interaksi sosial itu berubah? Atau biasa saja? Banyak yang memungkinkan perubahan interaksi pada ruang-ruang pertemuan tersebut. Salah satu yang memungkinkan menjadi penyebab hal tersebut adalah adanya pandemi covid. Banyaknya kasus dan lamanya waktu pandemi berlangsung berperan besar dalam perubahan bentuk interaksi yang terjadi belakangan ini.Â
Apakah kalian merasa bahwa bentukManusia yang biasanya bergerak bebas pada ruang terbuka dipaksa harus berada dalam ruang digital untuk menjalani berbagai kegiatan. Maka, premis yang dapat menjadi hipotesa awal yakni ruang interaksi yang terbatas memberi dampak pada karakter individu.
Jauh sebelum pandemi, perkembangan teknologi yang meningkat setiap tahunnya mempengaruhi penggunanya. Misal, anak-anak pada tahun 2000an kerap menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan di luar rumah sampai petang tiba. Orang tua merasa khawatir jika anak banyak menghabiskan waktu dengan hanya berdiam diri di kamarnya.Â
Sedangkan fenomena sekarang ini justru sebaliknya, orang tua merasa lebih cemas jika anak mereka terlalu banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Mereka lebih senang jika anak-anak berada di rumah, sekalipun kegiatannya hanya menghabiskan waktu berjam-jam dengan internet. Manakah yang sebetulnya lebih berbahaya? Kedua situasi tersebut tentu dapat dijelaskan secara rinci mengenai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Hadirnya teknologi yang seharusnya memberikan kemudahan bagi penggunanya justru menjadikan masyarakat memiliki perilaku konsumtif. Bahkan CEO Apple kecewa terhadap sebagian besar penggunanya yang hanya memanfaatkan produknya hanya sebatas menggunakan media sosial, tidak untuk sesuatu yang produktif. Pun halnya dengan ruang interaksi yang hilang karena tidak adanya kontak sosial langsung. Individu cenderung lebih pro-aktif pada dunia virtual yang memudahkannya melakukan sesuatu.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai penduduk paling ramah di dunia, tetapi dalam survei yang dilakukan oleh Microsoft masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai pengguna internet yang paling tidak ramah. Hal itu tentu menjadi sebuah kontradiktif terhadap stigma yang ada.Â
Adanya satu variabel dengan sisi yang berbeda merupakan sebuah tanda tanya, mengapa pada kedua ruang interaksi tersebut menghasilkan dua bentuk karakter yang berlawanan.
Dalam sebuah penelitian tahun 2011 perbedaan cara interaksi dipengaruhi oleh cara hidup serta bentuk masyarakat yang membentuk budaya karena perkembangan teknologi sebagai suatu alat interaksi. Menurut Piotr Sztompka perubahan sosial terjadi pada tiga aspek, pertama pada suatu keadaan yang berbeda dengan sebelumnya. Kedua, terjadi pada waktu yang berbeda. Ketiga, diantara keadaan sistem sosial yang sama. Hal yang menjadi penanda terhadap adanya perubahan interaksi tersebut bersinggungan dengan digitalisasi pada setiap aspek masyarakat. Digitalisasi menjadi penanda perkembangan modernisasi. Modernisasi merupakan proses transformasi terhadap suatu arah perubahan menjadi lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.Â
Secara sederhana modernisasi berarti proses perubahan cara tradisional menjadi lebih modern untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Kecenderungan pada teknologi tersebut tentu mengubah sikap dan cara berpikir setiap orang. Teknologi digunakan sebagai alat komunikasi yang lebih efisien serta menggeser fitur sosial yang berlaku sebelumnya. Jarak tidak menjadikan halangan untuk berinteraksi, semua kesulitan yang sebelumnya terjadi dapat terjangkau oleh kehadiran teknologi dengan syarat yang ada.Â
Selain itu, sisi interaksi pada masyarakat menunjukan adanya Batasan tertentu, seperti pada masyarakat yang tinggal di perkotaan dan pedesaan.Â