Mohon tunggu...
Ikmal el Majnun
Ikmal el Majnun Mohon Tunggu... Buruh - Hanya lelaki biasa kelahiran Pemalang, Jawa Tengah

Hidup adalah bagaimana mengelola kebiasaan yang biasa-biasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merajut Benang Persaudaraan Melalui Temu Alumni IKSASS PANTURA

4 Oktober 2021   01:09 Diperbarui: 4 Oktober 2021   08:28 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, minggu tanggal 03 Oktober 2021, barangkali adalah hari penuh taburan makna dalam kehidupanku--mungkin juga untuk sebagian yang lain.

Betapa tidak. Setelah sekian lama dipisahkan oleh waktu dengan segala kandungan 'klise' pernak pernik  kehidupan; kesibukan, keterdesakan kondisi, ketidak tahuan, kemalasan, dan entah apalagi. Pada ahirnya sebuah 'himmah' menyatukannya kembali dalam satu tempo yang sama, tempat yang sama.

Ya. Tentunya bukan sebuah kebetulan ketika pada ahirnya Tuhan menyisipkan satu warna yang sama pada banyak hati dalam satu tempo yang nyaris sama pula. Bukan sebuah kebetulan ketika akal, pikiran, serta gerak jasad berbeda itu menyatu dalam satu 'titik'--pertemuan. 

Mungkin, Tuhan ingin menggugah kesadaran bahwa ada rumah bersama yang begitu indah telah lama kosong. Karena ditinggalkan semua penghuninya atau mungkin sebagian. Ya, rumah 'ta'allum', rumah hidmat terhadap para mu'asis. Bukankah sejatinya, mereka yang pernah dipersatukan oleh sebuah pendedaran batin telah pula dipersatukan dalam satu rumah yang sama, bahkan satu biduk yang sama saat harus mengarungi derasnya arus kehidupan. 

Hari ini, Tuhan ingin mengingatkanku juga yang lain. Bahwa masa bermain telah semestinya berahir atau setidaknya jeda. Sudah saatnya kembali ke rumah bersama sekadar merajut kembali jalinan persaudaraan yang agak getas termakan waktu. Mungkin telah usang, tapi benang-benang ketulusan atas nama pengabdian dan 'tabarrukan' pada mu'asis akan menciptakan sebuah rajutan baru yang lebih indah pada gilirannya. 

Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi'iyah (IKSASS) adalah simbol dari sebuah rumah besar.  Ya, hanya simbol. Karena hakikat dari rumah para santri sesungguhnya ada dalam hati, dalam kelembutan 'atma'. Yakni segala petuah, ajaran, pesan dan wasiat para mu'asis yang pernah disampaikan kepada para santri demi dan untuk keselamatan dan kesuksesan. Bukan hanya dalam kehidupan di dunia, namun lebih lagi dalam kehidupan ahirat. Kelak. 

Keindahan dan kemegahan rumah besar itu akan terlihat dari pola kehidupan para santri, dari perilaku keseharian dalam hidup, dalam mu'asyarahnya dengan sesama pun dengan Tuhannya. Tentu tidak semuanya mampu mengartikulasikan keindahan rumah itu dalam perjalanan kehidupan. Toh, akan ada banyak fase kehidupan berbeda yang dilalui masing-masing individu. Semua itu, tentu akan mempengaruhi sebuah perjalanan spiritual yang pada ahirnya juga berpengaruh terhadap cara seseorang memandang serta menjalani kehidupan.

****

Bila kemudian Tuhan memberikan satu kesempatan agar mereka yang terberai kembali berkumpul, tentu demi sebuah 'hikmah'. Saling mengingat kembali apa yang telah terlupakan. Saling menyatukan lagi hati dan rasa pada satu tujuan yang sama yang telah digariskan oleh para masyayikh saat berada di tempat pendedaran yang disebut pesantren. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tuhan mempertemukan kembali agar ada kesempatan kedua sekadar merajut helai-helai benang persaudaraan. Agar ada kesempatan kedua untuk bersama-sama belajar meniti tangga kebacikan demi sebuah ikhtiar untuk bisa berkumpul dengan para guru di ahirat kelak. 

Selain itu, adalah anugerah Tuhan yang sangat besar. Saat pertemuan demi pertemuan tercipta lalu melahirkan ragam ide juga perbuatan bersama yang memberikan manfaat bagi sesamanya. Adalah anugerah sangat besar bila rutinitas yang kelak terbangun, bukan sekadar rutinitas sekadarnya. Tapi rutinitas yang menjadikan keluarga besar ini mampu bersama-bersama melakukan kompetisi kebaikan. Istabiq al-khairat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun