalu tangguh untuk dikalahkan. Dari kejadian itu saja kita bisa memahami bahwa alangkah cerdasnya Anas Urbaningrum itu.

Lebih kurang 2 tahun kemudian Anas Urbaningrum kembali menjadi buah bibir. Namun, kali ini bukan karena prestasinya. Adalah Muhammad Nasarudin (Mantan Bendahara umum PD) yang kicauannya menyeret Anas ke dalam pusaran kasus korupsi hambalang. Merasa tidak bersalah dengan tegas Anas meyakinkan bahwa dirinya bersih dari kasus hambalang kepada rakyat Indonesia dengan kalimat fenomenalnya: “Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas”.

Semenjak namanya dikaitkan dengan kasus tersebut Anas mendapat serangan yang luar biasa dari elit Demokrat. Ruhut Sitompul bahkan dengan terang-terangan menyarankan agar Anas mundur dari jabatan ketua umum PD. Begitu juga dengan SBY, namun sang “raja” melakukannya dengan cara yang lebih halus. Jelas antara Ruhut dan SBY pembawaannya memang sangat berbeda.

22 Februari 2013 Anas akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, sehari kemudian Anas mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Dalam pidato pengunduran dirinya, Anas sendiri tampil dengan tenang seperti biasanya. Ia masih berkeyakinan penuh bahwa dirinya bersih, ia yakin bahwa ini adalah fitnah dan rekayasa oleh segelintir oknum yang memang ingin menjatuhkan dirinya. Dalam pidatonya saat itu masih teringat jelas beberapa poin orientasi Anas yang sampai sekarang tetap teguh dan ditepati satu demi satu.

Keyakinan Tidak Bersalah

Lewat ini saya akan melakukan pembelaan sebaik-baiknya. Berdasarkan bukti dan saksi yang kredibel. Saya meyakini betul bahwa saya tidak terlibat proses pelanggaran hukum di proyek Hambalang. Sejak awal saya punya keyakinan penuh tentang tuduhan-tuduhan tak berdasar itu. Saya meyakini kebenaran dan keadilan lebih tinggi pangkatnya dari fitnah dan rekayasa

Apa yang diungkapkan Anas sampai saat ini masih tetap menjadi prinsipnya, sejak saat itu sampai sekarang ia tetap yakin tidak terkait kasus Hambalang. Pembelaan hukumnya pun masih lancar-lancar saja, bahkan membuat KPK kelabakan mencari bukti hingga mendapat tekanan dari berbagai pihak. KPK sempat menjanjikan akan menahan Anas sesegera mungkin namun tidak kunjung juga, yang ada malah kasusnya terasa semakin tidak jelas saja.

Berkontribusi Untuk Kemajuan Demokrasi Bangsa

Apa yang akan saya lakukan ke depan adalah tetap dalam rangka memberi konstribusi dan menjaga perbaikan dan peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia, apapun kondisi dan keadaan saya

Pembuktian dari apa yang diungkapkan Anas tentang keinginannya untuk memperindah sistem demokrasi di Indonesia adalah dengan pembentukan OrMas PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia) yang bergerak melalui diskusi-diskusi terbuka atau kuliah-kuliah untuk umum dengan menghadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten mengenai tema yang diusung setiap minggunya. Beberapa tema yang pernah diangkat antara lain: Demokrasi Liberal Nirbudaya vs Gerakan Budaya Nirpolitik, Penyadapan dan Diplomasi Kita, dll.

Belum “Tutup Buku”

Ini bukan tutup buku, tapi pembukaan halaman pertama

Semenjak menjadi tersangka banyak orang memprediksi bahwa Anas ”sudah berakhir”  karir politik seorang mantan ketua umum partai termuda diperkirakan sudah berakhir sampai di situ. Namun, nyatanya tidak demikian. Anas bahkan tidak tampak terbebani dengan status tersangka. Ia tetap berkontribusi, ia tetap mampu berpendapat, dan ia masih tetap diperhitungkan. Bahkan kekritisan Anas Urbaningrum dalam memberikan pandangan tentang perkembangan politik di Indonesia sering membuat SBY dan Partai Demokrat geram. Beberapa debat terjadi antara elit PD dengan Anas, namun pentolan PD Ruhut Sitompul selalu kelabakan meladeni kecerdasan seorang Anas. Jadi Anas ternyata belum berakhir. Ia sedang membuka lembar demi lembar halaman yang bisa kita nikmati bersama. Terakhir saran Anas agar SBY menjadi cawapres PD mendampingi peserta konvensi menjadi perbincangan hangat di media massa.

Itulah beberapa kata-kata Anas yang masih dipertanggung jawabkan sampaii saat ini, Anas tampil sebagai seperti ksatria. Ia satya wacana. Bahkan itu sulit diikuti oleh Presiden kita saat ini. SBY yang pernah berkata akan mengungkap siapa bunda Putri sebenarnya yang sampai sekarang belum ada pertanggung jawabannya. Namun apakah Anas mampu mempertanggung jawabkan kata-kata fenomenalnya yang satu ini? “Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di monas!”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun