Mohon tunggu...
Ikrar Poerjana
Ikrar Poerjana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa penggemar ilmu filsafat, sastra, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyata

17 Januari 2015   22:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memang menyenangkan menjadi seorang lelaki tampan dan kaya raya. Aku bisa menjadi playboy, digemari oleh sekian banyak wanita-wanita cantik. Aku sama sekali tidak pernah merasakan kesulitan untuk merebut hati kaum hawa. Ketampananku cukup membuat para wanita klepek-klepek. Menyerahkan segala apa yang mereka punya. Dan jika ketampananku tidak cukup untuk menaklukkan, aku tidak memerlukan dukun untuk mengatasinya seperti kata pepatah “cinta ditolak dukun bertindak”, aku tidak melakukan itu selain karena kemungkinan berhasilnya tidak 100%, Juga karena dukun sekarang banyak sekali yang palsu. Aku tahu itu dari acara berita di TV akhir-akhir ini. Yang aku lakukan cukup dengan menyerahkan beberapa hartaku yang jumlahnya tak terkira kepada mereka. Bulan ini saja aku sudah memberikan Ernes kalung berlian, Novia Ford Ecosport terbaru, dan Silvya sebuah BMW merah kesayanganku. Kini ketiganya telah menjadi selir-selir yang aku kendalikan. Aku bisa memanggil mereka kapanpun aku mau untuk “tangkil” ke istanaku.

Memang menyenangkan menjadi lelaki playboy, aku punya banyak kekasih yang menemani hari-hariku. Aku sama sekali tidak pernah merasa kesepian. Bagai gula yang selalu menarik semut-semut, begitu pula aku yang menarik para wanita kepelukanku. Aku adalah gula abadi, yang tidak pernah habis oleh jutaan semut yang mengerumuniku. Aku begitu manis bagai dark choklat yang tidak pernah meleleh di mulut. “Hey,, silahkan hisap aku para gadisku”.

Memang menyenangkan hidupku ini, meskipun begitu aku kadang merasa kesulitan untuk menentukan jadwal kencanku. Minggu ini saja misalnya, ada tujuh wanita yang bergantian menunggu untuk kencan denganku, Jelas saja orang sesibuk aku hanya punya waktu sabtu dan minggu saja. Bayangkan aku harus melayani tujuh wanita dalam dua hari saja. Aku harus membagi waktuku untuk tidur pula. Aku harus tidur 10 jam sehari, tidak boleh kurang dari itu. Jika kurang selain  bisa mengurangi konsentrasi kerjaku di kantor juga bisa menurunkan kesehatan dan terutama mengurangi ketampananku. “oooh aku tidak mau terlihat tua”.

Novia, dia gadis modis dengan rambut lurus pirang ia menyukai sesuatu yang mahal. Selain seperti yang aku katakan tadi aku telah memberikannya sebuah mobil mewah. Tapi rahasiakan ini, aku juga sudah membelikannya sebuah apartemen mewah di pusat kota. Nanti aku harus mengajaknya ke mall, dia pasti belanja banyak. Lastri, gadis manis berambut hitam lurus. Ia mahasiswa jurusan hukum, dia begitu disiplin dan elegant. Berkencan dengannya lebih banyak duduk ngobrol di cofee shop sambil membicarakan masalah kuliahnya. Ernes, si gadis clubing. Orang ini yang membuat aku bangun siang di hari minggu. Temannya banyak sekali. Beberapa kali aku juga berselingkuh dengan teman wanitanya. Julia cewek tomboy calon polwan, dia begitu tegas dan keras. Pertama kali berpacaran adalah denganku. Dari dulu puluhan lelaki tidak ada yang mampu menaklukkan hatinya. “bangganya”. Indy, Carol, dan Sri, mereka wanita yang baru-baru ini aku taklukkan ketiganya cantik dan tinggi. Minggu ini adalah kencan pertamaku dengan mereka. Tanyakan Silvya, aku kemanakan dia? Tenang saja dia sedang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Dia sering menelpon, kadang aku harus reject karena dia punya kebiasaan membicarakan hal yang tidak penting seperti: “Kamu sedang apa, sama siapa? Sudah makan? Makan apa? Minumnya apa? Suapin dong!” ahhh itu membuatku gila.

Minggu malam pukul 22.00 WITA, bulan cantik terlihat dari jendela kamarku. Awan sedikit menyelimutinya, tapi aku yakin dia tidak kedinginan. Dia pasti hangat oleh cahaya matahari yang tepat mengarah ke tubuhnya. Bintang-bintang tampak ceria meskipun beberapa bersembunyi di balik selimut bulan. Aku sendiri berbaring di ranjang kecil berukuran 1x2 meter ditengah ruangan tidak lebih dari 3x3 meter. Aku memikirkan apa-apa saja yang telah aku lakukan seminggu ini. Aku berkencan dengan banyak gadis dan telah menghabiskan banyak uang untuk itu. Tentu saja wanita-wanita yang aku ceritakan tadi bukanlah wanita sebenarnya, mereka kekasih imajinasiku. Uangku juga imajinasi, BMW, Ford, Apartemen, Telpon dari Silvia, dan ketampananku... semua adalah khayalan saja. Aku adalah orang yang biasa saja, tidak tampan. Aku mahasiswa sastra dengan beasiswa. Untuk hidup di kota besar ini saja aku harus bekerja di toko serba ada setelah pulang kuliah selama 8 jam. Dengan kenyataan seperti ini mana mungkin ada tujuh gadis yang berkencan denganku selama 2 malam. Tapi gadis-gadis itu nyata. Mereka ada di dunia fana ini, aku mengenalnya karena mereka berlangganan. Novia sering memesan barang-barang tertentu di toko, Ernes malam minggu membeli rokok menthol, Lastri membeli peralatan tulis dll, Sri, Carol, dan Julia adalah pelanggan baru. Mereka akrab dengan pemilik toko si cebol berperut buncit yang sering marah-marah. Aku biasa menguping pembicaraan mereka makanya aku tahu namanya. Silvya juga begitu ia berbicara masalah harga tiket pesawat dengan si bos terakhir kali ia ke sini.

Mereka juga sering menyapa aku, aku membalas seperlunya saja. Kadang dalam hatiku tertawa. Mereka tidak pernah sadar kalau kemarin menghabiskan malam denganku. “Hahh, sudah waktunya untuk tidur” gunggamku. Besok aku harus kuliah lalu bekerja lagi, dan akan terus berulang selama 2,5 tahun lagi. Tapi untung saja aku punya imajinasi yang kuat, sehingga aku jarang merasa jenuh. “tok,,tok” suara orang mengetuk pintu. Aku tahu itu ibu kos, istri Bapak Putu pemilik kos-kosan kumuh ini. Biasanya jam segini ia sering minta bantuan untuk memperbaiki lampu kamarnya yang sering mati. Aku sudah suruh untuk mengganti kabel atau instalasi ulang listrik di kos tapi tetap saja tidak terjadi. Dasar kikir.

Aku keluar segera tanpa basabasi aku seger ke kamarnya, ibu kos pun mengikuti. “Nih Gus, mati lagi lampunya” “ya bu” jawabku singkat saja. Sekejap saja lampu bisa menyala lagi. Aku bergegas ke kamar lagi. Ibu kos berterimakasih, aku balas senyum saja seolah bosan dengan pekerjaan rutinitas ini. Hey,, kali ini ibu kos harus kuakui terlihat cantik. Meskipun Cuma memakai daster hitam justru itu membuatnya tampak seksi. Memang terkadang aku ingin menjadikannya pacar imajinasiku. Tapi aku merasa sangat berdosa jika melakukan itu, tidak enak rasanya. Meskipun ia kikir tapi ia baik dan perhatian, apalagi ketika aku sakit misalnya.

Tapi hari ini aku harus berimajinasi, sepertinya malam ini aku akan telat tidur karena akan mengajak ibu kos bercumbu. Aku segera berbaring di ranjang, otakku berputar, mataku terpejam... beberapa menit aku masuk dunia buatanku... Ibu kos mengetuk pintu, menyatakan cinta padaku, aku terlalu tampan sampai wanita bersuamipun mencintaiku. Dengan sedikit jual mahal aku tidak terima dia, tapi dia memohon memelas sampai menangis dihadapanku. Aku tidak tega.. kupeluk dia. Aku terima cintanya, ia aku jadikan kekasih ke 8 saat ini,, ehh ke 9 mungkin.

Keesokan harinya aku bangun kesiangan, aku masih merasakan bekas kecupan di pipiku kemarin malam. Aku tersenyum, entah kenapa khayalanku yang kemarin sangat berkesan rasanya. Aku buru-buru berangkat kuliah. Cuma cuci muka dan gosok gigi, tanpa mandi. Waktu melewati kamar tuan rumah sepertinya mereka sedang saling bentak, sepertinya bertengkar. Ahh itu sudah biasa. Bapak Putu masih suka ke bar, ataupun kafe remang-remang pasti masalah itu lagi mereka bertengkar.

Senin, pukul 08.20 WITA, Dosen sudah berbusa mulutnya di kelas aku yang terlambat segera duduk di kursi paling pojok. Belum aku membuka buku catatan, handphone ku berbunyi tanda ada sms masuk. Pasti si bos cebol yang marah karena ada beberapa barangnya yang hilang. Aku membaca sms, ternyata dari bapak putu. Tumben, pikirku. Aku agak bingung membacanya, beberapa menit aku butuhkan untuk mencerna maksud bapak kos. “ Gus, Bpk tau apa yg km lakukan dengan istri bpk kemarin malam di kamarmu, bpk tdk spenuhnya menyalahkn km. Tp untuk kebaikan kita silahkan mulai bsok km cari tempat tinggal yg lain”. Begitu isi smsnya.

Ikrar p. 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun