‘Topeng’ bukanlah alat untuk menutupi wajah, tetapi topeng adalah batas untuk mengungkap rahasia dengan berbagai bentuk dan crri khasnya. Topeng tidak selalu menyerupai rahasia didalamnya.
Kata ‘Topeng’ atau ‘Kedok’ secara umum dapat diartikan sebagai penutup wajah atau muka. Arti kata tersebut sekaligus menunjukan fungsinya yang sangat luasdalam berbagai fungsi kehidupan. Topeng berdasarkan fungsi seni digunakan untuk kepentingan menari, bermain teater dan seni pertunjukan lainnya. Akan tetapi topeng juga bisa digunakan untuk hal hal yang tidak berkaitan dengan seni pertunjukan. Dalam kehidupan sehari-hari topeng juga bisa digunakan untuk hiasan, mainan, keamanan, kesehatandan lain sebagainya. Topeng juga bisa digunakan oleh binatang untuk tujuan pertunjukan yang menghibur. Misalnya manusia memakaikan topeng ke monyet untuk pentas hiburan rakyat sehingga dinamakan ‘Topeng Monyet’. Beberapa waktu lalu DKI Jakarta pernah dihebohkan oleh operasi pemberantasan topeng monyet oleh mantan Gubernur DKI Joko Widodo.
Topeng juga sudah dijadikan sebagai sebutan atau julukan untuk berbagai identitas. Misalnya ‘Topeng Cirebon’, ‘Topeng Indramayu’, Topeng Losari dan lain sebagainya. Kata ‘Topeng’ selalu mengikuti sesuai dengan fungsi dan perannya. Seiring berkembangannya perdaban manusai maka topeng juga menjadi identitas atau menjadi julukan untuk memudahkan orang menyebut dan mengingat sebuah nama dari program kerja yang sudah direncanakan. Misalnya ada seorang pemimpin yang memiliki program pro rakyat. Program dengan julukan pro rakyat tersebut menjaditopeng atau kedok atas nama rakyat. Biasanya kedok tersebut akan terbongkar ketika program yang dijalankan tidak sesuai dengan harapan rakyat.
Selain menjadi julukan daerah, ‘Topeng’ juga sudah menjadi julukan sebuah identitas negara. Hampir setiap negara memiliki nama khusus atau julukan untuk memudahkan orang menyebut dan mengingat negara tersebut. Uni Sovyet dijuluki sebagai Negara Beruang Merah, Cina dijuluki Negara Tirai Bambu, Belanda dijuluki Negara Kincir Angina atau Negeri Tulip, Australia dijuluki Negeri Kangguru dan masih banyak lagi julukan bagi sebuah negara di planet bumi ini. Julukan negara itu biasanya menyesuaikan dengan ketenaran sebuah identitas yang berasal dari hewan, tumbuhan, kondisi alam atau peninggalan-peninggalan bersejarah. Dengan kata lain negara menggunakan ‘Topeng’ untuk memudahkan orang mengingat identitas sebuah negara.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia dikenal dengan julukan Negeri Zamrud Khatulistiwa. Namun ada juga yang menjuluki Indonesia sebagai Negara Maritim dan Agraris. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia menggunakan ‘Topeng’ garis khatulistiwa dan hijaunya hutan Indonesia bagaikan permata Zamrud yang banyak disukai semua orang. Selain itu Indonesia menunjukan sebagai daerah yang memiliki tanah subur dengan curah hujan yang teratur. Begitu juga dengan julukan Indonesia sebagai Negara maritime dan Agraris, hal ini menunjukan bahwa Indonesia menggunakan ‘Topeng” maritime dan agraris. Maritim adalah laut yang luas dan Agraris adalah sebuah negara yang penduduknya mayoritas bercocok tanam.
Pada perkembangannya ‘Topeng’ yang digunakan Indonesia tidak lah selalu sesuai dengan kenyataan. Indonesia sudah banyak mengalami penjajahan dari darat laut dan udara dengan berbagai ‘Topeng Penjajah’. Hutan kita habis dieksploitasi dengan ‘Topeng’ untuk memakmurkan masyarakat daerah. Laut kita dijarah dengan ‘Topeng’ untuk memakmurkan kaum nelayan. Kondisi ini sekiranya pemerintah perlu mempertimbangkan untuk mengganti ‘Topeng” Jamrud Khatulistiwa dan Negara Maritim dan Agraris.
Dalam panggung politik di Indonesia, banyak partai dan politisi menggunakan ‘Topeng Politik’. Panggung di parlemen Senayan dan panggung politik legislative di daerah, begitu banyak politisi menggunakan ‘Topeng’ sebagai alat perjuangannya. Penggunaan ‘Topeng’ itu didasari oleh berbagai kepentingan dan tujuan. Ada politisi yang menggunakan ‘Topeng’ bijak, pelawak, pejuang, tokoh agama dan lain sebagainya.Saking banyaknya topeng yang digunakan dan menjadi pemberitaan media masa layaklah Indonesia dijuluki ‘Negeri 1001 Topeng’.
Merilah kita membuka dulu topeng kita masing-masing agar apa yang kita lakukan sesungguhnya memperlihatkan keaslian jati diri kita. Meskipun dalam siasat untuk mencapai tujuan ‘Topeng’ juga diperlukan. Pada kenyataannya tanpa dibuka atau akan terbuka dengan sendirinya ‘Topeng’ akan memperlihatkan siapa sebenarnya dibalik rahasia sang ‘Topeng’.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H