Mohon tunggu...
I Komang Weda Prema Murti
I Komang Weda Prema Murti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Hey, i am using kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Galungan: Pemenangan Dharma dengan Pengendalian Diri

10 November 2021   20:05 Diperbarui: 10 November 2021   20:11 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap agama memiliki hari besar keagamaan yang dirayakan untuk memperingati momen tertentu dalam perkembangan agama tersebut.  Seolah tampil berbeda dengan agama-agama lainnya, hari-hari raya Hindu tidak berkaitan dengan peristiwa sejarah, tetapi justru dimaksudkan untuk memuliakan nilai-nilai luhur dalam ajaran Veda. Kebenaran (Dharma) adalah paling mulia di dalam ajaran Sanatana Dharma, yang dipandang sebagai penyangga dunia.  Umat Hindu berkeyakinan bahwa Dharma itulah yang mesti dimenangkan.  Satyam eva jayate na nrtam. Agar umat tetap ada di jalan Dharma, setiap etnis memiliki perayaan tertentu untuk mengingatkan umatnya agar terus berusaha memenangkan Dharma.  Umat Hindu di India Utara merayakan Dipavali, umat Hindu di India Selatan merayakan Vijaya Dasami, sedangkan masyarakat Hindu di Bali merayakan Galungan. 

Hari raya Galungan merupakan momen penting bagi umat Hindu untuk memperingati kemenangan Dharma atas Adharma.  Ada mitos dibingkai untuk perayaan Galungan, misalnya kemenangan pasukan Dewa Indra melawan tentara Prabu Maya Danawa, ada juga yang menyebut kemenangan pasukan Majapahit dalam menaklukkan kerajaan Bali di bawah kekuasaan Sri Asta Sura Ratna Bhumi Banten.  Sedangkan, perayaan Galungan telah berlangsung jauh sebelum Bali ada di bawah kekuasaan Dinasti Majapahit.  Demikianlah, akan lebih produktif dan menyatukan jika hari-hari besar tersebut lebih dipandang sebagai momen untuk berintrospeksi diri sebagai kemenangan Dharma atas Adharma.

Secara etimologis, kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki arti bertarung.  Selain itu, kata Galungan juga memiliki makna serupa dengan kata Dungulan yang sama-sama berarti menang.  Masyarakat Jawa menyebut wuku setelah wuku Sungsang sebagai Wuku Galungan, sedangkan masyarakat Bali menyebutnya Dunggulan.  Walaupun penyebutannya berbeda, keduanya merujuk pada hal yang sama yaitu wuku ke sebelas dalam kalender Saka.

Perayaan Galungan di Bali dilaksanakan setiap Budha Kliwon Dungulan atau enam bulan Bali (210 hari). Umat Hindu etnis Bali merayakan Galungan dengan cara melakukan persembahan dengan ungkapan sebagai rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Dewa Bhatara beserta segala manisfestasinya. 

Perayaan Galungan mengandung makna tentang pentingnya kebenaran sebagai hakikat kehidupan. Hakekat hidup merupakan perjalanan spiritual dari keterikatan ragawi menuju kebebasan dan kebahagian abadi. Untuk dapat mencapai kebahagian yang kekal ini, kita wajib menanamkan kesadaran bahwa manusia bukan hanya terdiri atas badan saja. 

Kita juga harus menyadari bahwa selain tersusun atas badan, juga memiliki atman yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan Yang Maha Esa.  Atmanlah yang menjadi sumber kesadaran pada diri manusia.  Dengan menyadari hakikat atman,  manusia tidak akan terhanyut dalam kenikmatan duniawi yang hanya bersifat sementara.  Manusia dengan kesadaraan atman akan memiliki kerinduan untuk selalu mendekatkan diri dengan Brahman.

Hidup bersama Tuhan merupakan proses pendidikan sejati dikarenakan hal ini akan dapat membangkitkan sifat dan karakter keilahian dalam diri manusia itu sendiri. Inilah makna dari hari pertama penyambutan Galungan, dua puluh lima hari sebelum Galungan, yakni Tumpek Wariga.  Menurut Lontar Sundari Bungkah, wariga adalah wewarah ring raga, yang mengandung makna kesadaran akan sang diri, sebagai nama lain dari kesadaran atma. Kedasaran diri akan terbit jika dan hanya jika ada upaya untuk mengendalikan diri dari tuntutan nafsu-nafsu ragawi bersamaan dengan upaya untuk membangun cinta kasih dengan sesama manusia dan makhluk yang lainnya. 

Kemenangan Dharma atas Adharma tidak akan pernah kita capai tanpa adanya perjuangan. Dalam konteks spiritual, perjuangan yang sesungguhnya adalah "peperangan" untuk mengalahkan nafsu-nafsu yang ada diri sendiri. Musuh yang ada di dalam diri itulah lawan yang paling besar, yang paling kuat untuk bisa ditaklukkan.  Untuk dapat mengalahkan nafsu-nafsu yang ada dalam diri, kita dapat melakukan pengendalian diri dengan menerapkan ajaran Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha. Dasa Yama Bratha merupakan sepuluh macam pengendalian diri. Dasa Yama Bratha ini terdiri atas:

  • Anresangsya atau Arimbawa yang artinya tidak mementingkan diri sendiri.
  • Ksama yang artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan.
  • Satya yang artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang.
  • Ahimsa yang artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.
  • Dama yang artinya dapat menasehati diri sendiri.
  • Arjawa yang artinya jujur dan mempertahankan kebenaran.
  • Priti yang artinya cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk.
  • Prasada yang artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih.
  • Madurya yang artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun.
  • Mardhawa yang artinya rendah hati, tidak sombong dan berpikir halus.

Sedangkan, Dasa Nyama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri yang utama. Adapun Dasa Nyama Bratha ini terdiri atas:

  • Dhana yang artinya suka berderm tanpa pamrih.
  • Ijya yang artinya pemujaan terhadap Hyang Widhi dan leluhur.
  • Tapa yang artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin.
  • Dhyana yang artinya tekun memusatkan pikiran kepada Sang Hyang Widhi.
  • Upasthanigraha yang artinya pengendalian hawa nafsu birahi.
  • Swadhyaya yang artinya tekun mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum.
  • Bratha artinya taat akan sumpah dan janji.
  • Upawasa artinya berpuasa atau pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran agama.
  • Mona artinya membatasi perkataan.
  • Snana artinya tekun melakukan penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang.

Selain dengan melakukan pengendalian diri, kita juga harus memperhatikan faktor lain, seperti fakto lingkungan yang dapat mempengaruhi diri. Untuk itu, sebaiknya lingkungan alam perlu kita tata dan lestarikan. Selain itu, faktor lain seperti pergaulan sosial juga perlu untuk disucikan (sugihan Jawa). Hal terpenting yang dapat mempengaruhi peperangan melawan nafsu dalam diri adalah dengan melakukan penyucian tri kaya (sugihan Bali). 

Penyucian diri yang bertujuan untuk mencapai kemenangan yang sesungguhnya dapat dilakukan dengan membiasakan diri melakukan pengendalian diri atau "tapa" (penapean). Selanjutnya, penyucian diri yang dilakukan juga mesti disertai dengan kesungguhan hati (penyajaan). Apabila seorang manusia mampu melaksanakan perjuangan ini dengan melaksanakan penyucian diri ini secara bersungguh-sungguh, maka ia akan mampu melawan nafsu-nafsu kebinatangan yang ada dalam dirinya (penampahan). 

Setelah mengalahkan nafsu tersebut, ia baru berhak secara spiritual untuk merayakan kemenangan Adharma. Sedangkan, apabila seorang manusia berusaha memperoleh kebahagiaan tanpa adanya perjuangan, maka hanya akan ada kebanggaan ritualitas-simbolik dalam dirinya yang memiliki dampak langsung dalam perkembangan jiwanya, serta bahkan dapat melahirkan kemunafikan religius.

Dalam melakukan penyucian diri yang merupakan trasformasi diri, terdapat kekuatan tapa yang mempengaruhi hal ini. Kekuatan tapa untuk mentranformasi diri dapat kita lihat pada proses metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk mahluk hidup untuk mencapai kesempurnaan. 

Misalnya saja pada metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Seekor ulat yang awalnya merupakan hewan yang menjijikan dapat berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Metamorposis yang dilakukan oleh ulat ini disebabkan akan kesadaran sang ulat akan keburukan yang dimilikinya, yang selanjutnya ia melakukan pengendalian diri dalam proses kepompongnya sehingga dapat menjadi kupu-kupu yang indah.

Tanpa adanya perjuangan yang kita berikan, inti dari perayaan hari raya Galungan yaitu kemenangan Dharma melawan Adharma hanya menjadi sebuah harapan semata, serta ritual perayaan hari raya Galungan akan kehilangan makna spiritualnya. Untuk mencegah hal tersebut kita harus melakukan perjuangan dengan melakukan pengendalian diri untuk mencapai makna dari perayaan hari raya Galungan yang sesungguhnya. 

Memang, perjuangan ini terasa berat karena menuntut disiplin yang ketat dan tepat (brata), namun setidaknya prosesi ritual yang dilaksanakan selama perayaan hari raya Galungan tidak hanya menjadi prosesi biasa yang tidak memiliki makna. Apabila kita tenggelam dalam kesenangan yang hanya kenikmatan duniawi yang bersifat sementara karena bersumber dari kemenangan semua, maka sesungguhnya kita hanyalah budak dari kama, kroda, dan loba.

Dalam sebuah sloka Srmad Bhgavatam I. 17. 38 disebutkan, "Dytam pna striyah sn, yatrdhar-ma catur vidah" yang artinya, berjudi, minum minuman keras, berzinah, dan membunuh binatang merupakan empat kaki adharma. Meski berjudi, minum minuman keras, berzinah, dan membunuh binatang merupakan empat kaki adharma dan sudah dijelaskan pada sloka tersebut, akan tetapi keempat patologi ini justru semakin banyak terjadi di Bali. 

Bahkan pada hari-hari raya terkhususnya hari raya Galungan, keempat patologi ini tetap terjadi dan ada yang terang-terangan melakukannya. Apabila, masyarakat bali khususnya yang beragama hindu tidak segera memperbaiki masalah ini, maka citra bali yang terkenal akan pulau surga akan rusak oleh masyarakat Bali sendiri dan lama kelamaan Bali akan mengalami kehancuran.

Nama: I Komang Weda Prema Murti

NIM: 2118011027

Prodi: Kedokteran

Jurusan: Kedokteran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun