Rencana reklamasi teluk benoa selama beberapa bulan terakhir telah menyita perhatian masyarakat Bali pada khususnya. Pro dan kontra terhadap kebijakan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menyeruak hebat mulai dari masyarakat biasa, seniman, politikus, para intelektual dan pakar keilmuan, sampai ke media massa. Hal ini menyebabkan penulis tergugah untuk memberikan pandangan berdasarkan fakta keadaan, dan kemungkinan mengenai dampak positif dari reklamasi teluk benua terlepas dari rumitnya isu konspirasi SK Gubernur Nomor 2138/02-C/HK/2012.
Dengan memaparkan dampak positif dari reklamasi teluk benoa bukan berarti penulis merupakan pihak yang pro reklamasi, setiap keputusan tidak terlepas dari dampak positif dan negatif. Penulis hanya berusaha untuk mengajak pembaca memandang sisi positif terhadap permasalahan ini, sehingga pembaca memiliki pandangan baru untuk mengimbangi pandangan negatif yang telah disebar oleh media massa terkemuka di Bali. Pemikiran kritis tentu bukan menetas dari pandangan satu sisi saja, oleh karena itu memberikan pandangan yang berbeda merupakan suatu usaha yang sangat penting pada saat ini.
Rencana pengelolaan perairan teluk benoa adalah seluas 838 Ha dimana seluas 438 Ha akan dibangun hutan mangrove, sementara sisanya: 300 Ha akan dibangun fasilitas umum seperti art centre, gelanggang olahraga, tempat ibadah, sekolah dsb, lalu sekitar 100 Ha akan dibangun akomodasi pariwisata.
Hutan Mangrove Luas
Dalam rencana pembangunannya, rencana pengelolaan perairan teluk benoa sebagian besar untuk hutan mangrove. Ini merupakan pembuktian bahwa kebijakan pemerintah bukanlah bersifat mengeksploitasi alam, justru sebaliknya bersifat melestarikan alam itu sendiri. Keberadaan hutan mangrove yang sangat luas akan berfungsi melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi akibat iklim global, termasuk melindungi Bali dari bencana alam tsunami. Pembangunan hutan mangrove yang luas juga menjawab protes masyarakat yang menganggap akan terjadi kepunahan berbagai kenaekaragaman hayati. Akan tetapi dengan pembangunan hutan mangrove yang luas rantai makanan akan tetap terjaga, dengan demikian kelestarian keanekaragaman hayatipun akan terjaga pula.
Fasilitas Umum Yang Akan Menjadi Kebanggaan Masyarakat
Rencana pembangunan fasilitas umum seluas 300 Ha jelas akan melahirkan ikon-ikon baru yang bisa dibanggakan oleh masyarakat Bali kedepannya. Masyarakat sendiri akan disediakan tempat refresing yang indah dengan penataan yang baik dan konsisten. Pemerintah juga menunjukkan perhatian kepada seniman, pendidikan, dan atlet olahraga dengan rencana pembangunan art centre, gelanggang olahraga, dan sekolah.
Destinasi Pariwisata Unggulan
Bali sudah terlanjur terkenal dengan pariwisata yang luar biasa para wisatawan baik lokal maupun luar negeri berbondong-bondong untuk datang berlibur ke Bali, namun Bali kini mendapat tantangan yang hebat oleh karena majunya pariwisata di negara-negara tetangga seperti: Singapura, Malaisya, dan Thailand, begitu juga daerah-daerah lain di Indonesia yang sangat genjar membangun pariwisata agar mampu mengalahkan pariwisata di Bali.
Rencana pembangunan akomodasi pariwisata merupakan respon pemerintah terhadap tantangan-tantangan tersebut. Kesulitan pembangunan pariwisata di Bali diakibatkan oleh sempitnya lahan di Bali. Reklamasi sendiri merupakan solusi yang tepat untuk menambah lahan guna membangun pariwisata agar maju, mampu bersaing, dan unggul.
Lapangan Kerja
Rencana pembangunan akomodasi pariwisata dan faslitas umum akan menciptakan lapangan kerja yang cukup besar. Diperkirakan sekitar 200.000 lapangan pekerjaan baru akan tersedia di kawasan ini. Hal ini memberikan nafas segar bagi para lulusan baru yang akan menghadapi arus pasar bebas (free trade area) tahun 2015. Saat itu para pekerja dari luar negeri akan datang ke Bali untuk bersaing mendapatkan pekerjaan di seluruh bidang. Jadi keberadaan lapangan kerja akan sangat membantu persaingan tenaga kerja lokal Bali.
Mengurangi Alih Fungsi Lahan Pertanian
Wilayah pulau Bali yang sempit, sementara pembangunan pariwisata demi kesejahteraan bersama terus berjalan, ini menyebabkan alih fungsi lahan semakin banyak terjadi. Yang menjadi korban salah satunya adalah lahan pertanian. Lahan pertanian sendiri merupakan ikon dan nafas kebudayaan di Bali sehingga mengorbankan lahan pertanian sama saja dengan mencekik kebudayaan Bali. Reklamasi sendiri membuat wilayah pulau Bali bertambah luas, dengan demikian pembangunan pariwisata bisa diarahkan ke wilayah reklamasi yang telah disediakan untuk akomodasi pariwisata sehingga alih fungsi lahan pertanian akan berkurang secara signifikan.
Itulah beberapa dampak baik yang diakibatkan oleh reklamasi di teluk benoa. Jelas beberapa dampak positif itu masih memiliki kemungkinan yang kuat untuk melahirkan dampak-dampak baik yang lain. Dengan demikian pandangan kebanyakan masyarakat mengenai rencana reklamasi yang orientasinya adalah menolak reklamasi perlu dipertimbangkan lebih dalam, dan jernih lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H