Indonesia merupakan negara dengan mentalitas dan kekuatan yang tidak diraguakan lagi terbukti dengan keberanian dalam memerdekakan bangsa indonesia dalam perperangan melawan negara-negara penjajah dengan senjata dan alat seadanya. Tidak dikhawatirkan lagi jika Indonesia siap menguasai dunia dengan mental-mental para pejuang. Bahkan tidak jarang keberanian itu di tunjukan dikanca Internasional.
Indonesia disegani oleh negara-negara dunia karena keberagaman dan kemajmukan yang ada. Sangat banyak bangsa lain ingin belajar ke Indonesia tentang toleransi dalam beragama, Suku dan Ras. Bahkan negara sebesar dan sekuat Amerika pun tidak mampu mengatasai secara baik tentang konflik Ras yang terjadi di Negaranya sehingga harus banyak belajar dengan Indonesia. Lalu apa yang membuat anak bangsa tidak peduli dengan keadaan bangsanya sendiri? bahkan dengan simbol-simbol negara, dasar-dasar negara dan lain-lainnya.
Suatu kebanggaan yang teramat bangga  jika mampu mengibarkan merah putih diatas ketinggian gunung kemudian membawanya berlari-lari dan menancapkannya. Suatu saat pada Minggu pertama bulan juli 2017 lalu merupakan perdana saya menakluki salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat dengan semangat yang bercampur ragu saya  mengiyakan tawaran teman-teman  dengan bermodalkan nekat mencoba untuk mendaki bersama teman-teman.
Sekitar dua jam perjalanan menuju lokasi mulai pendakian dari pusat kota yang saya tinggali. Dengan melalui begitu banyak rintangan selama mendaki ahirnya kami tiba di puncak pendakian. Hal yang pertama lakukan ialah mengibarkan bendera merah putih sembari menghirup udara di puncak gunung dan berfoto dengan sang merah putih itu.
Menanggapi hal ini lain halnya dengan keadaan yang terjadi, sangat banyak berita-berita palsu (hoax) tersebar di berbagai media sosial. Hoax seakan-akan memberikan tangtangan dan ujian kepada anak bangsa agar lebih cerdas menyikapi keadaaan-keadaan yang terjadi di dunia terkhusus di Indonesia. Jika tidak hati hati dalam menerima informasi maka bisa jadi akan membawakan kepada pola pikir yang membenci suatu kaum tertentu baik yang berbeda agama, ras, suku dan negara.
Berawal dari menyukai simbol-simbol tertentu hingga mengharamkan simbol-simbol yang lain
Tatkala masih memakai baju putih abu-abu (SMA) semua terasa baik-baik saja setiap pertemuan dan diskusi saya dan teman-teman terasa asik masih banyak persamaan dan lelucon yang menghiasi setiap percakapan. Namun semua berubah setelah kami melanjut pendidikan di perguruan tinggi dengan pengaruh dan lingungan yang berbeda kami mengekpresikan diri dengan mengikuti organisasi berbeda bahkan selera sumber bacaan pun berbeda. Hari demi hari kekraban pun mulai menipis terlihat jelas dari postingan-postingan di sosial media dan  kesukaan asesoris yang mereka pakai mempunyai ciri khas simbol kaum tertentu.
Terlihat jelas perbedaan pandangan terhadap sesuatu yang mereka jalani, ntah mengapa saat saya suka memposting tentang lambang-lambang negara ada dari mereka berkometar seperti ini "apa yang kamu banggakan dari lambang-lambang buatan manusia itu hanya membuat sesat dan menyembah selain Tuhan kita." Membaca setiap postingan-postingan dan komentarnya  tersebut saya semakin memahami sudah jauh perbedaan dalam memhami sesuatu yang kami alami.
Fenomena-fenomena dan keadaan seperti ini sangat banyak terjadi dan kita temui di sekitar. Banyak dari pemuda bangsa yang tidak percaya terhadap lambang-lambang negara. Mereka tidak lagi percaya dengan dasar-dasar negara karena dianggap hanyalah buatan manusia dan bertentangan dengan konsep bernegara yang mereka pahami. Mereka tidak lagi berjuang bersama cita-cita bengsa karena menganggap tidak sesuai dengan cita-cita mereka sebagai mahluk sang pencipta.
Keadaan-keadaan ini pasti menjadi tanggung jawab kita sebagai anak bangsa untuk lebih cerdas menyikapi dan lebih menanamkan jiwa cinta terhadap tanah air. Maka sangat diperlukan kekuatan untuk membangkitkan semangat NKRI semangat merah putih agar tercipta ketentraman dalam beragama dan bernegara.