Ketika kita berbicara mengenai pasangan ideal berarti kita membahas tentang seseorang yang kita harapkan mampu melengkapi kekurangan yang kita miliki. Terkadang kita menjadikan pasangan sebagai tujuan. Maka pasangan itu kita harapkan memiliki proposi yang ideal. Pasangan ideal adalah mereka yang memiliki frekuensi yang sama, karena dengan adanya asumsi 'sefrekuensi' tersebut, kita akan dapat meminimalisir gesekan-gesekan yang kerap terjadi pada saat menjalin hubungan.
Konsep sefrekuensi adalah bentuk kecenderungan yang mengarah pada cara berpikir dan kontekstual dalam pandangan terhadap suatu objek. Mudahnya kondisi sefrekuensi ini dapat kita contohkan dengan genre musik yang didengar misalnya. Memang musik dapat menjadi salah satu indikator penilaian kepribadian seseorang, terutama kaitannya dengan karakter. Orang yang menyukai aliran musik tertentu memiliki sebuah kencenderungan tersendiri, seperti halnya musik rock, jazz, indie dan lain sebagainya. Sekilas dari aliran musik yang mereka sering dengarkan menggiring asumsi untuk kita dapat menjustifikasi karakter seseorang.
Nilai dari sefrekuensi yang kemudian kita visualisasikan dalam suatu posisi atau kondisi dengan perkiraan kemungkinan-kemungkinan tertentu di kemudian hari. Singkatnya ketika kita menemukan apa yang kita cari, utamanya orang yang sefrekuensi, kita akan sedikitnya menaruh sebagian diri kita, serta masuk pada dimensi berharap. Namun, yang mestinya kita pahami secara utuh adalah makna sefrekuensi itu sendiri. Sefrekuensi adalah bentuk kesamaan pemahaman. Tetapi, frekuensi itu sendiri merupakan pola yang dinamis berubah-ubah.Â
Frekuensi atau kekerapan diartikan sebagai perulangan yang terjadi berkali-kali. Dalam ilmu eksak istilah frekuensi berkaitan dengan banyaknya jumlah getaran dalam satu hitungan waktu. Makna frekuensi yang kita gunakan berhubungan dengan bagaimana cara kita memandang suatu objek secara sejajar, meskipun terdapat selisih diantara satu lainnya. Maka sefrekuensi itu bisa kita artikan kesepahaman dalam cara berpikir dan bertindak. Meskipun probabilitas kesamaan relatif besar, bukan tidak mungkin selisih kecil yang ada dapat menjadi sandungan.
Dalam suatu hubungan, kaidah sefrekuensi saja tidaklah cukup. Kesamaan idealisme tidak akan bernilai jika tidak memiliki kesamaan solusi. Menjalin sebuah hubungan berarti menambah masalah. Masalah hanya dapat diselesaikan dengan sebuah solusi. Solusi itu bisa diraih dengan komitmen atau kesepahaman dalam menyelesaikan masalah diantara dua sisi. Di sisi awal dan di akhir. Jika kita menilai sefrekuensi sebatas konteks kosakata yang disusunkan saja, maka itu hanya berada di permukaan saja. Nyatanya sefrekuensi lebih jauh dari sekedar berbasa-basi.
Sefrekuensi mengarah pada bagaimana komitmen yang dibuat mampu diselesaikan dengan kepala yang dingin. Bukankah jika kita berelasi dalam komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama, pemikiran tiap orangnya akan berbeda? Pun halnya dengan pasangan ideal yang kita pikirkan di awal. Sefrekuensi itu tidak berarti selalu sama. Manusia mempunyai kecenderungan tersendiri yang berasal dari sisi historikal yang dialami masing-masingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H