Mohon tunggu...
Ika Karlina Idris
Ika Karlina Idris Mohon Tunggu... -

Lecturer at Universitas Paramadina My other blog: ikakarlina.wordpress.com ikotmemberi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bagaimana Mem-branding Diri Anda

20 Desember 2013   17:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara paling gampang adalah dengan mengganti temen-temen lo. Ganti lingkungan sosial.

Jujur saja, saya juga pernah punya brand atau citra sebagai anak yang nggak keren waktu SMA. Waktu kuliah sih hm.. kayaknya biasa-biasa aja ya, nggak aneh juga, nggak keren banget juga. Tapi, tanyalah ke mahasiswa saya, hmmm.. saya cukup yakin setengah dari mereka yang Anda tanyai menganggap saya dosen yang keren. Nggak percaya? Baca tulisan di blog ini dengan judul My Personal Branding.

So, selama Anda masih bermain dengan teman-teman yang SMA atau kuliah, selama itu pula cap itu akan menempel ke Anda. Kalaupun tidak, akan ada ucapan paling nggak seperti ini: “Ya ampun.. Nggak nyangka ya si anak yang dulu nggak pernah mandi itu sekarang keren.” atau mungkin seperti ini “Ih, dia kan pas SMA tinggal kelas mulu kenapa sekarang jadi direktur perusahaan.” See? Anda seharusnya tidak marah jika ada yang berucap seperti itu karena seperti yang sudah saya bilang CAP itu akan menempel.

Apakah bisa hilang? Bisa. Tapi butuh waktu dan butuh uang. Kasus: Prabowo Subianto. Dan kalaupun reputasi Anda membaik, percayalah sangat susah untuk jadi yang terbaik. Itulah mengapa elektabilitas Prabowo juga rendah.

Kalau reputasi Anda sejauh ini masik baik dan citra anda masih positif, maka jagalah. Karena bahkan persona yang sangat dikagumi seperti Aa Gym sekalipun tidak dapat menghindari kehancuran personal brand-nya. Cara menjaganya adalah dengan menjadi orang baik. Seperti yang diajarkan oleh semua orangtua kita: jadi anak baik dan anak sholeh. (Dan.. berpikir dua, tiga, atau empat kali sebelum melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kata hati).

Kenapa Anak baik? Kenapa bukan jadi anak yang stylish? Dua-duanya sebenarnya penting, tapi biasanya orang lebih toleran terhadap kecatatan di luar daripada kecacatan internal. Lebih baik Anda dikenang sebagai orang yang dulu nggak modis lalu tiba-tiba modis, daripada anak yang pernah nyolong uang lalu tiba-tiba pengen jadi pemimpin ummat.

Real-nya gimana? Untuk aplikasi nyata, silakan mengirim email ke sekretaris saya untuk konsultasi yang lebih profesional. Ahahahahahah *minta ditimpuk*

Salam Zuper!

ps: tulisan yang sama juga saya post di blog probadi saya: www.ikotmemberi.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun